-AA 30

34 7 6
                                    

Alhamdulillah akhirnya bisa up juga setelah sekian lama aku masih mager untuk nulis dan memang aku buat cerita ini emang bener sesuai mood aja.

So, kalian tinggal baca aja ya guys.

Saat hari menjelang sore Acha berdiri di sebuah rooftop cafe sera. Dengan semilir angin yang menyentuh rambutnya hingga berterbangan dan menutupi matanya.

Suasana cafe nampak begitu tenang, tidak ada orang yang berada di rooftop selain dirinya.

Acha melihat sekelilingnya, ia mendengar suara kaki seseorang yang mendekatinya. Acha mematung sejenak menunggu langkah kaki itu semakin dekat. Sampai hembusan nafas seseorang mulai terasa pada leher putih Acha.

Suasana menjadi tegang, bisa saja orang itu akan membunuhnya kan? Fikir gadis itu.

Acha membalikan tubuhnya menghadap orang yang ada di belakangnnya. Ia memandangi orang tersebut dari atas sampai bawah. Orang misterius itu menggunakan pakaian dan celana serba hitam dengan masker yang melekat pada wajahnya. Sehingga hanya terlihat iris mata cokelat serta alis tebal berwarna hitam.

Acha sedikit memundurkan tubuhnya dari orang tersebut. Namun suara tawa di balik masker itu terdengar oleh Acha. Acha berdehem kemudian berkata, "Apa tujuan lo terorin gue, dan apa maksud lo membuat teka-teki itu." Acha mengigit bibirnya dan gemetar.

Orang misterius tersebut memajukan langkahnya. Membuat Acha semakin memundurkan langkahnya. "Jangan majuin badan lo, gue mau jatuh ini dan gue belum siap mati," ujar Acha menahan dada bidang orang tersebut. Sekali lagi orang itu merespon nya dengan tertawa. Tawa yang bisa di sebut mengerikan.

"Lo sekarang tau kan apa maksud dari teka-teki yang aku maksud kan?" cowok itu membelai dagu Acha. Namun segera di tepis oleh Acha,  "Ini tempat umum brengsek." umpat Acha.

Melihat Acha berusaha mati-matian untuk menahan dirinya membuat orang misterius itu semakin rindu akan gadis itu.

"Berarti kalau kita di hotel boleh?" tanya dia.

"Hotel gak akan nerima cowok sinting kaya lo. Mending lo sama ayam Pak Yono aja sana, kan enak sempit-sempit bikin legit."  mendengar ucapan Acha cowok itu semakin tergelak terawa. Lalu ia merogoh saku celananya dan menunjukan gelang yang ada di tangan cowok itu. Yah,  Acha ingat itu adalah gelang pemberiannya sewaktu Acha masih berada di panti asuhan. Namun Acha tetap berfikir positif banyak pedagang yang menjual gelang itu, dan gak hanya satu.

"Jawab teka-teki itu dulu Dira, baru kamu akan tau aku." yang di maksud Dira adalah Acha. Cowok itu benar saja memanggil nya dengan sebutan Dira, nama panggilan saat mereka berada di panti asuhan.

"Maksud teka-teki itu... 3 hati 1 penolakan 3 orang pada huruf pertama kan?" wajah Acha berubah menjadi serius dan menatap cowok itu dengan seksama.

Cowok itu mengangguk

Hening.....

Hening...

Hening....

"Maksud lo apa bambang. Tolong jelasin, jangan natap gue kaya gitu terus, ntar lo suka." Acha spontan mengatakan itu.

"Kamu itu kalau lagi ngomong imut banget."

Hanya beberapa kalimat yang cowok itu lontarkan namun membuat Acha malu. Gue Imut dari mananya coba batinnya.

Cowok itu mendekap erat tubuh Acha, "Selama 3 tahun kita tidak bertemu. Aku kangen banget sama kamu. Dira," suara cowok itu terdengar lirih namun masih bisa di dengar oleh telinga Acha. Acha mematung tak membalas pelukan tersebut. Perlahan cowok itu membuka maskernya dan merenggangkan pelukan Acha.

Acha menatap wajah cowok itu. Ia terkejut karena yang selama ini neror dia adalah sahabat sendiri?

Acha memundurkan kakinya, "Lando, ternyata lo yang selama ini neror gue!"  Acha gemetar hebat saat mengatakan itu. Yah, Acha semakin yakin karena gelang itu dan juga wajah Lando yang masih Acha ingat. Lando menggeleng dan berusaha mendekati Acha namun Acha semakin mundur.

