Dibalik semua rasa sakit ini. Aku yakin, akan ada bahagia yang menyapaku kelak.
Aruna
😥😥😥
Semua orang pun terkesiap. Begitu juga dengan Aruna. Gadis itu bangkit dan menatap heran ke arah seorang pria yang belum bisa dikatakan tua. Padahal saja, Aruna kira, itu adalah orang tuanya, nyatanya salah.
"Sa—saya Aruna. Anda siapa?" Aruna pun memberanikan diri untuk menjawab.
Pria itu mengamati Aruna sebentar. Kemudian, mengangguk singkat sebelum menghampiri kepala sekolah.
"Saya wali dari siswi tersebut ...,"
"Orang tua Aruna di mana, ya?" serobot pak Wira. Karena, beliau cukup tahu siapa orang tua Aruna.
"Maaf, Pak. Orang tua Aruna tidak bisa datang, lantaran sibuk sekali mengurus proyek. Mungkin nanti saat di rumah, mereka bisa membicarakan hal ini pada Aruna!"
Setetes air mata kembali jatuh tanpa diminta. Aruna sedih, lantaran kedua orang tuanya lebih memilih pekerjaan, ketimbang datang untuk menyelesaikan masalah itu. Di sisi lain, sebenarnya gadis itu amat bersyukur. Setidaknya bukan sekarang dia menerima kemarahan orang tuanya.
"Baiklah, silahkan duduk." Kepala sekolah pun mengambil alih semuanya.
Di dalam sana, terjadilah proses penyidangan yang dilakukan oleh pihak sekolah pada Aruna. Terlebih, sedari tadi, Hafiz tak henti-hentinya memojokkan Aruna.
Kerap kali Aruna melakukan pembelaan. Tetapi, tak ada sedikit celah untuk mereka semua mempercayai Aruna.
Memang benar, di sini Aruna yang bersalah. Dalam benak, dia sedikit menyesal lantaran sudah mengikuti kemauan Dito.
"Baiklah. Dengan berat hati, kami pihak sekolah memutuskan untuk memberi hukuman pada Aruna, yaitu skors dalam satu minggu."
Deg!
Aruna menggeleng keras. Dia tak tahu lagi, perihal bagaimana nantinya menghadapi orang tuanya.
"P—Pak, saya mohon jangan skors saya!"
Gadis malang itu sontak berlari menghampiri kepala sekolah yang sudah bangkit dari kursinya. Aruna sampai bersujud di kaki kepala sekolah. Memegang erat sepatu mengkilat itu.
'Bahkan, aku rela harga diriku kini sedang diinjak-injak hanya demi dirimu, Dito!' Batin Aruna bergejolak.
"Pak. Tolong, hukum saya dengan cara lain. Saya harus bilang apa pada orang tua saya bila saya mendapat skors dari sekolah!" pinta Aruna dengan berlinang air mata.
"Saya tidak peduli, Runa. Sanksi harus tetap ditegakkan. Itu buah hasil dari perbuatanmu sendiri." Kepala sekolah itu berusaha untuk menyingkirkan tubuh Aruna dari kakinya.
"Pak, saya mohon!" Kepala sekolah itu hanya bisa menggeleng atas permohonan Aruna.
Gadis itu beralih menoleh pada pak Wira. Berharap, pria tua itu bisa membantu dirinya.
"Pak Wira, tolong lakukan sesuatu untuk Runa. Runa mohon, Pak. Bapak juga tahu sendiri orang tua Runa seperti apa!"
Pak Wira hanya mampu menundukkan kepala. Dia tak ada kuasa untuk menolong gadis malang itu. Kini ... satu-satunya harapan bagi Aruna pun harus sirna ditelan oleh kenyataan.
"Pak ...,"
"Pak. Syifa sudah memaafkan Aruna. Jangan skors di—"
"Diam kamu!" sentak Aruna yang langsung bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Beda Agama 2
Teen FictionApa yang akan kalian rasakan kala melihat orang yang kalian cintai kini sedang menjabat tangan penghulu untuk menghalalkan wanita lain? Cek it out😁😁😁