Part 6

367 114 9
                                    

Seharian Nevan uring-uringan. Ia telah melakukan kesalahan. Kenapa dirinya tidak mencari tahu lebih dulu mengenai Mitha. Pantas saja ia di hadiahi tamparan, mengatakan hal bodoh. Virgo calon suami gadis itu telah meninggal dunia. Fakta yang membuatnya syok. Apa lagi seminggu menjelang pernikahan. Nevan merasa bersalah. Setelah kejadian, ia ingin menemui Mitha dengan alasan akan membayar kafe yang telah di booking. Gadis itu tidak mau keluar dari ruang pribadinya.

"Aku memang bodoh!" umpatnya. Nevan ingin meminta maaf namun tidak tahu alamat atau nomor ponsel Mitha. Ia sudah meminta pada istri Candra, Iriana. Namun tidak di beri. Bagaimana tidak frustasinya seorang Nevan. Sehingga ia memutuskan untuk pergi ke klub malam.

Nevan mengambil kunci mobilnya lalu keluar rumah berjalan ke arah mobilnya yang berwarna hitam. Ia membuka pintu mobil lalu membanting tubuhnya ke kursi pengemudi. Dirinya benar-benar frustasi. Lantas mobilnya bergerak dan pergi. Ada satu klub yang biasa di datanginya jika sedang galau. Sepanjang jalan wajah Mitha yang marah dengan air mata yang merebak terbayang di matanya. Ia memukul setir dengan kesalnya.

Mobilnya masuk ke area klub. Ia turun di depan pintu klub dan turun. Diberikannya kunci mobil miliknya kepada penjaga. Mereka sudah mengenal Nevan. Ia menjadi tamu VIP di klub malam tersebut. Suara musik dari DJ yang kencang dan lampu klub yang temaram. Suara orang-orang ikut bernyanyi dan berteriak, suasana sangat ramai. Nevan memilih duduk di dekat bartender. Ia memesan tequila. Bartender menyapanya, Nevan hanya tersenyum. Sedang tidak mood untuk bicara. Mitha benar-benar membuatnya lupa diri.

Minuman pesanannya telah selesai, pria itu meminumnya. Berharap kebodohannya lenyap dari muka bumi agar tidak melakukan kesalahan lagi dan lagi. Saat ia sedang menaruh gelas ada seorang wanita datang duduk di sebelahnya. Wanita cantik berambut panjang ikal dengan gaun seksi. Nevan hanya menoleh sesaat lalu kembali fokus pada minumannya. Di selingi memakan kacang almond yang disediakan oleh bartender.

"Sendiri?" tanya tiba-tiba wanita itu.

Sontak Nevan menengok. "Ya."

"Aku juga," sahut wanita tersebut cepat. "Malam ini aku juga sendirian," lanjutnya dengan berbisik.

"Aku lagi nggak minat," balas Nevan. Ia memang sudah lama tidak meniduri wanita mana pun. Dirinya sadar diri jika dari kalangan berada dan jika terjadi sesuatu nama baik keluarganya di pertaruhkan. Sehingga Nevan membatasi diri.

"Masa sih," ucap Wanita itu dengan sengaja menyentuh lengannya. Nevan menggeser kursinya menjauh. Ia tidak nyaman. "Aku Felly." Ia menyebutkan namamya.

"Oh, senang berkenalan denganmu." Nevan mengucapkan kalimat seadanya.

"Namamu?"

"Rio," ucap Nevan memalsukan namanya.

"Salam kenal juga," Felly memandanginya dengan tatapan menggoda.

Nevan sudah tidak bisa di sana. Ia langsung pergi meninggalkan wanita itu sendirian. Nevan justru naik ke lantai dua dimana ada ruang privasi khusus Member VIP. Ia sedang ingin sendiri. Nevan membuka pintu ruangan tersebut di sana tersedia minuman, cemilan dan juga alat kontrasepsi. Ia membanting tubuhnya ke sofa lalu mendesah panjang. Lengannya menutupi wajahnya. Matanya terpejam beberapa saat. Sampai pintu berderit membangunkan. Ia mengintip dari celah lengannya. Ada seorang wanita yang seperti setengah sadar. Setelah berhasil menutup pintu. Jalannya sempoyongan ke sofa hendak terjatuh. Sontak Nevan bangun menahannya dengan cara memegangi pinggulnya.

Wajahnya tertutup rambut panjang. Sehingga tidak terlihat cantik atau tidak. Nevan pun bingung bagaimana bisa wanita itu masuk ke ruang privasi apa member VIP juga. Ia mendudukkan wanita tersebut ke sofa. Gaun hitam yang di gunakannya memang pendek memamerkan pahanya yang putih mulus. Nevan merapihkan rambutnya si wanita agar terlihat wajahnya. Sungguh terkejut ketika melihat wanita itu adalah Mitha.

Hello, Dear Mitha (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang