Awal Munculnya Luka Baru

96 20 4
                                    

Menawarkan punggung untuk bersandar, tapi tetap mampu membuatku terluka dengan sendirinya.

Aruna

🍁🍁🍁




Dengan berlinang air mata, Aruna pun memilih untuk mengakui semuanya. Gadis itu berjalan gontai ke tengah lapangan. Desas-desus sudah mulai terdengar. Aruna meremas roknya hanya sekedar untuk mengurangi kecemasan yang semakin menggila.

"Wah, lihatlah! Siapa yang datang? Pelaku sebenarnya sudah mengaku."

Setelah mengatakan itu, Hafiz pun mematikan microfon dan langsung berlari menghampiri Aruna.

Aruna tak berani menatap sekeliling. Tatapan semua orang seakan menyudutkan dirinya. Selang beberapa lama, terdengar suara tepukan tangan yang semakin mendekat.

Aruna hanya mampu melihat ke arah sepatu milik Hafiz yang tepat di hadapannya.

"Kau?" geram Hafiz yang begitu berang.

Aruna hanya mampu menggeleng lemah. Air mata terus bercucuran. Jika bukan karena pesan dari Dito, dia tak akan sudi berada di situasi seperti ini. Terlalu egois dan pengecut memang.

"Lihatlah semua!" Teriakan itu terdengar amat menggelegar. "Masih mau berteman dengan gadis ini? Gadis yang bahkan dengan tega berbuat jahat dengan teman kita, Syifa!" Hafiz seakan tak ingin memberi setitik belas kasihan pada Aruna.

"Hafiz!" bentak seorang gadis dari sudut lapangan.

Sontak saja, Aruna dan Hafiz pun menoleh pada gadis tersebut. Syifa pun berlari ke tengah lapangan. Dia langsung merentangkan tangan di antara Hafiz dan Aruna.

"Jangan seperti ini! Kasihan Runa! Syifa ikhlas lahir batin. Bahkan, Syifa sudah memaafkan Runa." Syifa benar-benar memohon pada Hafiz.

Padahal saja, aku tak pernah berniat untuk meminta maaf, batin Aruna tersenyum getir.

Di sisi lain, Hafiz seolah tak terima dengan semua ini. Cowok itu hanya ingin memberi pelajaran pada Aruna, walau dia sendiri paham, bila cara seperti ini sangat tidak benar.

"Tapi, Syi—"

"Syifa mohon!"

Hafiz menghela napas panjang, sebelum akhirnya luluh juga. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu, sontak merasa takjub dengan kebaikan Syifa. Namun, merasa amat kesal dan benci pada Aruna.

"Kamu dengar, 'kan?" bentak Hafiz pada Aruna. "Bahkan, Syifa sudah memaafkanmu sebelum kata maaf itu terlontar dari mulutmu. Biarkan semua orang tahu, kamu itu seperti apa. Seperti tak layak dijadikan teman. Terlalu jahat dan munafik."

Hafiz berlalu begitu saja. Meninggalkan Syifa dan Aruna yang masih terdiam. Aruna semakin terisak dalam diam. Menangis, tapi tak bersuara.

"Runa, kamu tidak—"

"Pergi!" sergah gadis itu dengan gemetar.

"Runa ...,"

"Aku bilang pergi, ya, pergi!" bentaknya lagi.

Syifa pun mengurungkan niatnya untuk membantu Aruna. Gadis berjilbab itu tahu, bila Aruna butuh waktu. Camkan saja, setelah ini, Syifa sudah pasti memarahi Hafiz, karena sudah mempermalukan Aruna. Akhirnya ... dengan kebisuan, Syifa pun meninggalkan Aruna sendirian.

Desas-desus semakin terdengar jelas. Banyak gunjingan yang keluar dari semua orang. Aruna tak kuasa hanya sekedar untuk mendongakkan kepala. Dia terlalu malu.

Cinta Beda Agama 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang