Aku tidak akan memaksakan orang untuk mencitaiku. Bagi ku, kamu adalah sebuah angan yang aku inginkan
-Achazia
Dengan pagi-pagi buta Acha sudah sampai di sekolah, kini ia berada di kelas dan sendiri. Teman-temannya memang sudah datang mungkin lagi di ruang guru. Acha bangkit membawa buku dan pergi kekantin untuk mengambil uang hasil jualan kue nya kemarin.
"Teh udah abis semua kue nya?" tanya Acha.
"Udah Cha." teh was memberikan beberapa lembar uang.
"Makasih teh, Acha sekarang bikin kue nya agak bayakan soal nya kemarin di bantuin sama mama nya Abri."
Saat berjalan melewati warung bi inem, ia melihat bu inem sedang kebingungan. Acha kemudian mendekatinya.
"Bi, lagi nyari apa?" tanya Acha mengikuti arah pandang tukang warung itu.
"Kertas bibi Cha udah habis, mana hari ini enggak sempet beli buat bungkus gorengannya," ujar bi inem masih nampak kebingungan.
"Nih pake buku ini aja." Acha memberikan buku tersebut yang ia ambil dari kelasnya dan di terima oleh bu inem. Namun bi inem nampak ragu dan membolak-balikan buku itu.
"Ini masih bagus Cha, emang udah enggak di pakai?"
Acha menggeleng
Acha berjalan dengan headset yang masih melekat pada telinganya, bersenandung dengan lagu yang ia dengarkan. Ada yang menjadi objek dari penglihatan Acha, cowok berbadan tinggi yang berada di lapangan. Cowok yang ia kagumi, nama pemuda itu Arkan runako abkari pratama ketua tim basket kelas 12 ipa 1. Bagi nya melihat Arkan adalah sesuatu yang bisa membuat semangat nya kembali. Arkan sekarang duduk di tepi lapangan seorang diri, ia merasa tertantang untuk mendekati Arkan. kaki mungilnya melangkah berjalan lalu duduk di samping Arkan.
"Hay kak," ucap Acha tersenyum tulus.
"..."
"Nama gue Acha adira kelas 11 ipa 3." Acha memperkenalkan dirinya padahal Arkan tak menanyakan namanya. Ah sudah lah pejuang cinta tak akan pernah tau malu.
"...." Hening... Hening...
Acha menghela nafasnya panjang seraya membaca bismillah "Gue tuh suka sama kak Arkan," cicit Acha seraya menahan rasa gugup nya. Setelah mengucapkan perasaan nya terhadap Arkan mulutnya komat kamit berharap Arkan membalas perasaannya.
Arkan menatapnya membuat Acha gugup bukan main. Sudah 2 tahun Acha selalu memperhatikan Arkan namun sekarang berbeda Arkan yang memperhatikannya. Arkan memajuka wajahnya dan berbisik lirih pada telinga Acha, "Lo tidak berhenti juga ngejar gue." Arkan tau Acha selalu mengejar-ngejarnya bahkan dari pertama masuk Mos SMA gadis itu sudah memandanginnya terang-terangan.
"Gue enggak akan lelah, menyukai kak Arkan." suara Acha membuat Arkan kagum atas sifat gadis itu, pemberani.
"Oke, Gue beri lo kesempatan untuk deket sama gue. Gue mau tau lo bisa luluhin hati gue atau tidak." Arkan berlalu pergi meninggalkan Acha yang berdiri mematung.
"Seruis ini, apa gue nggak mimpi?." Acha memegang dadanya yang bertedak kencang. 2 tahun Acha menyukai Arkan baru kali ini ia berbicara di depannya.
Seorang siswa nampak kebingungan mencari buku Fisika yang ada di atas meja saat dirinya tidak ada di kelas dan sekarang buku itu hilang.
"Awas minggir." Sina mencari-cari buku tersebut. Jam pelajarannya sebentar lagi akan segera di mulai.
"Nyari apa sih?" tanya salah satu siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achazia
Teen FictionAku disini menuntaskan yang belum tertuntaskan. Dia seseorang yang merangkul ku saat gelap menyapa dan menemaniku di kala terang. Aku di pertemuan dengan mu untuk menyadarkan ku betapa berarti nya dia. Kamu adalah jembatan dari rasa ku. Teka-teki ya...