Chapter 37 • Sick •

36.1K 3.6K 701
                                    

Visual Berlyn and kawand" 👆👆Jagoan kalian yg manaa nihh kira"?
Me: Berlyn sm Alisha, cantik bgtt ☺️💜

***

"Nggak suka bukan berarti nggak cinta. Kalau kamu aku jadiin pacar, itu udah bukan suka, tapi cinta."

***

Berlyn menghela nafas lelah kemudian memalingkan wajahnya kesal, "Kenapa kamu jagain aku? Memang kamu satpam?" Tanya Berlyn dengan polos.

Tawa Galitzer langsung lepas, ia sudah tak kuat menahan tawanya lagi. Ia melempar ponselnya ke arah Azriel, "El, kuat lo nahan ketawa?" Tanyanya asal-asalan.

Bibir Azriel bergetar, terlihat sekali jika ia sedang berusaha menahan tawanya yang sedikit lagi akan meledak. "Diem, bangsat. Gue udah usaha nggak ketawa," desisnya.

Galitzer masih tertawa, Berlyn menatap itu dengan sinis. "Apa banget sih, nggak jelas," dumelnya kesal.

Gatra yang mendengar itu langsung berdecak, "Diem, diem," ucap Gatra datar.

Azriel mengatur nafasnya, ia menatap Galitzer dan temannya yang lain dengan datar. "Untung gue nggak kelepasan ketawa," gumamnya lega.

Galitzer menatap Berlyn dengan sisa tawanya, "Berlyn, lo anak SMA beneran?" Tanyanya.

Berlyn menggeram, "Aku anak SMA! umur aku lagi sebentar 16 tahun!"

Galitzer mengangguk paham, "Berarti 2005, ya? Masih bocil itu, pantes piyama lo gambar beruang," balasnya dengan nada dan raut terkesan serius.

Berlyn menahan kesal, ia mengepalkan tangannya lalu memukul bahu Gatra secara tidak sengaja yang masih bertekuk lutut di depannya. "Berlyn," panggil Gatra halus.

Berlyn tak mengindahkan panggilan Gatra. Galitzer mengerjap saat di tatapi oleh Berlyn bak beruang setengah jadi, "Apa?" Tanya Galitzer dengan nada pura-pura tak bersalah.

"Aku bukan bocil! Aku udah gede! Piyama aku gambar beruang karena beruang itu lucu, bukan karena aku bocil!" Balas Berlyn dengan menggebu-gebu.

Galitzer menganga, pura-pura terkejut, "Oh iya? Tapi menurut gue lo itu bocil!"

"Ihh, bukan!"

"Iya!"

"Bukan, ishh!"

Galitzer berdecak, "Udah lah, lo udah nggak ada pembelaan lagi."

Berlyn memalingkan wajahnya pada Gatra lalu memeluk lehernya, matanya berkaca-kaca, "Aku bukan anak kecil, bilangin dia," ucap Berlyn yang kini sudah menangis sambil di iringi dengan isakan kecil.

Galitzer langsung gelagapan sambil meneguk ludahnya kaku, saat ia menatap Gatra, dia sudah menatapnya terlebih dahulu dengan tajam.

"Jangan bacot, Gal," desis Gatra sambil tangannya mengelus punggung Berlyn lembut.

Galitzer meringis, "Gue bercanda, Gat. Cuma ya walaupun di bagian bocil itu memang bener."

Gatra tak mengindahkannya, ia menghirup harum rambut Berlyn kemudian berbisik menenangkannya, "Cantik-cantik nggak boleh nangis," bisiknya halus.

Berlyn menggeleng tak peduli masih sambil terisak, ia benci dengan Galizer. Tanpa pikir panjang ia melepas pelukan lalu memukul bahu Galitzer keras, Galitzer kemudian terdiam mendapat perlakuan seperti itu.

"Lah, istri lo ngamuk, Gat," tukas Galitzer.

Nafas Berlyn berderu, ia menatap Galitzer dengan emosi yang sudah di ambang batas. "Kalau aku marah, kamu aku tendang sampai pluto!"

GAVIZTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang