• 29 November 2017 (H)

59 9 0
                                    

Heeseung - 29 November 2017

Rumah kembali sepi. Jungwon bermain game sementara Kyungmin tetap melanjutkan gambarannya. Aku melangkah ke dapur dan mengambil sebotol air mineral dari lemari es. Botol itu masih di tangan kananku sementara tangan kiriku memegang ponsel yang sedari tadi masih kupandangi. Tidak ada yang kulakukan selain memandangi layar ponsel yang menunjukkan nama Lee Geonu di sana. Masih ada angka satu di samping pesanku.  Sebenarnya apa yang dia lakukan sekarang?

"Hyung!" Kyungmin menghampiriku dan menyodorkan gambarannya.

"Apa ini? Akhirnya kau memberikan ini padaku?" Aku terkikik, namun ia langsung menggeleng. Ia tetap mengatakan gambar sayap kupu-kupu itu milik Geonu.

Kyungmin memintaku untuk memberikan gambarannya pada Geonu, namun aku menolak. Kubilang aku tidak bisa melakukannya meski ia terus mendesakku. Ia terus memintaku untuk melakukannya bagaimanapun caranya. Saat kubilang kalau aku jarang bertemu dengannya, ia bahkan memintaku untuk menyelipkan gambarannya di bawah pintu kamar Geonu. Semakin aku menolak, semakin ia terus mendesakku. Kyungmin baru beranjak pergi saat Jungwon memintanya untuk menyerah saja.

"Kenapa tidak hyung turuti saja? Kyungmin tidak pernah minta apapun."

Aku melangkah pergi, namun aku tahu ia akan terus mengekor. "Aku tidak mungkin bisa melakukannya." gumamku. Sesungguhnya aku tidak tahu mengapa itu keluar dari bibirku. Sunghoon hanya mengernyit kemudian mengambil botol minum dari tanganku.

"Apa maksudmu? Kalian di sekolah yang sama, di asrama yang sama. Kalau memang tidak bisa bertemu dengannya, hyung bisa menitipkannya kan?"

"Sunghoon..." Aku kesulitan menjelaskan hal itu padanya. Lagipula semakin aku membuka suara,  ia semakin mendesakku.

"Apa hyung tidak bisa mencobanya sekali saja?"

"Tidak bisa!"

"Tapi hyung..."

"KUBILANG TIDAK BISA! AKU TIDAK TAHU DIA DIMANA. DIA MENGHILANG!" Aku terdiam. Entah mengapa tiba-tiba suaraku meninggi, yang bahkan membuat telingaku sendiri berdengung. Sunghoon pun diam, Jungwon dan Kyungmin langsung berlari menghampiri kami. Aku tahu mereka sama terkejutnya. Namun sepertinya ada hal lain yang membuat mereka lebih terkejut, tidak, sorot mata Jungwon seperti menunjukkan rasa takut.

"Eomma..." bisiknya lirih. Aku berbalik. Ibu berdiri di sana dengan tatapan dinginnya.

"Keluarlah sebentar!" Suara Ibu yang lirih di saat seperti ini, menandakan kalau amarahnya telah memuncak. Dengan langkah pelan, aku berjalan di belakang Ibu, mengikuti setiap langkahnya, keluar dari unit apartemen kami. Tidak ada suara lain selain langkah kaki kami. Bahkan saat berada di lift untuk turun ke lantai dasar pun, aku tidak mendengar Ibu mengatakan sepatah kata pun.

"Eomma..." Aku mulai membuka suara begitu Ibu berhenti di samping gedung apartemen.

"Jelaskan apa maksudmu tadi!" Suaranya masih lirih.

"Aku... Aku sungguh tidak tahu di mana Geonu sekarang." Aku menunggu responnya, namun Ibu hanya menaikkan alis kirinya. "Terakhir aku bertemu dengannya saat aku pindah ke asrama. Dia memintaku untuk tidak perlu mencarinya."

"Dan kau menuruti ucapannya?"

"Eomma..."

"Bagaimana mungkin kau membiarkan saudaramu sendiri pergi begitu saja. Bahkan tanpa rasa khawatir sedikit pun."

"Aku mengkhawatirkannya..."

"Dan kau tidak mengatakan hal ini padaku."

"Eomma, bisakah aku mengatakan sesuatu?" Sudah cukup Ibu terus memotong ucapanku. Aku hanya ingin Ia mendengarkanku sekali saja. "Aku diam saja saat Eomma datang ke sekolah sebagai orang tua Geonu. Eomma tahu kenapa? Karena Geonu akan sering mendapat surat undangan pertemuan orang tua di sekolah. Dia akan lebih sering membutuhkan sosok orang tua yang bisa selalu hadir untuk itu. Jadi kubiarkan saja anak-anak lain menganggap Eomma hanya milik Geonu. Tapi aku tidak tahu kalau ternyata rasanya akan sesakit ini."

"Kita pernah membahas tentang hal ini, tapi sejak awal kau tetap bersikeras untuk melakukannya. Lalu sekarang kau ingin menyalahkan Eomma tentang sandiwara yang kalian buat sendiri?"

"Tidak. Aku hanya ingin mengatakan kalau aku cukup iri."

"Sudah kubilang kan harusnya kalian tidak membuat sandiwara seperti ini? Kau juga anakku. Aku bisa hadir ke sekolah sebagai orang tua kalian berdua."

"Kemudian kami akan berakhir seperti Jungwon dan Kyungmin? Aku hanya ingin fokus belajar. Aku tidak ingin memikirkan pertanyaan orang-orang tentang keluarga kita."

Hening. Tidak ada lagi kata yang keluar dariku maupun dari Ibu. Aku hanya menatap ke bawah, namun masih bisa kurasakan tatapan Ibu tengah menusuk kepalaku, membuat kepalaku terasa semakin berat untuk mendongak menatapnya.

"Geonu sudah pergi." Aku tidak yakin kenapa hal itu tiba-tiba meluncur dari bibirku. "Jadi bisakah kali ini Eomma datang ke sekolah dan mengatakan kalau aku adalah anak Eomma? Tanpa Geonu. Hanya aku."

"LEE HEESEUNG!"

"Inilah alasannya kenapa aku memilih ke SMA itu. Tidak ada satupun teman SMP ku yang bersekolah di sana. Jadi aku bisa memulainya dari awal."

"Kau mengucapkan hal itu seakan kau senang Geonu pergi," ucap Ibu lirih.

Aku kembali terdiam sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mendongak. Pandanganku kabur. Aku bisa merasakan genangan air memenuhi kedua mataku. "Ya. Aku senang dia pergi." Apa-apaan ini. Bukan ini yang ingin kukatakan. Aku sama sekali tidak senang, aku tersiksa.

"Heeseung..."

"Aku senang akhirnya bisa mengatakan pada teman-temanku kalau aku juga punya Ibu. Tanpa harus khawatir dengan pertanyaan-pertanyaan menyebalkan seperti yang pernah kudapatkan di sekolah sebelumnya. Aku lega sekarang. Aku senang."

"Lee Heeseung. Kau sadar dengan ucapanmu? Kau benar-benar senang saudaramu menghilang? Kau sungguh baik-baik saja dengan itu?" Suara ibu semakin bergetar.

"Ya." Tidak. Sungguh. Aku benar-benar tersiksa. Bagaimana mungkin aku baik-baik saja dengan hal ini.

"Kau..." Ibu terlihat berusaha keras menahan air matanya dan pergi, sementara aku hanya diam melihat punggungnya yang semakin menjauh.

Tidak mungkin aku kembali ke rumah setelah apa yang baru saja terjadi. Kuhentikan sebuah taksi yang kebetulan mendekatiku. Tanpa ragu, kubuka pintu taksi itu dan ketika aku menoleh, sekilas kulihat tatapan penuh kebencian mengarah padaku dari kejauhan. Mungkin Kyungmin akan menganggapku kakak paling jahat yang ia miliki. []

SER'5 : Please Be All Ears!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang