Part 3

335 98 12
                                    

Di apartemen Mitha dan Mira sedang menonton film kartun sambil bermain boneka. Mitha sengaja membeli beberapa mainan yang di tinggal di apartemennya agar suatu saat Mira datang tidak bosan. Boneka-boneka dan mainan kitchen set ada. Ia sudah menganggap Mira sebagai anaknya. Keduanya duduk di karpet bulu. Sesekali Mitha membantu Mira merangkai boneka kecil. Mitha sangat menyukai harum minyak telon. Sesekali ia mencium pipi Mira.

Saat menunggu Mira bangun tidur tadi. Mitha mengganti pakaiannya dengan t-shirt kebesaran dan celana pendek baru membereskan apartemen. Setelah putrinya Iriana bangun. Mereka mandi dan makan juga. Mitha hanya menggoreng nugget, sosis, kentang goreng dan wortel rebus. Ia di beritahu jika Mira tidak suka sayuran. Terkadang Iriana mengakalinya dengan membuat sesuatu yang menarik dan tidak terlihat seperti bentuk sayuran.

"Mira mau susu?" tanya Mitha.

"Mau," jawab Mira.

Mitha bangun lalu ke dapur membuatkan susu untuk Mira. Iriana juga membekali susu untuk Mira di dalam tasnya. Mitha sudah mengeluarkan tempat susunya dan botol susu milik Mira, lalu menaruhnya di dapur. Ia menuangkan susu sesuai takaran biasanya lalu menuangkan air hangat. Mengocok dengan pelan agar larut. Tidak lupa membuatkan kopi untuk dirinya sendiri. Ketika sudah selesai membawanya ke ruang TV.

"Ini susunya," Mitha duduk di sebelahnya. Mug miliknya di taruh di atas meja.

"Maacih, Unda." Iriana selalu mengajarinya mengucapkan terima kasih.

"Sama-sama, sayang." Mitha mengusap lembut kepalanya. Ia memandangi Mira sedang menyedot  menghabiskan susunya. "Mira mau video call sama Mama?"

"Mauuu!" jawabnya panjang. Ia tidak sabaran ingin melihat ibunya.

"Baiklah," Mitha mengambil ponselnya yang berada di atas sofa. Mencari nomor Iriana lalu menekan gambar video call. "Nah, ini." Ia memperlihatkan layar ponselnya pada Mira. Tidak lama muncul wajah Iriana.

"Mama!" teriak Mira senang. "Mama!" ia tertawa.

"Halo sayang, kamu nggak nangis kan?"

"Ga, Ma. Ila ga angis. Iya kan, Unda?" Mira bertanya pada Mitha.

"Iya, nggak kok. Tapi cuma rewel tadi pas bangun tidur," ucapnya. Sudah kebiasaannya jika baru bangun tidur. Mira jarang menangis.

Iriana tertawa. "Memang seperti itu dia," membenarkan ucapan sahabatnya. "Aku masih di tempat acara." Ia memperlihatkan tempat acaranya. Banyak orang-orang yang berkumpul. Suaranya pun riuh sekali. Iriana harus mendekatkan loudspeaker ponselnya jika bicara.

"Acara besar ya?"

"Iya, Tha." Layar ponselnya menampilkan wajah Mitha dan putrinya. "Mungkin sebentar lagi selesai. Ini aja aku duduk terus. Nggak kuat diri lama-lama."

"Bang Candra kemana?"

"Lagi sama temennya."

"Kamu sendirian?" tanya Mitha khawatir.

"Nggak kok, Ini ada yang duduk juga di meja yang sama." Iriana mengambil gambar seseorang yang baru datang menemaninya. Tanpa mengubah kamera belakang. Sehingga terlihat wajah Mitha dan Mira. Pria yang sedang duduk di sebelahnya tertegun saat mengenali siapa yang berada di layar ponsel itu. Ia terpaku, dirinya tidak mungkin salah lihat kan, kedua alisnya menyatu. "Aku nggak sendirian kan."

"Iya," Mitha tidak mengenali orang tersebut karena cahayanya tidak begitu terang. "Ya udah, have fun ya."

"Iya, nanti aku langsung pulang." Iriana melambaikan tangannya tanda perpisahan. Mira pun ikut membalasnya. Iriana menaruh ponselnya kembali ke tas.

Hello, Dear Mitha (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang