4

5 1 1
                                    

HELLOO!!
AKU BALIK NICHHH!!

Happy Readingg! <3

●•••●

Tok tok tok!

"Masuk!"

"Kamu belum tidur?" Ujar Shilla dengan kepala setengah melongok kedalam kamar Amerta yang bernuansa gelap itu.

Amerta melihat Shilla dengan sedikit terkejut. Wajar saja, ini adalah pertama kalinya setelah bertahun-tahun Shilla tidak pulang kerja secepat ini.

Amerta berdeham canggung sembari melirik jam wekernya.

'Masih jam 8, tumben ...'

Shilla perlahan memasuki kamar Amerta. "Mamah mau ngomong sama kamu", ucapnya pelan.

Bisa Amerta rasakan jika ini bukan pembicaraan yang berujung baik. Tapi ia berusaha untuk mendengarkan.

"Ngomong apa?". Amerta duduk dipinggiran kasur dengan kepala menunduk.

Shilla memperhatikan anak satu-satunya itu dengan seksama. Ia mengambil tempat di samping anak perempuan nya.

"Mamah minta maaf sebelumnya .. tapi ini jalan terbaik buat kita". Perkataan Shilla menjadi awal pembicaraan mereka yang kini sepertinya terasa suram.

Amerta mencoba agar berfikir positif. Mungkin saja mamahnya mau berhenti bekerja? Dan lebih memilih mengurusnya?

Ya ... pikirannya tak harus se-positif itu.

"Mamah sama papah mau cerai".

DAMN!

Benarkan? Tak seharusnya Amerta berfikir positif seperti tadi. Ia pikir setelah mamahnya pulang lebih awal itu akan menjadi sesuatu yang baik.

Namun ternyata tidak, sekarang ia lebih memilih jika mereka sibuk bekerja namun masih mau bersatu.

"Kenapa?" Amerta menaikan pandangannya. Matanya mulai memburam, sekuat mungkin berusaha ia tahan.

Shilla menatap anaknya sedih. Ia tak mau membuat anaknya menangis, tapi ini lebih baik. Berpisah dengan Feno setidaknya membuat pertengkaran mereka lebih sedikit bukan?

Shilla egois? Tentu! Shilla mengakui jika ia egois sekarang. Ia hanya ingin berpisah dengan suaminya agar mereka tidak bertengkar tanpa memikirkan keadaan Amerta kedepannya.

"Ini keputusan terbaik Ara ... mamah sama papah udah ngga bisa bersama lagi", ujar Shilla.

"Mamah udah ngga sayang Ara?". Air mata Amerta turun begitu saja ketika mamahnya menunduk.

Apa itu artinya mamahnya tidak menyayanginya lagi? Apa yang selama ini Amerta do'a kan tidak terwujud? Apa yang Amerta impikan tidak menjadi kenyataan? Keluarga nya sudah hancur sekarang?

"Maafin mamah sama papah Ara, mamah sayang sama Ara .. tapi ... mamah udah ngga bisa sama papah lagi."

Ucapan Shilla bagaikan bom yang tengah meledakan dirinya sekarang. Pandangannya melihat sekitar, mencoba mencari sesuatu yang sekiranya mampu mengobati luka dihati.

"Tolong mengerti Ara" tutur Shilla dengan memegang pundak Amerta.

Atensi Amerta kembali pada Shilla. Raut wajahnya mengartikan jika ia tak mengerti dengan keadaannya sekarang.

Amerta harus mengerti? Kenapa? Kenapa hanya dirinya yang harus mengerti? Kenapa tidak mamahnya? Atau papahnya?

"Ini pertama kalinya mamah pegang pundak Ara lagi setelah sekian lama. Pertama kalinya mamah pulang cepet, dan masuk kamar Ara. Ara kira akan ada kabar baik dari ini semua, ternyata Ara salah–" , Amerta menarik nafas panjang. Lelah melingkupi nya dengan air mata dan amarah yang kian meningkat.

SOLITUDE'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang