Valentine's Day (2)

5 1 2
                                    

Jalan utama menuju SMP Konoha ramai oleh siswanya yang berjalan dengan semangat baru. Kelopak bunga sakura berguguran dan membuat jalan terlihat memerah muda. Pemandangan baru setelah beberapa waktu terakhir jalanan memutih diselimuti salju.

Haniko melangkah ringan, bahkan ketukan kakinya berirama begitu ceria tanpa harus didengar dengan teliti. Seolah ia benar-benar melepaskan energi positif dan semangatnya ke penjuru jalan yang dilalui. Di dalam tasnya ada sebuah kado untuk sang pujaan hati.

"Aku akan berikan kado spesial ini untuk Mitsuki!" ucapnya dalam hati. Meski diucap dalam hati, Chie yang berjalan sepuluh langkah di belakangnya dapat mengetahui ucapannya itu. Terpancar jelas.

"Kau mau menyusul Haniko?" Inojin bertanya. Mereka berjalan bersisian sejak keluar rumah.

Chie menggeleng.

Senyum tipis tergambar di wajah Inojin, bergumam, "Ternyata dia bisa gugup juga."

"Apa?"

"Oh, nggak. Ini serbuk sarinya bikin hidung gatal."

Mengernyitkan dahi.

Kembali pada gadis berambut kuning, ia lebih dulu sampai ruang kelas. Ternyata sudah ada beberapa siswa yang sampai. Tapi ia tidak masuk kelas, hanya melongok sekilas lalu beralih pada kelas lain. Tentu saja kelasnya Mitsuki.

Remaja lelaki itu sedang mengobrol dengan Boruto di dalam kelasnya. Haniko masuk sambil melambaikan tangan, "Selamat pagi!"

"Selamat pagi," jawab Mitsuki dan Boruto bersamaan.

"Apa kau tidak salah ruang kelas, Haniko? Jangan-jangan kau lupa kelas setelah liburan musim dingin," lanjut Boruto.

"Duh, apa sih, aku gak salah kelas. Aku mau ngobrol sama Mitsuki sebentar."

Mitsuki mengangkat alis sambil menahan senyumnya, "Ada apa?"

Menghindari berbicara di depan Boruto, Haniko memilih untuk ngobrol di depan kelas. "Ke depan kelas sebentar, yuk!" ajaknya pada Mitsuki. Yang diajak menjawab dengan anggukan dan berdiri mengikuti langkah Haniko.

Ruang kelas mereka bukan tempat yang ramai dilewati siswa karena berada di sudut koridor, jadi tidak terlalu banyak yang memerhatikan. Dari dalam tasnya, Haniko mengeluarkan kotak bersampul bulan sabit dengan warna dasar biru muda. "Untukmu."

Dengan wajah sedikit terkejut, Mitsuki merespon, "Wah, sungguh? Aku khawatir ini merepotkan, tapi kuterima, ya."

Haniko tersenyum dengan aura bunga-bunga yang terpancar jelas.

Sementara di sudut lain, Inojin duduk di kursi kedua terakhir dalam kelasnya. Ia menangkap seseorang menjulurkan kepala di ambang pintu bagian belakang. Saat menoleh, ternyata Selery yang segera bersembunyi di balik tembok. Ia bangkit dari kursinya dan menghampiri Selery.

"Dor!"

Selery terkejut karena tiba-tiba Inojin di depan pintu saat ia sudah membulatkan tekad untuk masuk ke ruang kelas itu. Ia mundur dua langkah.

"Kaget, ya?" Inojin tertawa. "Ada apa, sih? Kok melongok-longok gitu, kayak kura-kura aja."

"Eng, anu... aku mau bilang kalo Sarada terlambat masuk sekolah," ia berhenti sejenak, tenggorokannya kering, "Karena ada gangguan pencernaan. Mungkin ia baru bisa masuk di jam pelajaran ketiga."

"Oh, begitu? Pantas aja, kok dia bisa datang lebih lambat dariku," jemari yang ramping itu menyentuh dagunya sendiri, seolah sedang berpikir. Kemudian ia menurunkan tangan, menyilangkan tangan di depan dada, "Oke, nanti aku sampaikan ke ketua kelas dan guru yang datang. Tapi kenapa gak izin satu hari aja?"

"Itu, katanya takut ketinggalan pelajaran."

"Duh, bener-bener deh itu anak satu," gumamnya sambil menatap lantai.

"Oh ya!" Selery baru teringat sesuatu yang penting.

"Hm?"

"Ini!" ia menyerahkan sebungkus cokelat dengan pita kuning pada Inojin.

"Oh, terima kasih, ya," ditatapnya bungkusan cokelat yang baru ia terima, "Kamu yang buat?"

Yang ditanya sudah berlari menuju kelasnya.

Trio Kwek-kwekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang