Sini, kuceritakan padamu satu peristiwa.
Alasan dibalik alasan pribadi ini tercipta.
Kuambil selembaran itu. Ku ratapi buah tangan cetakan kantor kedinasan.
Selembaran kertas kusam. Penuh penjelasan kehidupan.
Aku tak mencari penjelasan itu. Aku hanya mendapatinya bak tikus di genggaman kucing, kala aku mencari kucing.
Kau tak mengerti. Betapa perih kala kubaca data menyakitkan itu.
Demi hari kelulusan. Kuperbanyak selembaran itu untuk kuserahkan pada penentu kelulusan. Sebagai syarat kelulusan.
Akhirnya aku mengerti.
Bahwa air tak selamanya bening.
Bahwa awan tak selamanya putih.
Bahwa hujan tak selamanya turun, saat kau tutupi tangismu.Terkadang air keruh!
Terkadang awan hitam!
Terkadang, Mentari yang perkasa memaksa hujan berhenti meski tangismu belum usai.Kau tahu? Sebuah kertas kusam dapat merusak masa depan.
Sebaliknya, ia juga dapat bercahaya untuk menyinari kegelapan masa depan.
Tetes asin dari ujung kelopak itu mengusap rambut-rambut di pipi.
Pedih.
Kau harus paham, terkadang lebih baik kau tak tahu. Karna jika kau tahu, kau jauh lebih menderita dibanding penasaran.
Aku jauhkan tatapan semua yang biasa memandang. Aku sembunyikan tangis itu.
Walaupun tampangku lemah, aku tahu aku sangat kuat.
KARTU KELUARGA
Status : cerai hidup.
Alasan aku pergi.
Alasan aku jauh.
Realita sang pembangkit sesal tertawa.
Si kecil yang riang itu kini paham sebab rapuhnya kapur dalam hati.
Ia kini mengerti hakikat terciptanya hampa, kehampaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikayat Cinta si Belia
PoesíaKau tau gunanya luka? Kau jelas tak tau. Bagaimana kau tau, jika tugasmu hanya menorehkan luka itu? >berisi ketidakjelasan sepenuhnya.< mau membacanya silakan. mau menghujatnya silakan. mau mendukungnya? dipersilakan.