『Menjadi Pahlawan?』
『Tapi… Aku sudah membuang impian konyol itu』
Nyatanya,...
「Pahlawan」dan「Penjahat」
Pada hakikatnya sama saja..
Tak ada hitam diatas putih maupun putih diatas hitamItu hanya kiasan
「Baik」Atau「Buruk」
Sama-sama punya hitam dan putih yang imbang
Seorang pencuri mencuri untuk menghidupi anak-anak nya yang masih kecil, dan seorang polisi yang jadi polisi hanya karena ingin disanjung dan di takuti. Atau seorang pembunuh yang terpaksa membunuh seseorang karena diancam, dan seorang tentara yang dasar nya suka menindas warga lemah.
『Apa Perbedaan nya?』
.
.
.
.
.
**
Pukul 08.00 malam,...
Jalanan kota terlihat begitu sepi meski belum begitu larut, dengan hawa dingin yang menyeruak serta sisa-sisa hujan, juga jalanan kota pinggiran yang rusak dan becek menjadi salah satu alasan penghuni nya enggan bahkan hanya sekedar menapak keluar. Selain itu juga karena wilayah pinggiran distrik yang tidak aman untuk di lintasi saat malam.
Alasan nya sederhana.
Dar! Dar! Dar!
“Cunguk brengsek sialan!! Balikin harta gua, bangsat!!!”
Kecipak cepat air kubangan di tengah jalanan yang rusak mendominasi sunyi nya kota dalam satu helaan nafas, sesosok bertutup hoodie tengah berlari di tengah gerimis yang hampir hilang. Menantang adrenaline nya yang terpacu sempurna, bagaimana tidak? Dikejar oleh sebuah mobil hitam mengkilat yang pastinya mahal dengan kecepatan yang terus bertambah, sementara dirinya hanya bermodal sepasang kaki. Nekat tanpa batas, atau mungkin simpel nya semangat anak muda. Ya, benar, sosok berhoodie itu bila diperhatikan lagi memang masih berperawakan anak SMA.
“Anjing sialan, ngeyel banget sih, tua bangka!” umpat nya yang hampir kehabisan tenaga berlari.
Di belakang sana, terlihat atap mobil terbuka dan menampakkan beberapa orang berjas yang mengacung pistol. Merasa gagal membidik lewat jendela mereka akhirnya meanggunakan bagian atas mobil. Sementara satu pria yang jadi atasan mereka tak hentinya memaki dan meneriaki sosok hoodie itu dengan segala macam ‘kata mutiara’ yang ia ketahui.
Dar! Dar! Dar!
Sosok berhoodie itu berdecak kesal merasakan tembakan berulang-ulang itu, walau semuanya meleset, tapi itu cukup menguji sampai mana adrenaline kematian nya konstan naik. Namun tak selang lama kemudian raut wajah nya berubah menyadari kesempatan di depan mata nya.
“sorry aja, gua ngga bakal biarin tiket 5 M gua hilang.” Gumam nya dengan smirk sempurna, ia pun menyalakan headset nirkabel yang telah terpasang sedari tadi di telinga nya. “gua mau mampir bentar, sambut yang meriah.”
Setelah mengatakan itu, ia segera menukik tajam pada sebuah celah sempit yang kumuh di dekat sana. Mobil pengejar itu pun berhenti beberapa jarak dari celah itu. Atasan mereka yang pertama turun tersenyum miring mengetahui kalau celah itu adalah jalan buntu antar gedung, tanpa membuang waktu lagi ia memerintah anka buah nya lekas meringkus target mereka.