2. Oi?

53 6 10
                                    

Sebelumnya mohon maaf jika kurang nyaman dengan bagian awalnya. Gak bermaksud membandingkan karna ini tulisan ngasal.

----------------------

Jadi anak science itu berat. Dipandang pinter anak sosial, padahal nyatanya enggak. Kalau masuk universitas juga bingung, kalau pinter nya kebangetan langsung caw kedokteran, teknik atau pertambangan, atau fakultas bergengsi lainnya. Kalau pinternya setengah, mentok masuk Fakultas pertanian atau Fakultas Keguruan yang gampang masuknya. Masuknya doang gampang, waktu dijalanin sama aja. Mau lu kedokteran, teknik, pertanian, pertambangan, keguruan semuanya tetep berat. Tergantung kapasitas masing-masing.

Nah yang unik lagi, Fakultas pertanian punya departemen Teknik Pertanian. Makin modar gak tuh mahasiswanya. Belajar pertanian yang ngurusin benda hidup sekaligus jadi anak teknik yang ngurusin benda mati.

Dena meniup ujung rambut yang menjuntai didahinya. Ikat rambutnya hampir lepas namun tangannya terlalu kotor untuk mengikat, akibat tanah entah ultisol, andisol, atau histosol didepannya.

Kemudian matanya menangkap sosok tampan dan rupawan, namun segera ia memalingkan wajah ketika yang ia tatap berjalan kearahnya.

"Udah belum??"

"Ini gua baru dapet warna tanah, karakteristik, kelembaban sama tipe tanah. Kalo pH belom"

"Yaudah gua aja" balas Hito, hendak duduk membuat Dena mengulum bibirnya. "Eh bentar deh"

Dena mendongak, kemudian tersentak ketika Hito mengambil alih rambutnya dan mengikatnya dengan telaten.

Dena menahan napas. Takut kalau napasnya lolos bersamaan dengan jantungnya yang berdisko.

Aduh Hito....

"Udahlah gak usah rapi-rapi" kata Hito menepuk dua kali kepala Dena dan duduk disamping gadis itu.

"Alah bilang aja gak bisa ngiket rambut" Dena sok kesal sambil mendecakkan mulut, padahal dalamnya sedang menata hati yang berserakan akibat ditepuk kepalanya.

"Haha emberr" balas Hito tak tau malu.

Tinggal Dena mencatat laporan dari Hito tentang ciri tanah yang mereka teliti.

"Na?"

"Oi?"

"Lo kalo ada temen luar fakultas kenalin gua dong. Sepi nih gua bagai taman tak berbunga"

Dena menggigit bibir bawahnya sambil membatin "ngapain luar fakultas kalau nengok aja dapet"

Belum sempat Dena menjawab, Jeha tiba-tiba menyambar "anjir dangdut lo"

"Brisik lu Je"

Hito cemberut.

Adore UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang