Chapter 4 • Jaket Dan Susu •

59.7K 5.6K 774
                                    

"Ck, banci berkedok fuckboy. Nggak ada yang perlu lo banggain disaat kemampuan lo cuma bisa buat cewe nangis."

***

Berlyn menaikkan sebelah alisnya begitu melihat sebuah tangan besar berurat terulur tepat di depan wajahnya, ia sedikit mendongak karena Gatra sedang berdiri di depannya.

Gatra menghalangi matahari sehingga kini wajahnya sedikit menggelap, lelaki itu tersenyum lembut. Berlyn memanyunkan bibirnya sambil membuang pandangannya, "Rugi juga minta maaf kalo nggak ikhlas."

Dengan tangan yang masih terulur, Gatra menjawab, "Yang bilang nggak ikhlas siapa? Lo aja yang mikirnya ke arah sana."

Walaupun mata Berlyn masih sedikit berkaca-kaca tapi Gatra menyadari adanya sedikit perubahan di wajahnya, "Gue nggak pernah minta maaf sama siapapun, di seumur hidup gue. Cuma lo orang pertama." —Yang buat gue berlagak aneh dan kaya bukan diri gue sendiri, lanjutnya dalam hati.

Berlyn belum membalas uluran tangan Gatra, gadis itu hanya menatap Gatra dengan tatapan aneh dan kosong. Gatra mengernyit, "Lo kenapa? Jangan nangis lah. Gue nggak suka liat cewe nangis, cengeng banget."

"Yaudah kalo nggak mau di maafin." Gatra langsung menarik tangannnya namun sepersekian detik kemudian Berlyn menariknya lagi, ada sedikit sengatan saat tangan mungil itu lagi-lagi menyentuh permukaan tangannya.

"Ishhh, yaudah ini di maafin," ucap Berlyn walau sedikit dengan gumelan. Gatra tersenyum kecil, kecil sekali, sampai-sampai Berlyn harus menyipitkan matanya, "Kalo senyum nggak usah setengah-setengah, sekalian semuanya aja."

Tubuhnya langsung berdiri dan tangannya dengan lancang menyentuh pipi Gatra lalu menggerakkan bibirnya secara paksa untuk tersenyum. "Nah gitu dong, baru gantengnya keliatan maksimal."

"Ya, ini udah kelebihan. Gue balik dulu." Gatra berucap dengan suara sedikit terputus dan kecil, gelagatnya terasa seperti orang yang sangat canggung dan tubuhnya yang tak mengenakan pakaian atas itu lumayan mengeluarkan keringat.

Ada apa dengan Gatra?

Saat Gatra sudah bergerak menjauh, Berlyn masih menatapi punggungnya dengan alis mengernyit. "Bukannya aku udah maafin ya? Terus dia kenapa? Kok kaya orang kesambet setan sih!? Emang aku setan?" Gumamnya.

***

Berlyn berjalan sendirian keluar kelas, meninggalkan Alisha, Calissta, dan Ivana yang masih berbisik-bisik mengenai Berlyn yang tiba-tiba menjauhi mereka dan menolak bicara.

"Cal, gara-gara lo nih semua. Coba aja lo kasih tau dia juga dari awal," gerutu Ivana.

Callista langsung mendelik tak terima, kemudian berdiri dengan kesal, "Dih, ya kalaupun gua mau ya gue mau. Cuma pas gue kasih tau ke kalian emang kondisinya kita nggak lagi sama Berlyn!"

Ivana langsung menjawab dengan cepat, dengan emosi yang sama, "Ya kenapa setelah lo ngasih tau kita lo langsung kasih tau Berlyn aja!? Emang mungkin di lo nya aja yang mau main rahasia-rahasiaan kan!?"

"Lah, lo kira gue orang gila apa, hah!? Gue tiba-tiba ngasih tau Berlyn disaat kita sama sekali lagi nggak ngomongin soal Kak Arsen!? Lo mau gue bilang tiba-tiba gitu!? Lo kali yang gila!"

Ivana mendesis kesal, "Dih, kenapa lo jadi ngegas sih!? Gue kan ngomong baik-baik!"

"Lah, gue nggak akan ngegas kalo nggak lo yang ngegas duluan!" Balas Calissta dengan mata melotot tajam. Alisha menahan bahunya saat ia hendak mendekati Ivana.

GAVIZTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang