Seungcheol berlari secepat mungkin menuju gerbang sekolah yang hampir tertutup.
Beberapa anak juga turut berlari sekuat tenaga untuk menghindari hukuman. Sekolah ini cukup ketat dalam mendisiplinkan anak-anaknya mengenai budaya tepat waktu.
Seungcheol berhenti berlari kurang lebih 10 meter dari gerbang sekolahnya saat gerbang besar itu sudah tertutup rapat, menyisakan sebuah pintu yang terbuka di samping kanannya yang dijaga oleh dua guru. Jika kita melewati pintu itu, maka kita akan mendapatkan hukuman. Pintu itu hanya terbuka setelah gerbang utama tutup.
Seungcheol tentu tidak mau dihukum. Ia berjalan mundur lalu pergi mengitari sekolah. Ada tembok yang bisa dipanjati di bagian belakang sekolah, namun jalan menuju ke sana agak sulit karena banyaknya semak-semak di sekitaran sekolah.
Seungcheol tidak mempedulikan itu. Ia sampai di sana setelah lima menit berjalan santai sambil melompati semak-semak.
Tasnya ia lempar terlebih dahulu, kemudian Seungcheol mulai memanjati tembok berbatu itu. Memang sulit, mengingat bebatuan yang ada di tembok itu cukup licin dan curam. Untungnya, Seungcheol cukup berbakat dalam memanjat.
Ia pun sampai di atas tembok dan siap untuk melompat turun.
Namun, ia merasakan sesuatu yang janggal.
Tunggu, di mana tasnya?
Ia mengalihkan pandangannya sedikit, dan kedua matanya bertemu dengan sepasang mata lainnya yang kini menatapnya tajam.
"Selamat pagi, Seungcheol-sunbaenim. Pagi-pagi seperti ini memang enak ya untuk berlatih memanjat?"
Yoon Jeonghan. Bocah sialan.
"Jangan banyak omong. Kembalikan tasku." Seungcheol berkata pelan.
"Sunbaenim, kau melanggar peraturan sekolah nomor—"
"Hei— diam!! Suaramu kencang sekali, nanti ada yang menemukan kita di sini!"
Jeonghan menaikkan satu alisnya.
"Lalu? Toh kalaupun—"
"Yoon Jeonghan, kumohon jangan berisik!"
Jeonghan tersenyum miring.
"Baik, sunbae. Turunlah, ada yang harus kubicarakan." Jeonghan menjawab pelan.
Seungcheol pun melompat turun dan mendarat dengan mulus. Melihat itu, Jeonghan mendecih pelan.
Seungcheol berusaha untuk menyambar tasnya, yang tentu saja ditahan oleh Jeonghan.
"Eits, apa yang sedang kau lakukan, sunbaenim?"
"Diam saja dan kembalikan tasku! Kau mau kuhajar?"
"Lalu? Sunbae mau ke mana?"
Seungcheol menatap Jeonghan tajam. Adik kelasnya ini luar biasa menyebalkan.
"Tentu saja ke kelas, idiot. Cepatlah, Kim-ssaem biasanya selalu muncul 10 menit setelah bel!"
"Apa maksudmu, sunbaenim? Kau akan membersihkan halaman belakang selama dua jam pelajaran hari ini."
Tatapan Seungcheol berubah menjadi kebingungan.
"Apa maksudmu, bocah?"
"Sunbaenim akan melaksanakan hukuman selama tiga hari ini karena kau ketahuan merokok. Choi-ssaem menitipkan tugasnya padaku."
Jeonghan membalas tatapan Seungcheol dengan ekspresi menantang.
"Jangan bercanda! Aku tidak akan dihukum olehmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate to Love Me • jeongcheol
Fiksi PenggemarRasa benci si anak nakal, Choi Seungcheol, kepada sang ketua OSIS, Yoon Jeonghan. "Yoon Jeonghan. Bagaimana rasanya jika aku merebut gadis incaranmu?" - bxb, gay, homo. - Rate: R (strong language, bisa mature di beberapa chapter dan akan diberi warn...