Seorang pemuda yang merupakan salah satu petugas lelang berlari kelabakan pada host yang memperkenalkan dirinya sebagai Stiletto, wajah nya pias sementara pemuda bertopeng hitam tadi juga terlihat menunggu. Merita sendiri masih duduk diam menunggu, berlalu 13 menit sejak ia memutuskan untuk menuruti kata-kata Stiletto.
"Tu, tuan Stiletto... Saya melaporkan." ucap pemuda itu terbata, "semua penjaga dan keamanan gedung ini, telah di lumpuhkan oleh orang yang tidak di ketahui! Dan parah nya lagi,... Para orang-orang kita semua yang jadi sasaran utama!!"
"Ba, bagaimana bisa?! Keamanan gedung ini sudah sangat ketat dan bagus!! Bagaimanapun, aku minta kalian mencari pencuri itu! Apa organisasi nya! Dan siapa saja pelaku yang membuat orang-orang kita terluka seperti itu!!!"
"15 menit tepat." ucap Merita sambil berdiri.
Stiletto segera berbalik lagi, menata ekspresi nya dan tersenyum kepada Merita. Sangat natural, bahkan setelah acara oktaf tinggi itu ia bisa langsung membenahi raut wajah resah nya untuk menghadapi client.
"Ka, kami benar-benar meminta maaf, nona..."
"Jadi? Aku akan membatalkan transaksi nya sekarang." ucap Merita yang sudah diambang kekesalan.
"Sangat disayangkan, nona. Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya atas insiden yang kurang menyenangkan ini. Akan saya kirimkan biaya kompensasi dua kali lipat untuk anda,... A, anu,... Bisakah jangan meruntuhkan pelelangan ini? Sa, saya tidak punya apapun lagi selain nama pelelangan ini."
Merita menyibakkan surai ash-blonde nya, berlalu tanpa menatap wajah bertopeng Stiletto lagi. "Hmph! Dasar orang-orang tidak berguna. Aku tidak membutuhkan uang kalian." kata Merita tanpa ampun.
"No, nona Rodeo!"
Stiletto meneriakkan nya agak lantang, membuat Merita langsung berhenti seketika. Gadis itu pun berbalik dan menatap nya.
"Tadi,... Kau memanggilku apa?"
"Nona Rodeo,... Putri satu-satu nya pemilik perusahaan Crimson Moon,... Apa saya salah?"
Merita mendecih kesal, "jadi itu lu, Gremiore. Kalau gitu urusan lu sama gua ngga selesai sampai sini." kata Merita sambil melepas topeng nya, "yah, tapi mungkin nama pelelangan ini bakal bertahan agak lama lagi."
Pemuda bertopeng hitam itu menerawang intens pada Merita, mencoba memproses wajah itu untuk ia ingat. Sementara tangan nya mengepal erat, ia sudah kehilangan tiket berharga nya tanpa bisa berbuat apa-apa malam ini. Jeda kejadian pencurian itu terlalu lama berlalu dan sama sekali tidak di sadari, membuat nya tidak bisa bertindak cepat.
"Sialan!" umpat nya.
Merita yang mendengar umpatan itu pun menoleh, "sayang banget lu ngga mau ngomong darimana lu dapet barang itu, so, mitra kita sampai sini aja. Semoga gua ngga perlu lagi ketemu sama lu."
"Jalang sialan,..." runtuk nya setelah Merita pergi.
"Kami minta maaf, semua pemasok akan dapat biaya kompensasi. Dan untuk anda akan dapat dua kali lipat nya, tuan." kata Stiletto pada pemuda itu.
Pemuda itu pun melepas topeng nya dan berlalu begitu saja, raut wajah nya terlihat begitu resah. Stiletto membaca itu namun tak ingin terlibat dengan masalah orang lain lebih jauh lagi.
"Akan saya kirim ke rekening anda."
. . .
"Anda bersenang-senang, nona?"
Merita yang baru masuk mobil itu pun menyungging senyum, ia meraih ponsel nya dan sejenak melihat beberapa pesan masuk. Ia pun meraih sebuah kuncir rambut dan mengikat surai nya yang tergerai.