Anita terduduk diam di ruang tamu. Menunggu papanya membuka suara. Sudah sekitar 30 menit setelah Juan mengantarkannya kerumah. Dan itu tak luput dari pandangan papanya.Anita melihat notifikasi dari handphonenya.
Mama : kak mau muffin gak?
Anita : iya ma
"Chat sama siapa kamu"
Anita mendongak menatap papanya. "Sama mama" jawabnya mematikan handphone. Lalu menegakkan duduknya. "Pa aku bikin min—"
"Gak usah" Anita mengulum bibirnya. Merasa canggung karena ini pertemuannya dengan sang papa pertama kali setelah lama tak bertemu. Apalagi hawa papanya terlihat marah ketika melihat Juan mengantarkannya pulang.
"Itu tadi siapa? Pacar kamu?"
Anita mengulum bibirnya. Mengangguk pelan. "I-iya pa" jawabnya pelan. Andri membuang muka.
Anita menggigit bibirnya takut. Seperti ini sudah pernah terjadi dulu saat smp Anita dekat dengan teman sekelasnya laki-laki. Dan saat itu pula Andre memarahinya habis-habisan saat Yuli sedang tak ada di rumah.
Andre melipat tangannya di depan dada. "Emang papah pernah ngajarin kamu centil pacar-pacaran?" Tanyanya. Anita hanya menunduk.
"Gausah deket-deket lagi sama cowok tadi, jangan jadi murahan kaya mama kamu" Anita memejamkan matanya merasa nyeri mendengar penuturan papanya barusan.
Selalu seperti ini. Papa akan membawa-bawa nama mamanya.
"Siapa yang murahan?"
Anita sontak mendongak menatap pemilik suara tadi. Begitupun Andri yang langsung menengok pada Yuli yang baru saja datang lengkap dengan pakaian kantor.
"Kata lo apa? Jangan jadi murahan kayak mamanya Anita? Mama nya Anita yang mana dulu nihh??"
Yuli mendudukkan dirinya di sofa single lalu menumpukan kakinya. "Yang lo maksud mamanya anita itu, gue. Atau—istri lo?" Tanyanya lalu terkekeh.
"Kayaknya opsi kedua yang bener deh. Yang lo maksudnya murahan itu istri lo kan?"
Andri menatap Yuli tajam. Mengepalkan tangannya merasa terpancing oleh wanita berprofesi CEO di depannya. "Jaga mulut kamu yul" sentaknya.
"Lohhh kok marah? Kan lo sendiri yang bilang mama nya Anita murahan. Istri lo itu berarti juga mama nya Anita kan? Mama tiri? So?"
Yuli beranjak dari duduknya lalu duduk menyerong di samping Andri. Menumpukan wajahnya pada tangan. "Makanya kalo ngomong tuh yang jelas. Jangan gak jelas kaya hidup lo HAHAHA" ujar wanita itu terkekeh.
Andri beranjak dari duduknya. Merapikan jasnya lalu menatap Anita. "Papa mau kamu putusin sekarang pacar kamu itu. Kamu itu harus fokus belajar. Sekolah bukan main-main kaya gitu. Biar kamu bisa lanjutin perusahaan papa" ujarnya tegas.
Yuli menyerit lalu terkekeh. "Eitssss enak banget lo nyuruh-nyuruh anita. Hak apa lo larang-larang anita?!" Yuli melipat tangannya di depan dada.
Andri melirik sinis. "Gue papa nya" jawabnya lantang. Yuli menaikan alisnya lalu terkekeh sinis.
"You sure? Lo bilang, lo papa nya Anita. Emang pernah lo ngasih dia uang sekolah, uang makan, tempat tinggal. Bahkan kasih sayang aja lo gak ada ke anita."
Andri memutar bolamatanya malas. "Lo jangan berlaga deh yul. Baru gitu aja lo udah gede kepala. Sama aja lo kaya baba lo" jawab Andri.
Yuli melebarkan matanya. "Lo bilang apa? LO BILANG APA DRE? BARU GITU AJA? GUE IDUPIN ADAM AMA ANITA DARI MEREKA MASIH PIYIK. SEDANGKAN LO GAK ADA TANGGUNG JAWABNYA. Hah? Sehat lo?"
Andre memejamkan matanya. "ITU UDAH TUGAS LU JADI SEORANG IBU"
"TERUS TUGAS LU JADI SEORANG BAPAK MANA? UDAH LU JALANIN BELOM JING????" Ujar Yuli mendorong bahu mantan suaminya.
Yuli menarik tangan Anita lalu merangkul anaknya dengan nafas memburu. " INI ANAK GUE. ADAM ANAK GUE. LO JANGAN GANGGU GUE SAMA ANAK-ANAK GUE" Andre menatap tajam Yuli lalu Anita secara bergantian.
"LO GAK PANTES JADI MAMA BUAT ANITA, YUL. LO CEWE MURAHAN." Sentak Andre mencoba mengambil alih Anita yang sudah menangis kejar.
"Sini in anak gue yul. LEPAS GAK?" Ujar Andre emosi. Anita semakin menangis kejar ketika Andre mendorong tubuh Yuli dan berusaha menggapainya.
Anita melepas tangan mama nya, juga papa nya. "UDAH STOP" sentaknya membuat Yuli dan Andre terdiam.
"LO SEMUA DIEM. LO PADA GA MIKIR PERASAAN GUE APA? LO PIKIR GUE GAK CAPE?—"
"LO PIKIR GUE APAAN LO PADA REBUTIN. LO BERDUA CHILDISH TAU GAK"
Yuli memejamkan matanya. "Mama cuma gak mau dia ambil—"
"GUE CUMA AMBIL ANAK GUE AJA YUL. ANAK DARAH DAGING GUE"
Yuli mengusap air matanya. Berdiri didepan Andre. "sebelum lo ambil. Gue bakal ambil duluan" Anita berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Membuka pintu memasuki kamar lalu menutupnya dengan kencang. Duduk bersandar di depan pintu. Menutup telinganya dengan tangan ketika terdengar suara sahut-sahutan dari orang tuanya.
Menangis tersedu-sedu mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu. Bahkan suara mereka bertengkar malam itu masih terngiang di telinga Anita.
Bagaimana papa nya meninggalkan rumah. Yuli yang harus meminum obat sambil menangis setiap malam. Bagaimana suara tangan Yuli menampar perempuan perebut itu. Dan bagaimana teriakan frustasi Yuli pada Andre. Dan Anita hanya bisa memeluk adam dan menutup telinga adam agar anak itu tak mendengar semuanya.
Semua kembali terlintas di pikiran Anita. Masa kelam dalam hidupnya.
Anita sudah berusaha melupakan masa lalu itu. Masa susahnya. Masa tersedihnya. Anita benci kenangan buruk itu semua.
Anita membuka handphone nya. Menekan room chat nya dengan adam.
Anita : jangan pulang dulu, di rumah gak ada orang. kunci nya gue bawa. gue lagi diluar sama mama.
Adam : lo bohong. gue udah pulang. buka pintu kamar lo.
Anita tersentak kecil. Menghapus air matanya. Beranjak dari duduk nya dan membuka pintu kamar. Bahkan suara mereka bertengkar masih saja terdengar. Entah kapan mereka selesai dengan perdebatan itu.
Anita menatap adam yang sangat berantakan. Kancing seragam anak itu terbuka. Rambutnya acak-acakan. Dan tangan yang memegang handphone serta earphone di telinganya.
Anita menarik adam masuk. Menutup rapat pintu kamar agar suara dua manusia yang sedang bertengkar itu tak terlalu terdengar. Menatap Adam yang juga menatapnya.
Adam melepas earphonenya. Menaruh di atas meja. Lalu menatap Anita kembali dengan mata yang berkaca-kaca.
Terdiam lama sehingga Anita menarik Adam kedalam pelukannya. Menutup kuping adam dengan tangannya ketika terdengar benda pecah dari luar. Persis seperti kejadian bertahun-tahun yang lalu
"Mama... papa...." lirih Anita.
•••
ada yang broken home?
btw gue nulis part yang kaya ginian lancar banget, pengalaman soalnya ha ha ha :)
sorry gaisss aku up lama...
ulangan tau.....kalian ulangan ga? Semangat yaa!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eh,Bu ketos!
Novela JuvenilAnita Salwalia, si ketua OSIS yang ramah dan murah senyum,tapi itu tak berlaku pada satu orang murid yang sudah Anita blacklist sejak pertama bertemu. Juan Putra Anando. Hanya Juan yang memanggil Anita dengan panggilan "Eh,Bu ketos!". Anita benci it...