"Enggak, bukan aku yang neror kamu Dir, melainkan aku yang lindungi kamu." Lando menarik Acha berusaha untuk memeluknya. Air mata Acha perlahan menetes. Namun ia menyekanya.

"Jangan dekati gue Lando, lo.. Lo hampir bunuh gue waktu malam itu iya kan? Itu pasti lo." Acha memberontak dalam peluka Lando dan memukul-mukul dada bidang milik Lando.

"Dira, tolong dengerin aku dulu."

"Apa!! Penjelasan apa? Penjelasan seorang sahabat yang ingin membunuh sahabatnya sendiri?"

"Kamu harus tenang dulu, Aku tau kamu marah tapi aku bisa jelasin." Lando menghapus air mata Acha namun gadis itu melihat ke arah lain.

"Memang benar teka-teki itu jawabannya 3 hati 1 penolakan 3 orang pada huruf pertama. Penjabarannya 3 orang pada hurus pertama adalah ibu kamu yaitu Ana, Ayah kamu yaitu Andi dan om Aryo yaitu papah kandung dari Arkan, orang yang selama ini lo suka."

Acha menggeleng tak percaya

"Ibu kamu waktu SMA nolak cintanya Om Aryo dan menerima cintanya Ayah kamu yang tak lain om Andi. Saat itu om Aryo memiliki dendam pada tante Ana dan om Andi, saat itu pula om Aryo pergi keluar negeri. Namun  kelluarga Om Aryo menjodohkannya dengan pilihan keluarga Om Aryo. Akhirnya mereka menikah.

"Setelah 1 tahun mereka menikah dan pada saat itu Om Andi dan Tante Ana menikah. Beberapa tahun sudah terlewatkan om Aryo kembali ke indonesia karena istrinya meninggal serta membawa Arkan kembali ke indonesia. Dia merencakan hal picik dengan menabrak keluarga kamu dan membuat ibu mu meninggal di rumah sakit, Ibu mu pingsan saat masih di tempat kejadian. kamu dan juga papah kamu terbaring lemah. Om Aryo mengambil kesempatan untuk menculik kamu." Acha tak sanggup mendengarnya kepalanya amat pusing. Ketika bayangan itu kembali muncul.

"Beberapa hari kamu di culik,akhirnya kamu bisa kabur dan melarikan diri di jalan raya waktu itu  kamu masih berusia 4 tahun. Ada mobil dengan warna merah menabrak kamu dan kamu sampai saat ini masih amnesia gara-gara benturan yang ada di kepalamu pada saat itu." Acha terisak sambil memegang kepalanya yang sedikit berdenyut.

"Jadi dalang semua itu adalah papah kandung Arkan?" suara Acha menitihkan Air mata dan memeluk lututnya sendiri.

"Bukan Om Aryo pelakunya." Acha tergelak lalu siapa yang selama ini ingin mencelakainya. Acha menunggu jawaban Lando.

"Penjahat sebenarnya adalah-"

Dor

Satu tembakan mengenai lengan Lando. Acha terkejut kejadiannya terlalu cepat. Tubuh Lando beringsut kebawah namun Acha menahannya dengan sekuat tenaga. Tetap saja tubuh itu jatuh kebawa. Darah segar keluar dari lengan kanan Lando.

"Tolong jangan pejamin mata lo, Lando." Acha berusaha tak khawatir namun nihil air matanya sudah semakin jatuh membasahi pipinya.

"Ja-ngan na-ngis, aku gpp."

"Diem jangan banyak bicara, gue panggil bantuan."

"Ak-u eng-gak sakit Dir, aku akan nge-lakuin apa-pun sela-gi kamu am-an," suara Lando terbata-bata namun Lando tetap menampilkan senyum tulusnya. Lando berusaha menahan sakit. Melihat senyuman Lando membuat Acha semakin sesak pada dadanya. Baru bertemu kembali apa harus berpisah dengan sepahit ini?

Lando mulai kehilangan kesadarannya dan menutup matanya.

"Lando... Tolong bertahan, gue akan bawa lo ke rumah sakit." Acha menyeka air matanya.

Bugh

Kepala Acha di pukul oleh balok kayu. Acha melihat orang di belakangnnya. Seseorang yang memakai topeng wajah dan ucapan Lando ternyata benar. Lando hanya ingin melindungi. Acha merasa kepalanya pusing dan akhirnya kehilangan kesadaran juga.

Vote, coment .

Apa yang mau disampaikan pada mereka
Achazia adira?
Adelio abrisam reynand?
Arkan runako abkari pratama?
Orlando arsenio?

Love you💜💜💜


Follow ig: Nurlaela721



Achazia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang