Bel pulang sekolah baru saja terdengar. Namun Leo malah sudah berada di lantai tiga gedung seberang, lebih tepatnya di depan kelas 12 IPS 1.Dengan tas yang diselempangkan di bahu sebelah kanan, Leo berdiri bersandar pada dinding samping pintu dengan kaki kanan yang ditekuk menyentuh dinding. Kepalanya menoleh saat seseorang keluar dari dalam kelas.
Hyunjin, orang yang keluar pertama kali itu menatap bingung ke arah Leo. Hyunjin menyingkir terlebih dahulu untuk memberi jalan teman sekelasnya kemudian mendekati Leo.
"Ngapain lo di mari?"
"Nyamper si cebol?"
"Masalah Ninda? Masih betah loh setahun friendzone-an?"
"Kalau gue sih enggak ya."
Leo menatap malas ke arah kakak kelasnya itu. "Jin, gue aja belum ngomong satu kalimat loh, lo malah udah satu cerita."
"Hiperbola amat lo jadi manusia. Jadi bener nyamper si cebol?"
Leo mengangguk membenarkan.
"Yailah, nyerah aja udah. Kayak gak ada cewek lain lagi lo."
"Lo mau nyerah suka diem-diem juga? Gue sekelas sama si Age loh, Jin. Mau gue bilangin?"
Manusia berbibir seksi (re : tebal) itu membolakan mata. "Si Hanin nih pasti, ye kan?"
"Bukan. Jadi mau gue bilangin nih?"
"Cebooll!!! Nih adik ipar lo nyariin!" teriak Hyunjin kemudian dengan menyembulkan kepalanya ke dalam kelas lewat jendela di sampingnya. "Noh gue baikan dipanggilin? Diem-diem bae lo. Awas, orang ganteng mau pulang!"
"Sip, makasih bang Jin."
"Gini aja baru manggil abang lo," ucap Hyunjin sambil berlalu meninggalkan Leo.
"Mau ngapain?"
Leo menoleh ke arah sumber suara. Robin dengan tenang melewatinya begitu saja. "Sambil jalan, gue udah ditunguin Ninda."
Leo langsung berjalan cepat menyusul, "Nah itu yang mau gue omongin. Ninda hari ini pulang sama gue ya Kak?"
"Kok? Gak biasanya lo izin dulu sama gue? Ada apa nih?"
"Itu-"
"Emang Ninda pernah bilang sama lo alasan gak pacaran karena dilarang sama gue?"
"Hah?"
"Jawab aja."
Leo meneguk ludah. Robin yang kini berjalan di sampingnya itu adalah Robin yang Leo kenal saat awal-awal dia masuk staf OSIS. Dingin dan susah diajak berkomunikasi.
"Enggak pernah Kak. Gue baru tahu alasannya kemarin pas pulang dari perkemahan."
"Terus ngapain lo di sini? Kalau mau ngajak pulang Ninda, ya kayak biasanya aja langsung anterin gak usah ada acara ginian. Gue kesinggung sama obrolan lo sama Tama."
"Kak-"
"Sana. Gue udah chat Ninda gue ada urusan," ucap Robin berjalan menuruni tangga. Sedangkan Leo masih berdiri di anak tangga pertama.
"Maaf dan makasih banyak kakak ipar!"
***
Dari kejauhan, Leo sudah dapat melihat Ninda yang bersandar pada motornya. Dengan tangan yang memainkan ponsel, mengirimkan spam chat kepada Leo yang kini merasakan beberapa getaran dari ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
22 (On Hold)
FanfictionLeo, anak basket si bucin game kelahiran 22 November dan Ninda, anak paskibra si bucin Korea kelahiran 22 Desember. Apakah keduanya akan akur jika dipersatukan?