•11

1K 264 30
                                    

|Wy We Should Break Up|

***

Suasana di selasar ukm musik terasa berbeda sore itu. Rose yang baru saja keluar dari ruangan musik pun lantas bergerak maju kehadapan Damian. Memposisikan Lisa dibalik punggungnya dengan impulsif. Seolah-olah manusia dihadapannya adalah makhluk berbahaya yang patut diwaspadai.

"Mau apa lo kesini? Mau nyalahin Lisa atas semuanya? Lo nggak lihat dia udah luka kayak gimana?!" Tukas Rose kesal. Matanya menatap Damian nyalang.

"Gue nggak mau nyalahin siapa-siapa Rose. Disini gue mau ngomong sama Lisa itu aja." Ucap Damian tenang. Tetapi, sorot matanya terlihat - khawatir, entahlah. Perkataan Damian membuat kening Rose berkerut. Namun detik berikutnya, ia menatap Damian remeh.

"Mau ngomong apa lagi? Apa yang mau lo jelasin ke Lisa? Setelah semua yang lo lakuin cuman bisa bikin Lisa sakit hati tau nggak Dam!" Ucap Rose sarkas.

"Rose.. Udah!" June menarik lengan Rose perlahan, mencoba menahan Rose agar gadis itu tak memicu keributan. Namun dengan cepat ditampik kasar oleh Rose yang notabene adalah kekasihnya sendiri.

"Bentar dulu Jun! Ini nggak bisa dibiarin."

"Rose... udah. Gue sama Damian emang butuh waktu berdua." Kali ini Lisa buka suara. Tangannya menarik lengan Rose lembut untuk mundur selangkah kesisinya. Rose menatap Lisa tak percaya. Dan sebelum gadis itu melayangkan bentuk protesnya, Bobby lebih dulu menengahi.

"Rose.. Hargai keputusan Lisa ya, dia sahabat lo. Mereka butuh waktu berdua. Jadi kita kasih mereka privasi dulu ya, ayo. " Ujar Bobby. June mengangguk dan dengan sekuat tenaga menarik tangan Rose yang terlihat enggan untuk beranjak dari tempatnya. Lisa memberikan anggukan pelan, menandakan bahwa ia akan baik-baik saja.

"Awas aja kalau Lisa kenapa-kenapa!" Ancam Rose. Telunjuknya ia acungkan dihadapan muka Damian sebagai tanda peringatan. Dengan terpaksa, Rose pergi meninggalkan Lisa dan Damian - memberikan ruang privasi untuk mereka berdua.

**

"Kamu nggak kenapa-kenapa kan? Ada yang luka lagi selain lutut?" Tanya Damian. Terdengar kekhawatiran dalam suaranya yang justru membuat Lisa terdiam terpaku. Tidak mendapati respon apapun dari Lisa, membuat laki-laki berhoodie abu-abu dengan rambut yang terlihat agak berantakan itu mengernyitkan dahinya - bingung. Damian bergerak maju, tangannya hendak meraih bahu gadis itu. Dan diluar dugaannya - Lisa menghindar. Satu tangannya menampik pelan tangan Damian.

"Aku nggak apa. Bobby udah bantuin obatin tadi." Ucap Lisa pelan. Membuat Damian menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Lis..." Damian memanggil Lisa, lebih tepatnya memastikan. Ada apa atau kenapa gadis itu terlihat berbeda. Berulangkali Damian mencoba menampik segala kemungkinan atau mungkin mencari pembenaran. Otaknya tetap tak bisa menduga alasan yang tepat. Karena segala hipotesa yang ia pikirkan saat ini selalu berujung pada satu hal yang membuat hatinya gundah.

Lisa kini menatap Damian. Membuat laki-laki itu terdiam. Karena dihadapanya, gadis itu tengah menatapnya dengan pandangan mata yang membuat Damian gelisah. Kecewa - satu hal yang Damian tangkap dari netra bambi gadis itu.

Lisa menggenggam erat sisi cardigan yang ia kenakan. Mencoba meredam segala perasaan yang selama ini ia tahan. Lalu setelah itu, ia menghela napas dalam. Ada rasa sesak saat paru-parunya mengempis.

"Lisa... Kenapa? Ada yang sakit? Jangan diem gini, kamu aneh tau nggak." Pernyataan Damian membuat Lisa terkekeh pelan.

"Ian..." Suara lirih Lisa menarik atensi Damian. Tidak - sedari tadi Damian selalu terfokus pada Lisa. Tapi kali ini, perasaan cemas tiba-tiba melingkupi dirinya.

✔ Why - We Should Break Up (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang