Cantik tapi aku tak merasa tertarik selama melihatnya berdiri di depan sana, dia tampak bukan seorang perempuan yang anggun, aku lebih suka perempuan di desaku daripada dia
Lebih modis mungkin iya tapi karisma nya tidak melambangkan jiwa keibuan yang baik
"cepatlah kesini, mau berapa lama kau duduk disana dan membiarkan kami menunggu" celetuk datuk salim masuk dalam obrolan antara aku dan pikiranku
Sial, kenapa harus aku yang kesana, kenapa bukan mereka yang kesini, tamu harusnya di perlakuan seperti raja, untung saja aku datang atas perintah ibu kalau saja aku datang karena cuman ingin, sudah dari tadi aku keluar dari rumah ini
Aku berdiri lalu melangkah menghadap mereka berdua
Dengan senyuman perempuan itu mengulurkan tangannya, gestur nya mengajak salam, ternyata ada perempuan yang mau membuka perkenalan, walau ya harus aku yang datang menghadap dia
"kenalin nama aku nita" ucap si perempuan itu dengan nada yang syahdu
suara lembutnya membuatku kagum, dia berbicara seperti menyanyi, bayangan ku sejauh ini tentang dia ternyata salah, masih harus belajar lagi tentang melihat orang lain tidak dari luarnya saja
"qodar" balasku sederhana, sembari memegang uluran telapak tangan yang dia berikan
"sepertinya kalian akan cepat akrab, datuk tinggal dulu ke atas ya" ucap datuk salim yang langsung pergi ke atas, meninggalkan kami berdua
"bagaimana perjalanan tadi?" tanya nita
"lumayan" jawabku
"kok lumayan sih padahal aku ingin jawaban yang lebih dari itu, haha gapapa deh, sebelum kita pergi ke kamarmu ayo kita duduk di tempatmu tadi" ajak perempuan tersebut
Benar-benar suasana yang berbeda dengan di pedesaan, biasanya kami para laki-laki yang mengajak, bertanya ataupun hanya sekedar tersenyum, intinya kami yang memulai semuanya, disini mungkin keadaan sudah modern, sudah berubah, sepertinya aku akan nyaman disini walau masih belum mengetahui apa tujuan utamaku ditempatkan disini
"kamu mau apa? kopi? teh?" tawar nita
"air bodas aja" jawabku terlalu panjang hingga tercampur dengan bahasa daerah
"hahaha air bodas, kamu masih perlu belajar bahasa indonesia lagi nih kayanya, tapi gapapa itu udah bagus kok"
Dia mengapresiasi bahasa ku haha, hal yang tidak pernah kudengar di tempatku, disana menggunakan bahasa Indonesia masi terkesan alay atau lebih parah lagi disebut tidak menghargai bahasa daerah
..
..
Nita membawa teko teh berwarna emas, yang mungkin memang benar benar emas, dia menyimpannya di atas meja makan, lalu menyiapkan dua gelas berukuran kecil, mungkin agar lebih bisa menikmatinya
"Tadi datuk cuman bercanda ya nyuruh kamu bulak balik kaya gini, dia orangnya baik kok jadi gausah khawatir. Aku denger denger kamu dari pedesaan ya" jelas dia yang seperti bisa membaca pikiranku dari tadi, sembari menuangkan teh di masing masing gelas yang dia siapkan
"Iya" jawabku singkat
Bukannya aku cuek, aku masih berpikir untuk menyusun semua kosa kata Indonesia yang aku ketahui, apalagi kepada perempuan seperti dia harus lebih baik, lebih ramah, lebih sopan daripada dia, seperti yang pernah ibu katakan kita harus selalu menghormati perempuan seburuk apapun sifatnya, apalagi nita dia terlalu baik menurut ku
"wahiya bener ya yang datuk bicarain, andai aja kemaren aku ikut, mungkin aku bisa ngerasain segernya pedesaan lagi" terlalu ramah untuk disebut sebagai orang asing
kami sudah saling mengenal semenjak 15 menit yang lalu dan dia terlihat baik, selalu bisa mencairkan suasana
"iya, emangnya kamu.. pernah di desa?" aku mulai masuk dalam percakapan, merasa sudah mulai akrab walau bahasaku masih terbata bata
"haha iya waktu itu aku pernah sekali ke desa, lalu pergi lagi" jawab singkat nita
"ohiya aku disuruh dampingin kamu, kata datuk, kamu anak mamah banget, jadi harus cewe yang jagain kamu, tapi gapapa kok aku bersedia, disini nanti aku bakal sekamar sama kamu.."
Anak manja? Sekamar? gila apa baik sih baik tapi kalau disuruh sekamar mana mau, di kampung aja ga dibolehin main kerumah cewe malem malem, apalagi ini sekamar
"..ngajarin kamu bahasa mungkin, inggris Indonesia, jerman kalo perlu, ngajarin bela diri.."
Terlihat dari sini level ku jauh dibawah dia, cucu datuk salim, cucu dari rekan kerja ayah atau bajingan yang hidup menghantuiku ternyata mempunyai lingkungan yang tidak buruk, tapi kenapa kelakuan dia tidak mencerminkan lingkungannya ya
Bahkan di desa pun lingkungannya baik, bahkan sangat sangat baik
Banyak sekali argumen yang berperang didalam logika, aku masih belum menemukan fakta apapun, karena memang aku tidak mau banyak bertanya, cukup lakukan apa yang ibu suruh
".. heyy kamu dengerin aku ga sih, kayanya kamu cape ya, yaudah aku anter ke kamar kamu ya, buat tidur.. " nita berhenti bercerita
"iya" jawabku singkat
Aku dengar dan paham apa yang dia katakan walau isi kepalaku sedang bertengkar, tapi dia juga paham aku butuh istirahat
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia
General FictionSebuah kisah tentang melawan arah waktu selalu menjadi hal yang diperdebatkan banyak orang, ada yang menyukainya, kebanyakan membencinya, padahal masa itu sudah terjadi dan tidak akan bisa terulangi. Kehadiran manusia di muka bumi hanya untuk menam...