"Nah,... Langsung saja kita mulai pelelangan nya."
"Gua ambil 25 M."
Felicia dan Diva mendelik seketika mendengar suara familiar yang berasal dari dekat mereka, dan bukan hanya mereka. Para tamu yang hendak memulai perang harga seketika diam tak bersua mendengar harga yang diucapkan dengan fasih.
"Lu gila?! Dapet duit darimana nawar harga sebanyak itu?!" seru Felicia setengah berbisik.
"25 M, apa tidak ada yang berniat menawar lagi?" host angkat bicara setelah hening beberapa saat.
Sementara itu, di sisi lain tempat duduk, tepatnya pada golongan topeng hitam. Seseorang terlihat tersenyum menang, tangan nya mengepal atas apresiasi kesenangan nya. Ia kemudian berdiri dan pergi meninggalkan kursi nya.
"Baiklah, terjual seketika dengan harga 25 M!!" ucap host dengan lantang, "dan harga terakhir sekaligus menutup acara pelelangan pada malam hari ini,..." host muda itu pun memukul palu nya dan membungkuk dengan hormat sebelum akhirnya tirai tertutup.
Merita pun berdiri dari tempat nya sembari membenarkan anting nya, sementara Felicia dan Diva masih belum habis melongo dengan gerak cepat Merita yang mencengangkan itu. Tentu saja, desas desus dengan cepat tersebar, bagaimanapun, mereka masih remaja dan cuma sebatas akses silver di pelelangan itu. Tapi dengan nekat mengambil berlian dengan harga di luar nalar.
"Me, Merita?"
"Theo, jemput gua di bawah. Jangan telat."
"Se, sekaya apa, sih dia?" bisik Diva pada Felicia.
"Setahu gua, sih... Ortu nya punya bisnis yang berelasi dengan perusahaan-perusahaan besar, tapi ngga sampe kayak gini juga..." Jelas Felicia.
"Ada yang aneh..." ucap Diva, "kenapa juga tadi dia ngebiarin kita yang ngurus ID, kalo nyata nya bakal gini?"
"Tapi sejak awal Merita emang ngga tertarik, kan? Dia juga ngga tau itu barang kayak gimana..."
"Lu,... Udah pernah ke pelelangan sebelum nya, kan?" kata Diva menginterogasi.
Merita menghentikan langkah nya sejenak, tersenyum tipis sambil berbalik. "Sampe di sini, kalian duluan ngga apa-apa. Kalo ngga pengen terlibat." kata Merita, "lu pasti ngerti maksud omongan gua, kan? Diva Varossa Gerofatta."
Diva mundur perlahan, kemudian segera menarik Felicia pergi dari sana secepat mungkin. Ia menutup telinga dan bertingkah seolah tidak ada yang terjadi dan sama sekali tidak mengenal Merita. Karena ia yang notabene nya penghuni dunia malam sangat mengerti maksud dari tatapan itu.
"Bisnis berelasi perusahaan besar? Heh- jan bikin gua ketawa..." ucap Diva setelah mereka keluar dari gedung.
"Ke, kenapa? Ta, tapi,... Te, terus Merita gimana?"
"Jangan sebut nama nya." kata Diva, "untuk beberapa waktu, jangan hubungi dia dulu. Bisa gawat kalo kita kena imbas juga."
"Kamu ngomong apa, sih... Diva?"
"Merita itu,... Bukan cewek sembarangan."
.
"Semua sudah siap, nona. Saya sudah membaca situasi." pemuda sopir itu tersenyum sambil memasuki lift.
'kasih pelajaran mereka semua.'
"Siap laksanakan, nona."
.
Merita kini sudah ada di tempat transaksi, tersenyum ramah melihat petugas lelang serta host tadi di sana. Juga tak lupa seorang pemuda bertopeng mata hitam. Ia pun menyalami mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/266044079-288-k375154.jpg)