4. Mobil Grab

31 7 2
                                    

Meskipun sering digadang-gadang akan meninggalkan departemen Teknik Pertanian karna memiliki cita-cita lain, Andin gak menyesal masuk Teknik Pertanian. Malah dia kadang merasa hidupnya berguna ketika beberapa teman kelas datang dan mengeluh kepadanya tentang mata kuliah. Berbeda dengan masa sekolahnya, semuanya pintar. Merasa tidak berguna bertanya pada sesama teman, karna memiliki guru les masing-masing.

Andin sempat bentrok dengan orang tua akibat terlalu nyaman di Teknik Pertanian, membuatnya lupa akan impiannya dulu.

Andin menghela napas berat, sampai Rinsha yang ada disampingnya menoleh.

"Eh sori, gua kelepasan" ujar Andin tak enak.

"Kelepasan napas maksud lo?" Tanya Dena.

Jeha malah ketawa kenceng banget. "Napas aja kelepasan sih anjirr"

Andin menangkup kedua tangannya masih meminta maaf, yang jelas tak masuk diakal Rinsha, Dena dan Jeha.

Keempatnya sedang istirahat dikosan Jeha, karna kosan Jeha yang terdekat sambil menunggu kegiatan departemen mereka sore nanti.

"Ngapa sih Din?" Tanya Rinsha sambil mencolokkan ponselnya yang habis baterai.

"Ini nih kak Anhar katanya mau jemput gua ntar pas rapat jurusan"

"Lah terus???"

"Ya gua gak enak sama kalian dong cayang cayang cuuu"

"Kak Anhar jemputnya bawa mobil lah biar sekalian angkut" usul Jeha langsung mendapat dukungan dari Rinsha.

"Mobil grab maksud lo???" Tanya Andin menyindir. Anhar kan belum punya mobil sendiri.

"Enak ya punya pacar Din?" tutur Dena

---------------
Sesi curhat dimulai =>>>>

Adore UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang