• 20 Februari 2018 (J)

58 8 1
                                    

Jungwon - 20 Februari 2018

Sejak kemunculan Geonu hyung, aku tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Kyungmin. Walaupun kami tinggal di rumah yang sama, bahkan tidur di kamar yang sama, nyatanya tidak ada obrolan di antara kami. Di pagi hari, ia masih tertidur saat aku bangun untuk bersiap latihan. Kemudian malam harinya aku pulang saat ia sudah tidur. Terkadang saat aku pulang sebelum petang, ia tidak ada di rumah. Kata Sunghoon hyung, Kyungmin selalu pergi ke Mint-Star Cafe atau sekedar berjalan-jalan di taman dekat apartemen. Aku berencana untuk mencarinya setelah pulang dari sini.

"Halmeoni.." Aku mengetuk pintu depan dengan pelan. Tak berapa lama, seorang wanita paruh baya membuka pintu dan tersenyum padaku.

"Jungwon?" Nenek tersenyum cerah dan langsung menarikku ke dalam pelukannya. "Waktu yang tepat. Masuklah!" Aku melangkah masuk setelah memberikan sebuah tas berisi buah-buahan dan berbagai macam vitamin.

Sejak hari itu, aku sudah berkali-kali mengunjungi tempat ini. Namun rasanya tetap saja masih sama, canggung. Seakan seperti sedang mengunjungi kerabat yang sangat jauh. Nenek masih menyiapkan berbagai makanan sambil sesekali melempar senyumnya padaku.

"Kau ke sini sendirian lagi?"

"Tidak. Eomma..." Lagi-lagi agak canggung menyebutkan sebutan itu di depan Nenek. Walaupun Nenek masih tersenyum, namun rasanya aneh bagiku karena harus membuatnya mendengarku menyebut Ibu pada seorang wanita yang bukan anaknya. "Ada yang mengantarku ke sini. Tidak bisa singgah sebentar karena ada yang harus dikerjakan."

"Aku tidak menyangka kau akan melakukannya tapi terima kasih karena sudah sering berkunjung." Aku melihat raut wajahnya yang tampak sangat bahagia. Hal itu bukan tanpa alasan. Ayah dan Ibu kandungku memang jarang mengunjungi Nenek karena harus bekerja. Jangankan mengunjungi Nenek, mengunjungi anak kandungnya saja tidak pernah. Mungkin foto keluarga yang diambil ketika aku berusia 4 bulan itu adalah saat terakhir mereka melihat wajahku secara langsung.

"Halmeoni, kenapa Halmeoni memasak sebanyak ini?" tanyaku begitu mangkuk tak henti-hentinya mengisi meja panjang di ruang tengah.

"Karena akan ada tamu spesial." Nenek kembali menampakkan senyumnya.

"Siapa?" Tepat ketika pertanyaan itu meluncur keluar dari bibirku, sebuah mobil berhenti di depan rumah Nenek. Aku tidak beranjak, hanya menoleh untuk melihat siapa yang datang. Berbeda dengan Nenek yang langsung tergopoh menghampiri mereka.

"Masuklah! Jungwon ada di dalam." Aku mengernyit, dan hanya terdiam begitu seorang wanita bergegas memelukku. Aku bisa menebak siapa mereka. Tidak, harusnya aku memang sudah tahu. Aku selalu memandangi potret wajah-wajah itu saat berkunjung ke sini.

"Kau tahu betapa kami merindukanmu?" Wanita itu memelukku lagi setelah melepasnya tidak sampai sepuluh detik.

"Merindukanku tapi tidak pernah berusaha menemuiku?" Entah kenapa tiba-tiba kalimat itu meluncur bebas, membuat semua terdiam. Bahkan aku bisa merasakan tatapan mereka mengarah padaku.

"Kata siapa? Kami sudah berusaha. Tapi sepertinya takdir belum menghendaki kita untuk bertemu." Ucapnya seraya melepas pelukan eratnya. Apa mungkin takdir akan setega itu? Pikirku.

"Halmeoni, maaf kali ini aku tidak bisa berlama-lama di sini." Aku menyambar tasku dan bangkit berdiri.

"Kenapa? Kenapa? Kau tidak enak badan?" Nenek terlihat panik.

"Tidak. Aku tidak apa-apa. Hanya..."

"Yang Jungwon! Kau sungguh akan pergi bahkan tanpa menyapa orang tuamu? Apakah orang tua angkatmu tidak mendidikmu dengan baik?"

SER'5 : Please Be All Ears!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang