𝖔𝖓𝖊

818 43 0
                                    

"Han, ini proposal buatan Vernon. Ia menitipkannya padaku."

Wonwoo menyerahkan beberapa lembar kertas yang sudah terjilid rapi kepada Jeonghan yang sedang berjalan cepat.

"Terima kasih, Wonwoo. Aku akan memeriksanya terlebih dahulu, jika ada revisi akan langsung kusampaikan pada Vernon."

"Sama-sama. Aku akan kembali ke kelas."

Wonwoo berbalik dan berjalan berlawanan arah dengan Jeonghan yang sedang menuju ke ruang OSIS. Jeonghan berjalan cepat sambil membaca sekilas isi proposal buatan Vernon.

Sesampainya di depan ruang OSIS, Jeonghan mengeluarkan satu set kunci dari sakunya dan menggunakan salah satu kuncinya untuk membuka ruang tersebut. Statusnya sebagai Ketua OSIS SMA Pusat Seoul membuat sang kepala sekolah mempercayakan satu set kunci untuk seluruh ruangan yang ada pada gedung sekolah tersebut padanya.

Jeonghan melangkah masuk dan segera duduk di mejanya yang terletak di ujung ruangan. Meja miliknya adalah meja terbesar yang ada di ruangan itu serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menunjang tugasnya. Jabatan sebagai ketua OSIS di sekolah itu tidaklah main-main, ia memikul tanggung jawab yang cukup berat.

Jeonghan meraih pulpen hitamnya dan mulai mengoreksi isi proposal Vernon. Ia melingkarkan beberapa kata yang typo, menggarisbawahi kalimat yang rancu, serta menambahkan beberapa kalimat yang menurutnya kurang. Jeonghan memang dikenal sebagai ketua OSIS yang sangat perfeksionis. Semua hal yang dilakukan oleh bawahannya harus ia periksa terlebih dahulu sebelum diproses lebih lanjut.

Bel tanda istirahat usai berbunyi saat ia sedang memeriksa halaman ke-17 dari proposal itu. Jeonghan merapikan mejanya dan memasukkan proposal itu ke dalam laci mejanya. Ia keluar dan tak lupa untuk kembali mengunci ruang OSIS.

Kelasnya berada di lantai 3 dan ruang OSIS berada di lantai 1, yang artinya ia perlu naik beberapa tangga.

Ia menaiki tangga dengan santai. Namun, di pertengahan tangga lantai 2 menuju lantai 3, ia melihat ada beberapa anak yang duduk-duduk di sana.

Jeonghan memutar matanya malas. Ini sudah cukup sering terjadi, dan ia juga sering mendapatkan laporan mengenai anak-anak ini.

Seungcheol dan kawanan pengganggunya. Cih.

Jeonghan berusaha untuk mengacuhkan anak-anak penghalang jalan itu dan terus menaiki tangga dengan perlahan dan hati-hati. Dapat ia rasakan pandangan menusuk dari anak-anak itu padanya. Ia tak mau berurusan dengan mereka secara langsung karena mereka adalah seniornya. Akan merepotkan jika ia berurusan dengan senior-senior bandel seperti mereka.

Jeonghan berhasil melewati anak-anak itu tanpa menyenggol mereka sedikit pun. Beruntung.

Jeonghan meneruskan langkah menuju kelasnya, meninggalkan anak-anak itu yang tampak kesal dengan sikap acuhnya.

"Dia bahkan tidak membungkuk sama sekali. Sangat tidak sopan." Ucap Jimin, salah satu anak yang sedang duduk di anak tangga.

"Setidaknya dia seharusnya mengatakan 'permisi', sial." Taehyung menimpali kasar.

Namjoon dan Hoseok hanya menganggukkan kepalanya sambil tetap memperhatikan handphone mereka masing-masing. Mereka tidak terlalu peduli tentang hal seperti itu.

"Yah, mau bagaimana lagi. Dia pasti merasa dunia berada di bawah kakinya dengan statusnya sebagai ketua OSIS." Seungcheol menimpali sinis.

"Seharusnya dia tidak sombong. Bagaimanapun juga, kita lebih tua darinya." Jimin menjawab.

"Dia hanyalah penjilat guru yang sombong dan sok. Seriusan. Dia kebetulan bisa menjadi ketua OSIS hanya karena tutur katanya yang sering dibuat-buat. Aku pernah hampir muntah mendengarnya." Seungcheol tampak sangat kesal.

Hate to Love Me • jeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang