Geonu - 27 Januari 2018
Langkahku mulai tak karuan. Aku harus tiba di sana secepatnya atau kesempatan untuk audisi akan hilang dalam sekejap. Di kejauhan, teman-temanku mulai melambaikan tangan, memintaku untuk bergegas. Dentuman musik membuat langkahku semakin cepat, bahkan kurasa ini langkah tercepat yang pernah kulakukan.
Aku langsung menghampiri pihak penyelenggara setelah melempar tas ke salah satu temanku. Seseorang menunjukkan daftar peserta padaku. Sudah ada tiga puluh trainee yang mendaftar. Paman itu memintaku untuk memilih siapa yang akan menjadi rivalku. Aku tidak tahu siapa saja mereka, dari agensi mana, serta seberapa hebat kemampuan mereka. Namun, pandanganku langsung tertuju pada nama "Lee * *" yang ada di nomor tiga puluh. Kulihat tanda tangannya dan aku yakin itu adalah orang yang kukenal.
Setelah aku menuliskan nama dan tanda tanganku, aku kembali berkumpul dengan teman-teman. Mereka menghujaniku dengan berbagai pertanyaan yang sebenarnya inti dari pertanyaan itu hanyalah 'Kenapa kau terlambat?"
"Kenapa kau belum juga turun?" tanya Jaejoon.
"Kau tidak lihat ini?" Aku menunjukkan nomor yang tertempel di dadaku.
"Kenapa kau memilih nomor 30? Kau ingin kami menunggu lebih lama?" protes Byeonghee.
"Biarkan aku bernapas. Kau tidak tahu betapa melelahkannya berlari dari halte sampai ke sini?" Tidak ada protesan lain. Mereka kembali terdiam, hanya sesekali mengusap punggungku atau sekedar menepuk bahuku pelan.
Menunggu sampai nomor 30 tidaklah selama yang kubayangkan. Hanya sekitar 15 menit setelah Byeonghee melontarkan protesannya, mereka sudah memanggil peserta nomor 30. Setelah merapikan masker dan topiku, aku pun turun. Seseorang di seberang pun melakukan hal yang sama.
Begitu musik dinyalakan, dia mulai menggerakkan tubuhnya. Gerakan yang kuat namun indah. Mungkin gerakan ini adalah yang terbaik diantara peserta yang lain. Apakah aku bisa mengalahkannya? Dia melakukannya dengan baik seakan telah berlatih selama bertahun-tahun. Musik berganti dan akupun mulai mengambil alih. Aku menunjukkan gerakan terbaikku yang biasa kulakukan saat battle dengan teman-temanku. Aku tidak boleh lengah. Hari ini aku harus bisa mendapat tawaran audisi, paling tidak dari satu agensi.
Aku mendekatinya, masih terus berkonsentrasi dengan gerakanku. Dan ketika aku tepat di hadapannya, musik pun berganti. Gilirannya lah untuk kembali menari. Namun alih-alih kembali menunjukkan gerakan terbaiknya, dia malah terdiam. Kedua matanya menatapku seakan tak percaya.
"Lee Geonu?" Aku bisa mendengar namaku keluar dari bibirnya. Rupanya Heeseung telah menyadari kehadiranku. Namun aku tidak akan menyapanya. Tidak sekarang.
Musiknya telah diputar hampir setengah bagian namun Heeseung tidak juga bergerak. Begitu musik dimatikan, sorakan langsung datang dari teman-temanku. Aku memenangkannya. Tapi tentu saja aku tidak bisa bangga. Akan kubuktikan kalau aku memang layak menang karena kemampuanku, bukan karena diamnya Heeseung.
Aku menghambur ke dalam pelukan teman-temanku yang langsung memberikan segala macam ucapan selamat versi mereka. Ada yang menepuk bahuku lebih kencang, ada yang mengacak rambutku, ada pula yang menepuk-nepuk pipiku. Namun ucapan selamat terbaik datang setelahnya, ketika ada empat orang menemuiku dan memberiku kartu nama mereka padaku. Empat orang dari empat agensi berbeda. Senyumku mengembang dan aku langsung berterima kasih seraya membungkuk dalam-dalam.
Begitu orang-orang itu telah pergi, teman-temanku segera membawaku menjauh dari tempat itu. Mereka bilang akan mengadakan pesta kecil-kecilan, namun aku menolak. Entah kenapa aku hanya ingin pulang dan berbaring di tempat tidurku sembari membayangkan aku akan mengikuti audisi.
Di saat kami berjalan menjauhi tempat itu, sayup-sayup aku mendengar seseorang berlari di belakang kami. Aku menoleh, sosok Heeseung berhenti tak jauh dari kami. Tidak ada yang bisa kulakukan selain melambaikan tangan untuk sekedar menyapanya. Kulihat ada yang berlari menyusulnya. Tentu saja aku mengenali mereka. Bagaimana mungkin aku tidak mengenali adik-adikku sendiri. Tatapanku kembali ke depan ketika seseorang mulai mengacak rambutku lagi. Namun begitu aku kembali menoleh, Heeseung telah melangkah menjauh, namun seseorang masih menatap ke arahku. Saat itulah aku yakin kalau itu adalah Kyungmin.
Setelah meyakinkan teman-temanku untuk tidak perlu mengadakan pesta, aku pun pulang. Sejak keluar dari sekolah dan bergabung dengan Akademi tari, aku tinggal dengan Byeonghee. Kami tinggal di apartemen sederhana yang sudah pasti jauh berbeda dari tempat tinggalku sebelumnya. Kami berdua harus bekerja untuk membayar segala macam kebutuhan di rumah itu.
Begitu tiba, aku langsung menjatuhkan diri di sofa, kemudian mengambil ponselku. Ada puluhan panggilan tidak terjawab serta beberapa pesan dari teman-temanku yang isinya hampir sama, menyuruhku untuk bergegas. Namun ada satu pesan yang bukan dari temanku, pesan yang bertengger di tempat paling atas.
"Apa Heeseung hyung sudah tahu? Sekarang dia sedang mengunci dirinya sendiri di kamar."
Aku terdiam sebelum akhirnya mulai membalas pesannya. "Aku akan segera menghubunginya lagi. Jangan katakan apapun pada yang lain." []
KAMU SEDANG MEMBACA
SER'5 : Please Be All Ears!
Ficción GeneralJika kau berniat membaca kisah seseorang, di sini bukanlah tempat yang tepat untukmu. Pasalnya di sini ada 5 orang yang harus kau ketahui kisahnya, keluh kesahnya, serta tangisannya. Sebagai siapa kau akan memposisikan dirimu di sini? Please, be a...