"Ayaraaaaa!" teriak seseorang dari belakangku dengan keras, aku membalikkan badan, seseorang yang berdiri disana berhasil membuatku mematung dan terkejut.
Dia berjalan semakin mendekat, namun aku masih berdiri tanpa pergerakan apapun.
"Ayara" Panggilnya lagi dengan suara lembut khas miliknya.
Aku perlahan membalikkan badan dan berlari, pertama aku benar benar terkejut kenapa Mas Ganendra ada disini? kedua, aku benar benar malu dilihatin ibu-ibu yang tadi berkerumun.
Dari arah belakang aku masih mendengar langkah kaki menyusulku.
Dikarenakan aku udah lelah akhirnya memilih untuk berhenti dan mengatur nafasku yang tak beraturan,lagian sudah jauh dari jangkaun mata ibu-ibu tadi.
Aku melirik sekilas ke sampingku dan dia juga sama, sedang mengatur nafasnya.
"Maaf" ucapnya tiba tiba.
Aku melihat bangku kayu disamping jalan, lalu berjalan ke arah sana untuk duduk, dia juga menyusulku.
"Maaf"
Aku masih berdiam sedikitpun tidak menoleh padanya.
"Ayara aku benar benar minta maaf, semuanya akan aku jelaskan sekarang." ujarnya sungguh sungguh.
"Ngapain kamu kesini?" tanyaku dingin, dan masih fokus melihat jalannan yang kosong.
"Kamu benar benar gak kenal aku Ayara?" tanyanya balik,yang membuatku mengerutkan alis tak mengerti, jelas jelas dia tukang ojek yang ngeghosting aku, masa gak kenal.
"Ok aku jelasin dari awal, kamu cukup dengerin sampai aku selesai yah." pintanya.
"Kita dulu satu SMA cuma kita beda angkatan, waktu itu aku tinggal nunggu wisuda jadi aku jarang ke sekolah"
"Tapi masa kamu gak kenal wajah aku sama sekali?waktu perpisahan padahal Aku nyanyi sebagai perwakilan OSIS. pertama aku tau kamu, pas pulang sekolah aku lihat kamu bawa motor sendiri terus udah mau magrib dan melewati hutan pinus, aku ikutin dari belakang supaya kamu gak sendiri, eh ternyata rumah kita sebrangan".
Bentar,jadi dia tadi yang dikerumunin ibu ibu? Dia yang pulang dari korea itu?Jadi yang tadi rumahnya?
"Nah dari situ aku suka merhatiin kamu, sampai akhirnya aku harus kerja ke Bandung, tapi gak tau kenapa kamu justru bikin aku inget terus"
"Sampai beberapa tahun kemudian aku lihat kamu kerja di salah satu cafe disana.Kamu tau apa yang aku rasakan?" tanya nya yang sama sekali tidak aku respon.
"Aku bahagia bisa lihat kamu lagi, dan semakin kesini aku semakin yakin kalau aku punya rasa lebih sama kamu, suka itu gak ada yang nebak yah walaupun kita belum kenal sama orangnya." jelasnya yang diakhiri senyum miris di akhir kalimatnya.
Aku masih diam sedikitpun gak merespon apa yang dia katakan.
"Seiring waktu berjalan akhirnya kita bertemu dengan tidak sengaja, sebagai tukang gojek dan penumpang, Aku bahagia? Jelas, dan dari sana akhirnya aku memutuskan buat jadi gojek khusus kamu doang haha, sampai akhirnya aku harus pergi tanpa memberi taumu"
"Waktu dicafe hari itu aku menerima telpon dari pihak yang akan membawaku kerja di korea, kamu tau apa yang aku rasakan waktu itu? Aku benar-benar bingung, disisi lain aku harus pergi, tapi disisi lain juga aku berat banget harus ninggalin kamu setelah bertahun tahun aku mencoba dekat denganmu"
Sedikit egoku mulai meluruh mendengar penjelasannya.
"Aku gak bisa ngasih tau ke kamu waktu aku pergi, aku gak mau membuat kamu berpikir macam-macam..."
"Terus Mas pikir aku gak berpikir macam macam kalau Mas gak ngasih tau?" selaku cepat, dengan nada dingin.
"Bukan gitu Ra, aku gak mau kamu nunggu kabar aku, aku gak mau bikin khawatir, dan aku takut ketika pulang kamu malah udah nikah" jawabnya yang membuatku akhirnya menoleh padanya.
"Kamu tuh egois yah, kamu pikir dong kamu ngilang gitu aja, apa menurutmu aku gak khawatir?2 tahun tuh bukan waktu sebentar Ganendra." aku gak kuat lagi, masih banyak unek unek yang ingin aku curahkan tapi air mataku ikut-ikutan turun mengingat 2 taun lalu aku mati matian buat lupain dia.
"Ayara aku minta maaf, kamu boleh marah sama aku, kamu boleh kecewa sama aku, tapi jangan pernah tolak aku Ra" ucapnya yang entah dari kapan tangan nya sudah menggenggam tanganku"Aku gak akan ngulangin ini lagi Ra janji" lanjutnya.
Ada rasa hangat yang menjalar walaupun masih didominan rasa kesalku, tapi aku gak munafik kalau aku memang sayang sama dia.
"Ra Nikah yu." ucapnya spontan.
Aku mencubit bahunya "Kamu kira nikah beli cilok hah gampang banget ngomongnya!"
"Aku serius Ra, aku gak mau lagi jauh jauh dari kamu Ra, aku tau sesuatu itu punya waktunya masing masing, sesulit apapun yang kita hadapi kalau waktunya udah habis pasti kemudahan yang akan datang, apapaun itu kalau udah waktunya tepat pasti terjadi"
"Aku gak mau" jawabku enteng sambil berdiri, sekilas aku melihat raut wajah kagetnya.
"Gak mau lama- lama, dua hari udah lebaran aja nikahnya." lanjutku dan langsung lari sebelum dia melihat wajah merahku.
"Ayara Agestinaaaa sekarang ajaaa aku mau" teriaknya dan berlari menyusulku.
-THE END-
Gaje ya? Yaudahlah gitu aja wkwk
Intinya segala sesuatu itu udah punya waktunya, jadi jangan pernah membandingkan dengan pencapain orang lain.See You Next Story💃
-Writer 21 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story (CERPEN)
De TodoKUMPULAN CERPEN Yu cek siapa tau mengembalikan mood dan menghibur kalian! Pure semua ide hasil pemikiran saya!