Kembar

2 1 0
                                    

Gadis berkacama dengan rambut hitam sebahu membuka pintu kamarnya. Di depan pintu menggantung papan nama bertuliskan Sarada’s room. Menunjukkan nama gadis itu adalah Sarada. Di dalam kamar, ia membuka laptopnya dan mulai berselancar di dunia maya.

Bel di pintu masuk dibunyikan seseorang, membuat gema bel di dalam rumah. Sarada yang mendengarnya segera menuju pintu depan, hendak menyambut siapa yang bertamu, atau mungkin kurir yang mengantarkan pesanannya.

Saat membuka pintu, ia sedikit terperanjat melihat siapa yang datang. Seorang wanita dewasa dengan rambut merah dan kacamata berdiri di sebelah gadis muda yang terlihat amat mirip dengan dirinya, hanya berbeda warna iris mata. “Selery, Karin-san!” Sarada terlihat amat senang, “Ayo masuk!”

Sarada memeluk Selery, “Apa kabar, kembaran?”

“Tentu saja sangat senang karena melihatmu, Sarada.”

“Yuk, masuk.” Sarada melangkah masuk lebih dulu. “Karin-san dan Selery langsung ke ruang tengah saja, ya. Aku ambil handphone dulu, mau telepon Mama.”

Selery menarik kursi di depan meja makan. Kursi itu ada empat buah, padahal ia tahu biasanya hanya dipakai dua karena ia dan Papanya jarang pulang.

“Gak usah canggung, Selery. Ini rumahmu juga.” Sarada kembali dari kamarnya sambil menggenggam gawai. “Selery, ayo telepon Mama!” Anak kembar ini duduk bersebelahan sambil mendengarkan nada tunggu di telepon.

Sementara di tempat gawai Sakura berdering, suasana cukup tegang karena sedang dilaksanakannya operasi darurat pada pasien kecelakaan. Salah seorang perawat penerima informasi berdiri dekat telepon yang tertempel di dinding dan meja yang di atasnya tergeletak beberapa gawai dokter, termasuk gawai Sakura.

“Sakura-sensei, ada telepon masuk dari anak Anda, haruskah saya jawab?” perawat itu memberi tahu Sakura.

Tanpa mengalihkan pandangan, Sakura menjawab, “Tidak usah. Tolak dengan pesan cepat. Pilih yang dalam ruang operasi.”

Sarada menerima pesan itu. Mengangkat bahu lalu menatap Selery, “Mama sedang di ruang operasi.”

Selery mengangguk.

Plak! Sarada menepuk tangan tiba-tiba, membuat Karin ikut menoleh ke arahnya. “Sambil nunggu Mama pulang, kita masak, yuk! Aku baru beli bahan-bahan makanan kemarin,” usul Selery untuk mengisi waktu.

“Ide bagus, Sarada. Mau masak apa kita hari ini?” Karin menimpali.

“Mau makanan berat atau camilan aja?”

“Camilan!” Selery dan Karin kompak menjawab.

“Oke. Ayo ke dapur!” Sarada memimpin berjalan ke dapur dan mulai membuka pintu lemari satu per satu, “ada bubuk puding dan vlanya. Kalo mau yang renyah-renyah juga ada. Kita bikin beberapa jenis makanan juga bisa.”

“Terdengar menggiurkan ya, Selery?” Karin mulai ngiler membayangkan betapa lezatnya camilan yang dimasak di rumah kawan lamanya ini, apalagi dengan bahan-bahan dan alat yang lengkap saat Sarada membuka lemari di dapur. Selery tertawa melihat ekspresi konyol Karin yang tak pernah berubah selama bertahun-tahun.

Mereka mulai menyiapkan makanan, tangan mereka sibuk dengan bahan makanan masing-masing dengan candaan yang menyelimuti dapur.

Telepon dari Sakura masuk saat mereka akan menyiapkan makanan ketiga. “Oh, Mama telepon!” Sarada segera mematikan mixer dan beralih pada gawainya, mengatur telepon mode pengeras suara agar suara mamanya bisa terdengar oleh Selery dan Karin.

“Sarada, Mama baru selesai operasi,” di rumah sakit Sakura meregangkan badannya karena merasa pegal mengoperasi berjam-jam, “Selery dan Karin masih di rumah?”

Trio Kwek-kwekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang