17. Nebeng

9 0 0
                                    

Cape banget. Penat banget. Stress banget adalah yang dirasakan mahasiswa TEPC diakhir semester 3. Dengan banyaknya mulut yang berbicara dan mengeluh, muncullah ide dari salah satu anak.

"Mantai yoook" celetuknya, pas banget kelas lagi hening padahal sebelumnya ribut. Kebayang banget kan suaranya.

Celetukan itu mendapat banyak pro dari anak-anak kelas dan mendapat sedikit kontra.

Diantaranya yang kontra adalah Rinsha, Andin dan Jeha.

Abis gimana ya, mereka tuh suka kesulitan gitu dapet tebengan. Padahal sebenernya banyak tuh anak kelas yang kosong boncengannya. Berbeda sama Dena yang sepertinya fix banget kemana-mana sama Hito. Gak ada tuh yang nanya "Hito, Lo sama siapa?" Gitu, gak ada. Udah pasti si Hito tuh boncengin Dena.

"Dimas! Lo sama sapa?" Tanya Andin, buru-buru menyambar temannya yang jomblo itu. Andin sih biasanya, kalau gak sama Andre ya sama Dimas. Cuma kali ini dia kalah cepat sama orang lain, sampe-sampe Andre udah di booking duluan.

Dimas yang merasa sering dibantu Andin langsung ngangguk, paham banget kayaknya.

"Yaudah gua sama Lo" jawab Dimas, enak banget.

"Yes!" Andin dan Dena nyengir.

"Sana Lo sama Ale, Lo sama Leo" ujar Dena, ngatur.

Rinsha dan Jeha kemudian saling pandang, tatap-tatapan sebentar lalu menggeleng.

"Malu anjir" sungut Jeha.

"Ya biasa kali, temen biasa" ucap Andin, "gua sama Dimas b aja tuh"

"Ya karna emang gak naksir" Rinsha menoyor kepala Andin.

"Gak ikut ah gua" ujar Jeha. Dena dan Andin panik.

"Gua juga deh" ujar Rinsha, selalu begitu tapi ujung-ujungnya—

"Gua aja yang ngomong!" Andin berdiri, siap maju nyamperin Leo dulu baru Ale. Tapi gerakannya gagal waktu Irma, temen kelasnya itu nyamperin Leo.

"Woy, nebeng Lo ya gua" ujar Irma, enteng banget ngomongnya kayak gak ada beban.

Diam-diam Dena menggumam, "mampus"

"Udahlah males gue gak ikut" ujar Jeha, emosi dalam jiwa.

Tau-tau Alfina menepuk tangannya beberapa kali, meminta perhatian. Biasanya sih, kalo cewe itu udah mengusulkan sesuatu selalu jadi. Alfina seolah-olah punya power untuk mempengaruhi teman-teman kelasnya.

"Banyak yang gak punya motor, nyewa angkot aja gimana?" Ujarnya sambil berdiri.

Banyak yang mengeluh, namun ada juga yang setuju senang.

"Nah, setuju gue!!" Suara Tika, salah satu yang kesulitan juga cari tebengan.

Sebenernya gak sulit sih, cuma banyak gitu yang kasusnya macem Rinsha dan Jeha. Makanya pada mager alias males gerak.

"Ribet ah ribet!! Belum sokongan duit, koordinir duit, kordinir angkot, belum lagi supir angkotnya ikutan kan nanti" Irma menentang, biasalah. Kalau ada yang pro biasanya ada yang kontra.

"Gua deh yang usahain nanti" Alfina berkorban, kalau Jeha sih biasa nyebut Alfina itu tumbal kelas.

Seperti contoh, ketika Dosen killer nyuruh maju ngerjain soal didepan, semua sepakat menyodorkan Alfina. Andin juga sih sebenernya.

"Gini aja" Dimas mengangkat tangannya, meminta izin untuk bicara. "Yang punya motor dan sendiruan di list dulu, nah yang nebeng juga di list"

"Iya gitu aja" Irma bicara lagi, "gua liat banyak tuh yang punya motor"

Entah kenapa ya, Jeha, Rinsha, Dena dan Andin agak gak suka liat gaya Irma. Mau anak itu senyum, ketawa, marah, semuanya keliatan menjijikan Dimata mereka.

Apakah itu yang disebut, Lo nyakitin temen gue berarti urusan Lo sama gue?!

"Ale kosong, Indra kosong, Fauziyah, Nirmala, Rafathar, Sekala, Mikael, Gempi—"

"Gue bawa mobil" ujar Gempi mengangkat tangannya.

"Tuh!!" Irma berseru.

"Gue sama Arsy, Nastusha Rafathar—"

"Woy, Rafathar bawa motor aja si biar cukup boncengan"

"Panas anjir nanti gue gosong" Rafathar menggeleng.

"Gue bawa mobil juga kok" Sekala mengangkat tangannya, "siapa mau sama gue?" Tanya Sekala.

"Gue Kal!" Jeha jadi yang pertama mengangkat tangan, "Gue sama Rinsha!"

"Oke"

"Gue juga si!!" Tika mengangkat tangan.

"Oke, mobil gue muat 5 orang doang.. satu lagi cowok dong, masa gue sama betina-betina gini" protes Sekala karna yang mengangkat tangan cewek semua.

Seseorang paling belakang mengangkat tangannya, tidak ada suara namun cukup menjadi perhatian semua orang.

"Oke Ethes" ujar Sekala.

Sebenernya dia gak begitu dekat sama Ethes. Setau Sekala, Ethes itu cukup ansos. Kemana-mana sendiri, kadang duduk dipojokan Student Corner sambil main laptop terus telinganya disumpel headset. Makanya agak kurang dikenal sama temen-temennya.

Bahkan mereka kira Ethes gak akan ikut acara mereka ini.

Sekelas kembali ribut menentukan siapa nebeng siapa dan Jeka dkk kembali ribut.

"Anjir gue oleng ke Sekala aja kali ya.. udah baik, gak pilih-pilih temen lagi" ujar Jeha meski sambil berbisik.

🐨🐨🐨

Ada bintang tamu gais hahahhaha!! Keren banget kan gue, mendatangkan bintang-bintang sebagai tamu 👍🤪

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adore UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang