Mitha datang lebih pagi dari biasanya. Kafenya sudah di booking. Semalam ia mendapat kabar dari Iriana jika akan datang juga bersama Mira. Tentu saja senang ada temannya nanti selama kafenya di pakai oleh rekan kerja Candra. Mitha mungkin kenal dengan suami Iriana tapi yang lainnya tidak pasti canggung. Paling hanya menegur sapa saja. Mitha meminta karyawannya untuk bersih-bersih semua sudut ruang. Dari kaca, meja dan juga menata kursi. Koki di kafenya pun sudah datang bersiap-siap membersihkan bahan makanan terlebih dahulu. Pukul 11.00 WIB Candra dan Iriana datang terlebih dahulu. Mitha segera menghampirinya.
"Berapa orang pastinya nanti?" tanya Mitha sudah mengambil alih Mira di gendongannya.
Candra terdiam seolah sedang berpikir. Dirinya pun tidak tahu Zhio akan membawa berapa jumlah orangnya. "Aku nggak tau pasti, Tha. Cuma suruh booking kafemu aja kemarin."
"Oh, gitu. Aku cuma takut nanti kurang."
"Nggak kok, nggak akan satu kampung juga." Iriana kini yang menjawabnya dengan tertawa.
Mitha berdecak. "Kalau satu kampung kamu yang nanti masaknya!" timpalnya sebal. Iriana tertawa kembali. "Ya udah kalian duduk."
"Ruangannya harum banget, Tha." Iriana menyukainya.
"Iyalah, pengharum khusus." Mitha menyahutinya dengan bangga.
Iriana mendelik. "Udah ada makanan yang matang belum?" tanyanya.
"Dasar bumil, yuk kita ke dapur." Iriana dan Mitha ke dapur sambil menggendong Mira. Iriana di sana mengambil makanan lalu membawanya keluar. Ternyata temannya Candra sudah datang. Ia malu sendiri lalu menaruh piring makanannya di meja lain baru mendekati mereka. Mereka bersalaman.
"Kemana pemilik kafenya?" tanya pria yang mengenakan t-shirt berkerah dengan logo di bagian dada kirinya terdapat gambar kuda kecil. Pakaian bermerek Polo Ralph Lauren keluaran baru.
"Ah, ya benar. Kita udah booking kafe ini kan. Masa iya nggak kenalan dulu sama pemiliknya kan?" Zhio bicara seperti itu agar Candra dan Iriana tidak curiga. Ia kesal dengan Nevan yang tidak sabaran.
"Nanti juga ke sini," ucap Iriana. Mereka duduk di kursi masing-masing. "Jadi berapa orang yang datang?"
"Hanya kami," ucap Nevan.
"Apa?" Iriana tercengang. Saat itu Mitha keluar menggendong Mira. Ia berjalan bagaikan slow motion di mata Nevan. Jantung pria itu anehnya berdebar-debar lebih cepat dari biasanya. Gadis yang menolaknya dulu tidak ada perubahan masih cantik dan kini lebih dewasa. Saat Mitha telah sampai di meja mereka. Nevan berdiri tanpa terduga.
"Hello, Dear Mitha." Nevan mengucapkannya dalam hati.
Seketika dahi Mitha mengerut. Nevan tersenyum miring. Kaki Mitha melangkah mundur. Ia mengenali pria itu. Mantan bosnya dulu. Mitha mengabaikannya tatapan Nevan padanya. Ia lebih baik berpura-pura tidak mengenalinya. "Hai, kalian yang membooking kafe ini?"
"Ya," ucap Zhio ikut berdiri. Ia melihat ke arah Nevan yang tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Mitha. Buru-buru di senggolnya lengan temannya itu. Ada orang lain di antara mereka.
"Hanya berdua?" Mitha mulai curiga kepada keduanya. Dan bagaimana bisa Nevan tahu kafe miliknya.
"Ya," ucap Nevan yang mulai sadar. Kecurigaannya terbukti pasti ada niat terselubung dari mantan bosnya tersebut.
"Oh, baiklah. Kafe tetap di booking full ya mau berapa orang yang datang. Jadi,"
"Tenang saja," timpal Nevan. Mitha sudah tahu betapa arogannya pria itu.
"Baiklah, kalau begitu. Kami akan menyiapkan minumannya. Kalian bisa memilih dulu, aku bawakan buku menunya." Ketika Mitha hendak berbalik Nevan bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Dear Mitha (GOOGLE PLAY BOOK)
RomanceDi HAPUS!! Hanya tersedia eBooknya di Google Play Book & PDF nya. Sekuel Look At Your Heart Cinta adalah sebuah ilusi bagi Mitha. Sejak calon suami yang ia cintai dengan segenap hidupnya, pergi untuk selama-lamanya. Meluluh lantakkan hati dan jiwa...