Ketika mereka berempat sibuk dengan keterkejutannya lagi-lagi Rilda berkata kecil lalu menarik tangan ketiga orang itu membuat, Afinka, Zero dan Alta terkejut dengan sikap Rilda yang menariknya tiba-tiba keluar.
"Ada apa lagi Ril?" tanya Zero di sela langkahnya, "lariii!" jawab Rilda dengan sekuat tenaga lari keluar dati gedung itu.
"Ayo cepet ke mobil," sambung Rilda membuat Zero, Alta dan Afinka hanya mengangguk setuju.
Setelah mereka sampai di mobil yang cukup jauh dari gedung itu, napas mereka tidak teratur.
"Lo kenapa malah ngajak kita keluar sih?! padahal buktinya udah kita dapet, tinggal nunggu pak polisi aja." pekik Afinka ketika napasnya sudah stabil lalu menatap ke belakang ke arah Rilda.
"Bahaya, disana bahaya." balas Rilda dengan suaranya yang serak.
"Bahaya kenapa? Ril? padahal Afinka bener kita udah menemukan bukti kuat untuk mencari prilaku itu."
"Pelakunya ada disana,"
ucapan dari Rilda membuat mereka terkejut, "bagaimana lo tahu? lalu Kenapa lo nyuruh kita lari, padahal kita bisa menangkapnya langsung." kini Alta mengambil suara yang di setujui oleh Zero dan Afinka.
"Saat kalian sedang sibuk menelpon polisi tadi, gue mendengar siulan seseorang yang baru turun dari tangga, dan gue yakin sekali dia sedang menenteng sesuatu yang bahaya untuk kita."
"Bagaimana kamu tahu? dia sedsng menenteng sesuatu? bukan kah kamu tidsk melihatnya." tanya Zero kembali penasaran.
"Gue nyium baunya, hidung gue sensitif jadi gue memiliki penciuman yang begitu tajam dan pendengar yang tajam juga." jawab Rilda memberitahu rahasianya karena lambat laun, mereka semua pasti tahu rahasianya seiiring waktu.
Saat Zero akan kembali bertanya handphonenya lebih dahulu berbunyi membuat mereka terdiam.
Tring!
Tring!
Tring!
"Halo, Zero!" ucap seseorang di seberang sana.
"Iya, ada apa? Pak?" tanya Zero membalas.
"Cepat ke perusahaan, sebelum 10 menit ini kalian harus pergi dari tempat itu, disana bahaya, kami sudah melacak jika terdapat Bom yang akan segera meledak, cepat pergi dari sana!" ucap seseorang itu kembali membuat Zero yang mendengarnya sontak terkejut dan segera menyalakan mobil membuat Afinka, Rilda, dan Alta menautkan alisnya bingung.
"Zer, kenapa lo nyalain mobilnya, polisi belum sampai?!" ucap Alta yang tak di ledulikan oleh Zero karena ucapan dari Pak Deri--atasan mereka lebih utama di kepala Zero.
"Zer! berhenti! kita harus balik." sambung Alta sambil memegang pundak milik Zero yang tak peduli.
"Zero, buktinya ada disana! kita bisa memberikan pak polisi sebelum dia datang!" lagi-lagi suara Alta membuat Zeri terusik dan membuat ia membuka suaranya sehingga membuat ketiga orang itu terkejut atas ucapannya.
"Gue gak akan balik! bahaya Ta! disana terpasang Bom yang akan segera meledak!"
"Ap-apa?" balas Alta terkejut, yang membuat Rilda menunduk ternyata suara yang ia dengar tadi itu dan bau yang ia cium adalah alat untuk mengaktifkan bomnya.
Setelah mengatakan itu Zeropunmempercepat lajunya untuk menjauh-ssjauh mungkin setidaknya ia sangat jauh dari gedung itu sebab, Pak Deri tak memberitahu beberapa radius bom itu akan meledak.
Di sisi lain seseorang dengan pakaian serba hitam dan topi berada di kejauhan gedung itu sambil memegang remote kendali, hanya bisa menyinggung Smirknya.
"Selamat tinggal, rumahku. Aku terpaksa harus membakarmu dan memghancurkanmu untuk menghilangkan keberadaanku." ucapnya lalu ia pun memencet tombol itu dan berjalan menjauh dengan gaya jalan santainya ketika ledakan besar berbunyi di belakangnya.
TbC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Ngeselin!
RandomJangan lupakan Voment dan follow:) "Lo ini ngeselin banget dah! bukannya kerja malah asik nge-gombal ke janda-janda." "Ini kan pekerjaan lo, ngapain gue harus ikut campur tangan." "Lo kan partner gue, itu kata bokap lo yang ngejebak bokap gue pastin...