Oleh: Muhammad Iqbal
" berapa jam lagi bunda?" aisyah terus menanyai berapa lama lagi ia harus menahan hausnya.
"tunggu sampai azhan maghrib ya aisyah sayang," sahut bundanya dengan mata masih tertuju pada koran. Aisyah kecewa lagi-lagi, ini baru jam 14. 33 siang. Andai ia merengek pada saat waktu zuhur ia pasti sudah diperbolehkan untuk memecahkan puasanya, aku masih umur 7 tahun, aisyah berbicara di hatinya.Tahun ini adalah tahun pertama aisyah puasa. Ia berjanji pada abi nya, kalau ia ingin seperti kakak faiz kakaknya yang berumur 10 tahun tetapi sudah berpuasa sebulan penuh tahun lalu.
Aisyah pergi ke kamarnya dengan tenggorokan yang masih terasa kering. Ia sudah mengeluh pada bundanya. Tetapi, bunda bilang "katanya, aisyah ingin sepeti kak faiz, kan aisyah sudah janji juga kalau mau puasa full," ah aisyah lagi-lagi harus bersabar. Aisyah terlalu mudah mengucapkan janji. Aisyah harus memegang janjinya.
"aisyah, ikut bunda keluar yuk," bunda menghampiri aisyah yang sedang tidur di atas kasurnya.
"kemana bun?, aisyah engga mau panas-panasan di luar deh," aisyah menjawab dengan lesu.
"mau kepasar buat beli makanan buka puasa nanti. Tapi aisyah jangan tergoda ya, bunda mau aisyah belajar menahan haus dan lapar."
"oke, aku ikut bun," nadia akhirnya tertarik juga.Ia dan bundanya berjalan keluar rumah. Di halaman abi dan kak faiz telah menunggu di dalam mobil.
"sabar aja, nanti pasti terbiasa kok." kak faiz menepuk pundak aisyah yang baru duduk di dalam kursi mobil. Aisyah hanya mengangguk.Di sepanjang perjalanan, pikiran aisyah terus mengelana tentang enaknya es dawet, bakso, sate dan nugget. Makanan dan minuman terus berputar-putar di dalam kepala asiyah. membuat air liurnya berada di ujung bibirnya.
"eh, jangan mikirin makanan terus geh. nanti puasanya baatal loh, kan sayang," kak faiz menegur aisyah. tawa bunda, abi dan kak faiz meledak secara tiba-tiba. Semua orang mentertawai tingkah lucu aisyah. "haduh, anak gadis abi ini," abi mengeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anak perempuannya ini. aisyah hanya bisa tersipu malu.Sekarang aisyah memfokuskan pikirannya kepermainan game onlinenya. Dia tidak ingin mengingat tentang makanan dan minuman lagi. Kata bunda, kalau kita tidak mengingat tentang makanan dan minuman maka puasa tidak terasa.
"engga baca al-qur'an aja aisyah?," tanya bundanya yang hendak membaca al-qur'an.
"aku juga mau baca al-qur'an aja deh," kakaknya juga ikut membuka al-qur'an. karna aisyah selalu ingin sama seperti yang lain, maka aisyah juga ikut membaca al-qur'an. Jadi selama perjalanan aisyah terus membaca al-qur'an.Tidak terasa ia telah sampai di pasar. Kesan pertama yang ia tangkap adalah ramai, sama seperti pasar pada umumnya. Tetapi perbedaannya hanya di pasar ini khusus untuk menjual makanan dan minuman pembuka buka puasa dan sahur, dan hanya ada pada bulan ramadhan. Aisyah dan bunda sibuk berkeliling membeli makanan dan minuman secukupnya.
Sampai di sebuah lapak salah satu pedagang ada anak perempuan seumuran dengan aisyah yang juga menjual bakso bakar, bunda tertarik membeli baksonya dan bunda menunggu sampai bakso yang dipesan selesai dibakar.
"adik puasa," tanya bunda ingin tahu.
"iya tante, saya puasa," suara kalemnya terdengar begitu lembut.
"wah, hebat, kamu bisa berdagang dan sekaligus berpuasa. Dimana orangtua kamu?, pasti orangtua kamu bangga memiliki anak seperti kamu." bunda memuji anak itu.
"disana tante.." anak itu menunjuk lapak pedagang es kelapa. "itu orang tua saya, saya berdagang untuk membantu orangtua saya. Saya juga senang dengan berdagang saya bisa mengusir rasa haus dan lapar saya," anak itu menunduk sambil menyiapkan saus baksonya.
"aduh, ya allah, tante seneng dengernya masih kecil sudah bisa melawan rasa haus dan lapar. Aisyah harus contoh dia ya!" bunda menunjuk anak itu.
Aku hanya bisa mengngangguk.
"siapa nama kamu sayang," bunda bertanya pada anak itu lagi.
"devi tante," anak itu membalas dengan senyuman yang manis. Anak yang bernama devi itu memberikan sekantung bakso bakar pesanan bunda. Bunda membayar anak itu dengan uang berwarna biru.
"tante, ini kembaliannya" devi memberikan kembalian uang kepada bunda.
"udah, kembalinya buat devi aja, tante senang devi telah menginspirasi anak tante agar berpuasa lebih giat dan tidak mengeluh," kata bunda tulus.
Devi menerima kembalian itu dengan rasa terima kasih, kemudian dia memotivasiku untuk menikmati puasa tanpa rasa ngeluh. Aku hanya bisa meng-iyakan nya.Aku senang hari ini bisa mendapat pelajaran yang berharga. Devi telah mengajariku kalau puasa itu menyenangkan dan tidak menghalangi kegiatan apapun. Terima kasih devi! Kamu hebat!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Ramadhan
Short StorySesampai di masjid, ayah segera memarkirkan motornya begitu juga dengan Rendy, Kira dan Oliv turun dari motor dan segera masuk ke dalam masjid lewat pintu khusus wanita, sedangkan ayah dan Rendy masuk lewat pintu khusus pria. "kak, untung saja kita...