Prolog

115 8 0
                                    

"Off. " Tay memanggil Sahabatnya yang tengah fokus menarikan jari-jari panjangnya diatas keyboard leptopnya.

Mereka tengah mengerjakan tugas kuliahnya lebih tepatnya Off yang mengerjakan dan Tay yang bersantai sambil menikmati makanan yang sudah setengah jam tiba dimeja mereka.

"Hem. " Off menyahut tapi tidak mengangkat kepalanya, kepalang tanggung hanya tinggal satu paragraph lagi dan makalah kelompok mereka selesai.

"Coba lihat kepojok sana, tepatnya disamping bunga mawar itu, " Tay menunjuk melalui ekor matanya yang nampak linglung.

Apa kafe ini berhantu, atau suksesnya kafe ini karna terlibat sebuah perjanjian dengan iblis? Tanya Tay dalam hati sekaligus berjanji ini kali terakhir ia menginjakkan kakinya disini.

Bulu kuduk Tay seketika meremang, sangat terlihat jelas makhluk bersayap besar yang ujung sayapnya mampu menyentuh lantai dengan warna bulunya yang sehitam bulu gagak, tengah asik menjilati setiap kelopak bunga mawar yang sengaja ditaruh sang pemilik kafe itu untuk menambah kesan mewah, ia mengunakan lidah panjangnya melumuri setiap kelopak semerah darah itu dengan liurnya, matanya yang berwarna merah pekat menatap tajam pada Tay yang juga melihat kearahnya dengan tatapan takut-takut. Dan dua tanduk runcingnya nampak menyembul dari sela rambutnya yang berkilau. Sangat menjelaskan bahwa dia adalah jelmaan para iblis terkutuk.

"Oh itu hanya bunga mawar mainan. Lagi pula mana ada mawar berwarna hitam, kau kenapa? Tidak berencana menjadi tukang kebun dadakan setelah pulang dari sini kan? " Off memalingkan wajahnya terlihat tidak peduli dengan nasib sang mawar yang tadi sebelum kemunculan mahkluk menyeramkan itu masih berwarna merah merekah kini telah berubah menjadi hitam dengan ranting mengering.

Tay menggeram, ia sudah panas dingin ketakutan tapi Off malah terlihat biasa saja. Seolah Off tidak melihat kehadiran makhluk mengerikan itu. "Bukan bunga itu yang menjadi fokusnya Off! Perhatikan mahkluk apa yang berdiri disampingnya. Coba lihat lagi. " suruh Tay dengan tangan gemetarnya kini berusaha mengumpulkan sisa keberaniannya menunjuk mahkluk itu, seketika Tay kembali menarik tangannya saat mahkluk itu menyeringai padanya.

"Peng? " itu adalah panggilan kesayangan Off. Lebih tepatnya Off akan memanggilnya dengan nama itu ketika dia berencana membullynya lagi. Itu sudah menjadi hal biasa bagi Tay. Lagi pula Off memiliki kepintaran diatas dirinya jadi sayang bila Tay harus mendepaknya hanya karna ejekan Off.

Tay terlihat bersinar. Setidaknya aku tidak sendirian sekarang. "Kau melihatnya juga bukan? " Tay bahkan sampai mencondongkan tubuhnya bersiap untuk mendengar jawaban 'Iya' lebih jelas dari mulut sahabatnya Off jumpol.

"Aku kasihan padamu, padahal usia kita baru menginjak 20 tahun tapi sepertinya matamu sudah tidak sehat. " Benar, dia kembali menghina dengan santai tanpa tahu bahwa kini keadaan Tay sudah panas dingin, Tay ketakutan karna ini adalah kali pertama dia dapat melihat Mahkluk halus selama 20 tahun menumpang hidup didunia ini. Apa mata batinku kebuka sendiri? Lalu bagaimana cara menutupnya seperti semula? Sial! Tay membatin.

"Kau tidak bisa melihatnya Off?" kembali Tay melempar pertanyaan. Bukan karna dia tuli tapi Tay butuh kepastian yang sangat amat harus JELAS sekarang. Setidaknya jika aku dapat melihatnya Off harus juga bisa melihat mahkluk itu! Bukankah itu gunanya memiliki sahabat?

"Peng kau hanya minum kopi bukan alcohol. Bagaimana bisa kau mabuk disiang bolong seperti sekarang. Untuk masalah tugas ini tidak apa-apa hari ini aku yang selesaikan tidak perlu berpura-pura gila seperti itu. Aku tidak akan prihatin. "

"Hm kau benar. Mungkin mataku memang sedang sakit. " jawab Tay sambil mengucek kedua matanya sembari merapalkan do'a agar mahluk itu kepanasan lalu musnah dari hadapannya.

"Kalau begitu pulang dari sini nanti akan ku antar kau ke dokter gigi langganan nenek. Kau tidak perlu mengucapkan trimaksih aku memang sahabat yang baik. "

Tay mengabaikan ejekan Off yang memang tidak akan berhasil membuatnya meradang ketika dalam keadaan kalut seperti sekarang.

"Te kamu mau aku anter apa ikut aku kerumah Sing dulu? " Off memasukkan buku refrensi dan leptop ke tas punggung miliknya.

"Ngapain?" tanya Tay hampir bisa bernafas lega karna sudah bisa pergi dari kafe horor ini.

"Minta pajak jadian, tadi liat di story ig_nya, Sing foto berdua sama Krist. " jawab Off terlihat bersemangat setidaknya Off sekarang tidak akan sendiri menjadi sasaran penindasan Tay yang homophobia.

"Aku langsung pulang aja. Tiba-tiba kepalaku sakit. " jawab Tay seperti tak bernyawa, Tay itu selain homophobia dia juga hanya memiliki dua sahabat yaitu Off Jumpol dan Singto Prachaya, namun pertemanan mereka sempat teruji karna Tay adalah orang penentang garis keras sebuah hubungan semasa jenis bahkan Tay pernah menjauhi Off saat Off mengatakan bahwa dia adalah seorang gay dan kini Singto satu-satunya sahabatnya yang ia kira lurus ternyata malah mengikuti jejak Off, Tay merasa kepalanya akan pecah dia bahkan masih kebingungan dengan mata batinnya yang terbuka begitu saja dan kini harus menerima kenyataan pahit bahwa kedua sahabatnya keluar dari jalur lurus menurut versinya.

The My Last Breath [TAYNEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang