PRA-INTRO

35 4 0
                                    

Sebuah desa yang masih asri, masih dipenuhi pesawahan, masih dipenuhi kesegaran dan masih dipenuhi orang orang baik.

Aku sepulang dari sawah setelah mengantar makanan untuk ibu, beriang gembira kembali ke perkampungan, sebelum pergi menuju hutan untuk mencari kayu bakar, aku menyiapkan seutas tali beserta 1 golok tajam yang telah ku asah kemarin malam

Diusiaku yang masih dini tak sepatutnya aku bekerja seperti ini, seharusnya aku bermain bersama anak anak lain, meluangkan waktuku untuk berbahagia

Namun apa daya, ibuku hanya hidup bersamaku, peran ayah yang harus digantikan ibu dahulu, sekarang dibebankan kepadaku

Orang yang dipanggil ayah tak pernah kulihat sosok nya bahkan saat aku masih di dalam kandungan.

Lelah memang menjadi seorang anak yang berperan bukan sebagaimana mestinya, tapi, inilah aku, harus berusaha bertahan hidup di dunia yang kejam ini.

***

Langit sudah hampir gelap, kayu bakar kubawa diatas bahuku, namun jalan terlalu berliku, aku terlalu jauh masuk kedalam hutan, kuingat perkataan ibu

"mun tebih teuing tuturkeun wae caigede, meh tiasa kaluar, punteun nya jang mamah teh sanes teu nyaah, mamah tos teu tiasa" pekik ibu disertai batuk, menandakan ibu sudah tak kuat lagi

Bahasa ibu adalah bahasa daerahku, aku tinggal dipedalaman sunda, dengan satu bahasa utama, aku yang meratapi nasib ku di dalam hutan, sambil terus mengikuti aliran sungai, tetap tak menemukan jalan pulang, bahkan tempat tak asing pun tak kulihat

Langit semakin gelap gulita, gonggongan serigala terdengar diatas bukit, aku yang khawatir sedari tadi tak menemukan jalan pulang, pasrah duduk di atas kayu bakar yang telah ku panggul dari kedalaman

Suara jangkrik semakin keras, tanda malam sudah tiba

"Haduhh bisa bisana jauh jauh teuing" cakapku pada diri sendiri

"Kamana sih nu ngarana bapa teh, eweh nulungan pisan, teu tanggung jawab ngurus" protes ku pada alam yang seakan hukumnya lah yang membuat ini terjadi

Dimana ketika pasangan suami istri berpisah, maka bukan hanya mereka yang terkena dampaknya tapi anaknya pun sama

Didalam hutan ku terlalu banyak berpikir yang tidak tidak, pilu rasanya ketika ini bukan pertama kalinya aku tersesat, tapi entah kenapa malam ini terasa berbeda

***

Di keheningan serta gelap malam aku semakin bingung mencari jalan keluar, melihat semua arah yang jelas gelap, hingga aku harus naik ke atas pohon untuk bisa melihat kemana arah jalan pulang

Aku melihat sungai di arah utara yang tertutupi oleh pohon pohon besar, dengan rasa senang karena telah menemukan jalan pulang aku turun dan membawa lagi kayu bakar yang aku simpan tadi sebagai dudukan dan melanjutkan perjalanan

Hampir setengah jalan aku lewati, suara burung hantu masuk kedalam gendang telingaku menandakan sebentar lagi adalah tengah malam, namun suara itu disertai long Long an serigala hutan yang aku rasa mereka kelaparan

Aku harus hati hati dengan serigala serigala itu karena yang aku tau mereka bisa membunuh manusia dan dijadikan sebagai makan malamnya

Langkah demi langkah, semakin terdengar deras aliran sungai yang aku tuju, dengan itu aku bisa cepat pulang dengan mengikuti sungai itu

Tapi tiba tiba...

Serigala mengepungku dari segala sisi dari segala arah, pada awalnya aku takut, tapi setelah dipikir pikir lagi, manusia mempunyai logika dan bisa dimanfaatkan dalam keadaan seperti ini

Lalu serigala itu menyerang ke arahku, mengigit ranting kayu bakar yang ada di pundak ku dan hampir mengigit kepalaku namun aku berhasil melepas kayu bakar dan menghindar

Sebenernya jika aku melawan aku harus membunuh mereka, tapi hatiku tidak sekejam itu, lebih baik aku kabur daripada membunuh makhluk hidup yang hanya mencari makan

Aku berlari menuju sungai dan dikejar oleh serigala serigala itu, hingga pada suatu titik aku terjebak antara terbunuh oleh buaya yang ada di dalam sungai atau mati di darat oleh para serigala

Aku tetap pada pendirian lebih baik aku yang mati daripada aku membunuh mahluk hidup lain

..

..

..

Aku teringat wajahnya..
Wajah ibuku yang sedang terbaring lemah, aku tidak akan membunuh makhluk hidup, tapi tega jika aku pulang hanya membawa kabar buruk bagi ibu dan membunuh ibu ku dengan rasa sakit yang aku berikan

Hingga akhirnya aku keluarkan golok yang telah aku persiapkan dari rumah untuk mencari kayu bakar, lalu membabat habis serigala di depan ku, berat memang, membunuh serigala yang entah itu adalah keluarga atau hanya sebatas komplotan kelaparan, tapi ini harus kulakukan, demi ibuku

Setelah itu... aku mengikuti arus air, pesan yang selalu ibu berikan kepadaku sesaat sebelum aku ingin mencari kayu bakar.

NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang