𝖓𝖎𝖓𝖊

288 35 5
                                    

"Ahhh! Kau mengagetkanku, sial!"

Jeonghan mengumpat kesal. Seungcheol di hadapannya hanya tersenyum miring.

"Kau aneh. Apa yang kau pikirkan hingga kau tidak sadar sedang berada di lift denganku?"

"Apa kau bercanda? Yang aneh di sini adalah kau! Sedang apa kau di sini?"

Seungcheol menyeringai sambil menyenderkan tubuhnya ke dinding di sebelah mereka. Jeonghan bersumpah ia benci sekali melihat Seungcheol bersikap angkuh seperti itu.

"Kenapa aku tidak boleh berada di gedung perusahaan ayahku sendiri?"

Seungcheol melipat tangannya di depan dada, tampak sangat bangga saat mengatakan itu.

Jeonghan terdiam. Ia sudah tahu bahwa Seungcheol adalah anak orang kaya, tetapi ia tidak menyangka kalau Seungcheol sekaya ini. Maksudnya, kaya dimana ayahnya memiliki gedung perusahaan dengan 55 lantai di tengah Seoul.

"Oh, lalu? Kau sedang mengunjungi ayahmu? Meminta uang bulanan?"

Jeonghan mengikuti gestur tubuh Seungcheol, menyenderkan tubuhnya pada dinding lift.

"Wah, ternyata kau tipe kelinci yang berani. Tidak sesuai dengan wajahmu."

Jeonghan mengernyitkan dahinya. Kelinci?

"Kau tahu, kau sedang berada di wilayah kekuasaanku. Aku bisa saja meminta bawahan ayahku untuk menangkapmu dan menyekapmu di ruang bawah tanah yang ada di gedung ini. Jaga sikapmu."

Jeonghan menahan tawanya.

"Pftt. Terserah. Apakah kau tidak akan keluar?"

Jeonghan menunjuk ke arah pintu lift yang terbuka lebar di depan mereka. Entah mengapa, pintu lift itu tidak kunjung tertutup.

"Ikut aku, ayo."

"Tidak. Untuk apa? Aku tidak ke sini untuk menemui ayahmu."

"Aku tahu. Kau ingin meminta sponsor untuk festival tidak berguna itu, kan? Makanya kau ingin bertemu dengan Donghae. Tidakkah kau berpikir dengan otak cerdasmu, bahwa menemui ayahku akan lebih mudah? Untuk meminta sponsor."

"Aku rasa, sponsor kecil untuk festival sekolah yang remeh ini bukan urusan beliau yang merupakan direktur utama."

"Kau bodoh sekali. Ini kesempatan emas untuk bisa mendapatkan dana yang lebih banyak, tidakkah kau berpikir seperti itu?"

"Aku akan bicara melalui Donghae-ssi dulu. Aku rasa aku mela—hei! Seungcheol, lepaskan aku!"

Seungcheol menarik tangan Jeonghan paksa. 

"Hey! Lepaskan aku! Aku tidak ingin bertemu dengan ayahmu!"

Seungcheol menghiraukan penolakan Jeonghan dan terus menariknya melintasi ruangan besar yang cukup kosong hingga mereka mencapai sebuah pintu besar yang tampak terbuat dari kayu yang sangat mahal. Di samping pintu itu, ada sebuah meja dan seorang wanita cantik duduk di belakangnya. Wanita itu berdiri saat melihat Seungcheol dan Jeonghan berlari mendekat.

"Tuan muda, siapakah dia?"

"Biarkan saja kami masuk, Seohyun. Dia temanku."

"Aku tidak ingat menjadi temanmu, bodoh."

Seungcheol mendorong pintu kayu itu. Pintu itu tampak sangat berat. 

Pintu itu terbuka dan menunjukkan sebuah pemandangan yang sangat mewah. Mungkin ruangan itu adalah ruangan terindah yang pernah Jeonghan lihat dengan mata kepalanya. Sebuah meja besar dari kayu yang indah, chandelier mewah berkilau yang menggantung di tengah ruangan, lemari-lemari besar dan terukir indah yang penuh dengan buku, foto, dan beberapa piagam penghargaan. Lantainya dilapisi dengan karpet krem yang menambah kesan elegan dan berkelas.

Hate to Love Me • jeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang