•2

1K 280 26
                                    

|Why - We Should Break Up|

***

"Anjir bang, kanjeng ratu kejebak demo di Indomaret!" Heboh Echan yang membuat beberapa pasang mata melirik bahkan menoleh kearah meja tempat dirinya berada.

"Itu mau rebutan diskon apa gimana? Demo kok di Indomaret." Celetukan Yuta membuat Lisa yang duduk dihadapannya harus menahan tawa.

"Bukan gitu ya dodol. Maksud ane, kanjeng ratu kejebak di indomaret samping balai kota gara-gara ada demo." Tukas Echan yang kini menunjukkan layar ponselnya yang berisi percakapan di grup baseball.

"Coba cek grup gih. Kak Ajeng minta tolong buat dijemput katanya." Tambah Echan.

Hal tersebut sontak mengalihkan atensi Damian yang semula sibuk mengerjakan tugas dilaptop miliknya. Buru-buru ia meraih ponsel disampingnya dan membuka chat grup seperti yang dikatakan Echan, adik tingkatnya.

"Chan, lo bisa jemput Ajeng?" Tanya Damian.

"Gue bawa mobil bang, kalau jemput kak Ajeng yang ada mobil gue tewas diserbu masa gimana? Bang Yuta coba gih." Usul Echan sembari menyenggol Yuta yang ada disampingnya.

"Gue bawa Sri hari ini ya Chan. Nggak bisa diajak balap nanti kalo bonceng Ajeng."

"Sri? Pacar lo Yut?" Tanya Lisa memastikan yang justru mendapat tatapan heran dan tawa dari Echan.

"Bukan kak Lis, Sri itu vespa antiknya bang Yuta. Curiga Echan, bang Yuta lebih milih vespa dibanding cari wanita." Jawab Echan yang mendapat lirikan tajam tanda tak terima dari manusia disebelahnya, Yuta.

Disamping itu, Damian segera menyudahi kegiatan awalnya mengerjakan tugas dan beranjak dari duduknya.

"Lis, kamu bisa tunggu disini dulu? Aku mau jemput Ajeng. Nggak apa kan?" Tanya Damian. Tangannya menggenggam pergelangan tangan Lisa, meminta persetujuan. Bisa Lisa lihat raut khawatir terpancar pada air muka Damian. Ingin rasanya Lisa egois. Dari sekian banyak orang atau bahkan sahabat Ajeng - kenapa harus Damian? Kenapa harus Damian yang terlihat sangat khawatir. Ingin rasanya Lisa berkata tidak, tapi apa daya. Semua perkataan Damian seolah punya kendali atas dirinya untuk selalu berkata - iya, meski hatinya menolak. Seperti saat ini contohnya.

"Iya, nggak apa. Jemput Ajeng buruan sana. Keburu tambah rame nanti banyak jalanan diblokir lagi." Ucap Lisa memaksakan senyumnya yang dibalas senyuman lembut Damian.

"Nggak lama kok, habis itu aku antar kamu pulang sekalian mampir SB ya." Tambah Damian yang kini segera menyambar jaket dan kunci motor miliknya.

Impossible, batin Lisa. Yah, meskipun dirinya tidak mungkin menyerukan apa yang ada dibenaknya pada Damian dan berakhir mengatakan hal sebaliknya.

"Oke, hati-ha...ti" Belum habis Lisa dengan kalimatnya. Damian sudah bergegas pergi meninggalkan dirinya yang hanya bisa menghela nafas pasrah.

Lagi-lagi begini.

Menyadari perubahan raut muka Lisa. Echan sengaja berdeham mencairkan suasana seraya mengkode Yuta yang berada disebelahnya untuk membantunya. Dan naasnya tidak dihiraukan oleh Yuta.

"Ekhemm... Duh haus nih. Kak Lisa mau pesen minum lagi nggak?" Tawar Echan yang dibalas gelengan pelan oleh Lisa.

"Nggak Chan, makasih." Ujar Lisa.

"Gue mau Chan, Frappuchino satu gih." Sahut Yuta yang kini fokus pada layar ponselnya. Menampakkan salah satu permainan yang tengah booming dimana-mana, among us.

"Yeee... Gue nawarin kak Lisa bukan lo ya bang."

"Ya tau, kan gue nitip ke elo. Buruan cepet, haus nih." Yuta menyenggol lengan Echan supaya bergegas pergi ke meja kasir untuk menambah pesanan mereka. Berakhir dengan Echan yang terpaksa beranjak dari tempat duduknya. Niat awalnya menawari Lisa yang terlihat murung setelah kepergian Damian yang juga kakak tingkat sekaligus seniornya di club baseball, kenapa jadi Yuta yang mau.

✔ Why - We Should Break Up (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang