Keknya sih ini cerita tuh masalahnya berat yee!
Sebelum baca vote dulu yaa jangan lupa ninggalin jejak di kolom komentar jga!Happy Readingg! <3
●•••●
"
Genta!"
Genta berbalik badan untuk mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Hai, Genta!", sapanya lagi dengan melambai-lambaikan tangannya dihadapan Genta dengan ceria.
Genta tersenyum tipis. Otak nya berpikir keras untuk tau siapa cewek yang baru saja menyapanya ini.
Netra coklat keemasannya melirik name tag cewek itu, dan dengan segera ia menyapanya balik.
"Oh, hai Sonya" ucap Genta. Cewek yang bernama Sonya tadi tersenyum semakin lebar.
"Genta mau kekelas ya?" Tanya nya basa-basi. Dan Genta agaknya tidak menyukai itu.
Genta mengangguk 2 kali lalu tersenyum simpul. Sikutnya menyenggol Keno pelan, tanda sebagai kode jika mereka harus pergi dari hadapan cewek bernama Sonya sekarang.
"Genta mau kekelas, belajar, duluan" ujar Keno singkat. Lalu menggeret Genta agar bergerak cepat menuju tangga.
"Oh iya, dadah Genta!" Ucap Sonya berteriak. Genta sih bagian ngangguk aja.
"Cewek lu banyak juga Gen" tutur Keno.
"Gak lah gila aja."
Keno terkekeh mendengar itu. "Canda."
"Eh sorry, gak sengaja". Genta membantu seorang cewek yang tak sengaja ditabraknya barusan.
"Loh? Amerta?" Lanjutnya kaget. Mata Genta membola ketika melihat hidung Amerta berdarah.
"Eh, sini gue bantu."
Amerta menyingkirkan lengan Genta dari bahunya. Menolak dengan keras jika ia tidak ingin ada bantuan.
"Nggak usah. Makasih" ujarnya pelan lalu berlari tanpa melihat Genta sedikit pun.
Genta bahkan masih terbengong ditempat saat Amerta mendorong tangannya kuat. Mengabaikan Keno yang terlihat bingung, terutama pada Amerta.
"Kalo lu mau bantuin dia, kejar aja bro" ucap Keno saat melihat Genta masih cengo.
Genta menatap Keno dalam. Meminta persetujuan dari sahabatnya yang satu itu. Baru, setelah ia mendapat anggukan dari Keno, ia langsung berlari untuk mengejar Amerta meski tertinggal banyak.
Dilain tempat, Amerta masih berusaha untuk menghentikan darah dari hidungnya. Seketika ia menyesal memilih untuk datang kesekolah dari pada diam dirumah.
Setidaknya, jika ia diam dirumah, ia hanya akan mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Dari pada harus mendengar bisikan-bisikan dari 1 sekolahan.
"Ini kenapa gak berhenti sih" ujarnya pelan.
Amerta menatap sekitar untuk mengetahui siapa saja yang ada di toilet. Walau ia tau, jika hanya ada dirinya sendiri didalam.
Ketika pintu hampir terbuka, ia langsung cepat masuk kedalam salah satu bilik toilet terdekat dan menguncinya dari dalam.
"Cewek tadi siapa sih?" Ucap salah seorang cewek.
Dapat Amerta lihat dari bayang-bayang bawah pintu jika ada sekitar 3 orang yang masuk kedalam toilet tadi.
Maaf kan Amerta yang harus mendengar gosip walau dirinya juga terpaksa.
"Gak tau, rambutnya panjang banget nyampe bisa nutupin mukanya" balas yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE'
Teen FictionAmerta Kanigara Senandika. Ia hanya seorang gadis cantik yang tak pernah tersenyum. Baginya, semua orang-orang disekitar nya adalah jahat. Ia tidak menyukai semuanya. Hingga keinginan itu muncul, keinginan jika dirinya hanya ingin seorang diri saja...