Oleh: Hengky Fairuz Busthomy
Hafid duduk termenung di teras rumahnya. Ia sedang memikirkan tentang bulan Ramadhan. Menurut Hafid, kedatangan bulan Ramadhan tahun ini terasa begitu cepat. Namun, Hafid merasa, dirinya masih belum siap.
Melihat Hafid duduk termenung, Pak Irfan ayahnya, memanggilnya.
"Hafid, ayo ke sini, duduk dengan ayah." Ajak Ayah.
"Iya Yah..." Jawab Hafid."Hafid, apa yang kamu pikirkan, kok kamu kelihatannya gelisah" Tanya pak Irfan dengan khawatir.
"Tidak kok Yah, Hafid hanya memikirkan tentang bulan Ramadhan. Hafid merasa belum siap dalam menyambut bulan suci Ramadhan tahun ini. Ayah tahu sendiri kan, sholat Hafid masih sering bolong-bolong. Selain itu, Hafid juga masih sering berbohong, dan malas membaca al-qur'an. Bukankah semua perbuatan tersebut dibenci Allah, apalagi saat bulan Ramadhan." Kata Hafid menjelaskan.
"Oh... jadi itu yang Hafid pikirkan. Makanya, Hafid harus bisa meninggalkan semua perbuatan tercela tersebut. Agar nanti pada waktu bulan Ramadhan, semua dosa dan kesalahan Hafid diampuni oleh Allah." Kata Pak Irfan menasihati.
Mendengar penjelasan ayahnya, hati Hafid menjadi semakin mantap. Ia pun semakin siap dalam menyambut bulan suci Ramadhan.Pada pukul 03. 00, Bu Rani ibunya Hafid membangunkan Hafid untuk makan sahur. Setelah makan sahur, Hafid, Pak Irfan, dan Bu Rani segera menuju masjid untuk melaksanakan sholat shubuh berjamaah. Pada saat jam dinding menunjukkan pukul 05. 00, sholat shubuh berjamaah telah selesai. Hafid dan ayah ibunya pun segera pulang. Ketika sampai di rumah, Hafid menjalani hari-harinya dengan penuh semangat. Mulai dari belajar, menyapu halaman, sampai menyiram tanaman.
Pada saat hari semakin panas, Bu Rani memanggil Hafid.
"Hafid... sudah, ayo istirahat." Ajak Bu Rani.
Maka, dengan langkah gontai, Hafid segera masuk ke kamarnya. Karena sangat kelelahan, Hafid sampai ketiduran hingga sore hari."Hafid, ayo bangun Nak, sudah sore. Kamu kan harus mengaji ke TPQ." Kata Bu Rani mengingatkan.
"Astaghfirullah. Iya Bu, Hafid lupa." Kata Hafid dengan terkejut.Hafid pun bergegas mandi, ganti baju, dan segera berangkat ke TPQ. Setelah sampai di TPQ, Hafid mengaji al-qur'an dengan sangat tekun. Hingga tak terasa, hari sudah semakin gelap. Ustad Arifin pun segera memulangkan para santrinya.
Saat sampai di rumah, Hafid, Pak Irfan, dan Bu Rani sudah bersiap di meja makan. Dan, saat yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba.
"Allahuakbar-Allahuakbar" Kumandang adzan Maghrib pun menggema ke seluruh penjuru desa.
"Alhamdulillah..." Seru Hafid, Pak Irfan, dan Bu Rani dengan serentak.Hafid pun merasa sangat bahagia. Bagi Hafid, bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Karena, pada bulan Ramadhan segala amal sholeh pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Itulah yang membuat Hafid sangat bahagia dan bersemangat dalam menjalani hari-harinya pada bulan Ramadhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Ramadhan
PovídkySesampai di masjid, ayah segera memarkirkan motornya begitu juga dengan Rendy, Kira dan Oliv turun dari motor dan segera masuk ke dalam masjid lewat pintu khusus wanita, sedangkan ayah dan Rendy masuk lewat pintu khusus pria. "kak, untung saja kita...