Dengan kaki bergelantung di atas pohon. Seorang gadis menganyun-ayunkan kakinya dengan mood yang tidak menentu.
"Sebaiknya gue secepat mungkin menuntaskan masalah ini. Tapi gimana caranya?" tanya nya pada diri sendiri. Acha segera mengecek ponselnya melihat nomor peneror itu dan menghubunginya.
"Lo udah siap buat tau tentang teka-teki selanjutnya?" tanya seseorang di balik telfonnya
"Gu-e udah siap"
"Udah siap ko gugup, lo takut sama gue?"
"Gue gk takut sama lo nyet!"
"Cewek secantik lo gk pantas bicara kasar seperti itu, sexy girls."
"Bangs*t!"
"Patah hati yang berujung dendam"
Tut tut tut
Belum sempat Acha menanyakan apa yang di maksud peneror itu sambungan telfonnya sudah di matikan secara sepihak. Mengapa ia harus ada di atas pohon? Nampaknya otak Acha itu mirip seperti signal yang selalu lancar jika berada di tempat-tempat tertentu.
Sudah berapa kali Acha memikirkan nya namun kadar ke pintaran Acha itu minus. Tangan nya memetik beberapa daun yang ada di atas kepalanya memotong-motongnya dengan tangan seraya membayangkan mencincang-cincang peneror yang terus mengganggu nya itu.
Perlahan kakinya turun dari pohon tersebut namun karena licin Acha terpeleset dan jatuh kebawah. Bukannya merasa sakit namun yang Acha rasakan berbeda tubuhnya kali ini sedang minindih seseorang.
"Bentar deh kok empuk gitu ya, seharusnya kalau jatuh kan gue sakit kok ini beda ya," ucap Acha cekikan masih dalam posisi jatuhnya yaitu menindih orang namun tak di ketahuinya.
"Tapi kok ini keras ini lembek sih jangan-jangan..." Acha tak melanjutkan ucapannya lalu ia melihat apa yang terjadi di bawah tubuhnya.
"Tulang gue mau patah," ucap laki-laki di bawah badan Acha dengan meringis.
"Eh ya allah, lo gpp?" tanya Acha membangunkan tubuhnya dan membantu membangunkan orang tersebut. Acha terkejut yang di tindihnya adalah Arkan.
"Bangs..."
"Bangs apa?" tanya Acha dengan raut polos nya.
"Eh itu kita sebagai bangsa indonesia harus kuat menahan apapun hehe iya itu maksud gue."
"Cowok aneh."
Arkan memegang punggungnya yang terasa sakit akibat si tuyul Acha yang enggak kira-kira kalau jatuh. Acha yang merasa salah pun ikut khawatir terhadap tulang-tulang Arkan.
"Ma-af , gue enggak liat kak Arkan sumpah. Sini gue pijetin punggungnya." Acha memijat punggung Arkan namun tanpa Acha tau si empu menahan sakit karena pijetannya yang pantas di sebut dengan cubitan. Sembuh tidak namun menambah rasa sakit dan nyeri pada punggungnya iya.
"Arghh sakit Cha." Arkan meringis.
"Eh iya maaf lagi gue enggak bisa mijet," ujar Acha menyengir tanpa dosa.
"Udah-udah gue gpp." Arkan pergi meninggalkan Acha dengan jalan memegang punggungnya.
"Kak Arkan, tungguin gue." teriak Acha dengan berjalan cepat mengejar Arkan.
"Sini gue bantu jalan."
Arkan mengagguk patuh.
"Lain kali kalau lagi ada masalah jangan nyelesainnya naik pohon!" tintah Arkan secara tegas. Mengapa Arkan suka sekali berubah-ubah dengan sifat cuek nya dan sifat baiknya? Karena Arkan juga manusia bisa saja marah pada orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achazia
Novela JuvenilAku disini menuntaskan yang belum tertuntaskan. Dia seseorang yang merangkul ku saat gelap menyapa dan menemaniku di kala terang. Aku di pertemuan dengan mu untuk menyadarkan ku betapa berarti nya dia. Kamu adalah jembatan dari rasa ku. Teka-teki ya...