Sudah menjadi rahasia umum jika, dari hari senin ke hari minggu berjalan lambat, sedangkan dari hari minggu ke hari senin layaknya sekejap mata, seperti baru saja kemarin hari minggu tapi hari ini sudah menjadi senin. Tak ada yang salah, karena memang itu faktanya.Seperti biasa, rutinitas pagi di hari senin adalah menyiapkan diri agar tak mengeluh saat upacara bendera. Namun untungnya, di SBB ini, setelah upacara selesai ada waktu lima belas menit untuk beristirahat karena rapat mingguan para guru.
Ruang OSIS menjadi tujuan paling utama bagi para anggotanya. Tempat paling nyaman untuk ngadem sambil memanfaatkan kegunaan Wi-Fi yang ada di sana.
Dua orang yang duduk di sofa sudut ruangan tampak begitu kompak. Dengan ponsel yang sama-sama di miringkan, mereka fokus pada layar ponsel masing-masing. Si cewek dengan teaser MV yang semalam belum sempat dia tonton, sedangkan si cowok dengan pertarungan di dunia game nya.
Leo tanpa mengalihkan pandangannya, membuka suara, "Nin, Hari ini lo mulai latihan buat pengibaran, kan?"
"Heem."
"Berangkatnya sama siapa?"
Ninda kini mengganti tontonan videonya. "Kemarin di grup paskib, gue sama kak Hanin, si."
"Kak Hanin?"
"Iya."
Leo mengernyit, kemudian menoleh sebentar. "Loh? Bukannya kak Hanin sama si Ecan, ya? Semalem dia koar-koar di grup, sambat karena kak Mark."
Ninda kini mengalihkan pandangannya. Menatap penuh pada sosok yang masih menggerakkan jarinya cepat. "Masa? Kok kak Hanin gak bilang ya?"
"Sorry, sorry, gue out ya," ucap Leo pada teman mabarnya di seberang sana sebelum keluar dari permainan. "Lupa mungkin?"
"Kak Hanin!"
Hanin yang tengah menulis bersama lima orang lainnya yang merupakan anggota inti OSIS mendongak. "Apa, Le?"
"Lo entar ke alun-alun sama siapa?"
Hanin mendengus ke arah Mark yang duduk di sampingnya setelah mendengar pertanyaan Leo. "Sama si Ecan, ka-" Hanin menghentikan ucapannya saat melihat orang yang duduk di sebelah Leo. "Ya ampun, Nin, gue lupa gak bilang sama lo. Sorry, gak jadi berangkat bareng. Noh, salahin si Mark, ada urusan katanya. Cih, sok sibuk." Mark hanya menghela napas.
Ninda tertawa pelan. "Iya kak, gapapa. Nanti bisa pake ojol sendiri."
"Enggak, enggak. Sama gue aja, bahaya pake ojol sendirian lo."
"Gue udah biasa?" Ninda menatap heran ke arah Leo yang memegang bahunya.
"Ya gak salah sih, ucapan si Leo, tapi lo gak bisa nganter, Lele! Jangan bolos lo!" Hanin yang belum kembali pada kegiatannya ikut berbicara.
"Ya, kan, gue bisa izin."
"Izin paan? Izin nganter pacar lo? Eh kan belum pacaran, lupa." hmm ucapan Rendy ini bisa membuat keadaan semakin huru-hara.
"Diem deh, lo!" Rendy hanya mengangkat bahunya acuh.
"Udah, udah. Kan ada si Jay, tuh. Sekelas sama lo, kan, Nin?"
Ninda dapat merasakan bahwa kini Leo menatap sinis padanya. "Apaan, Le?" tanyanya kemudian.
Leo mendengus. "Sama lo aja, bang Kas."
"Gue?" tanya si pemilik nama yang sedang menghitung pemasukan dan pengeluaran kas OSIS bersama Hyunjin.
"Iya, boncengan lo kosong. Jangan banyak alesan."
KAMU SEDANG MEMBACA
22 (On Hold)
FanfictionLeo, anak basket si bucin game kelahiran 22 November dan Ninda, anak paskibra si bucin Korea kelahiran 22 Desember. Apakah keduanya akan akur jika dipersatukan?