Chapter 7 • Astaroth •

50.8K 4.6K 251
                                    

"Santai, gue nggak nyerang. Buat gue nggak ada istilah jantan yang berlindung di balik banyak punggung."

***

Di jalan menjelang sore, kondisi jalan raya sama seperti di hari biasanya. Tetap dalam kondisi macet namun untungnya tidak dalam kondisi parah.

Asap kendaraan dimana-mana, suara ricuh bunyi klakson terdengar dari segala arah, terdengar tidak sabaran. Seorang polisi yang berdiri tepat di samping lampu lalu lintas meniupkan peluit sambil menggerakkan tangannya.

Dari arah kurang lebih berjarak setengah meter, mulai terdengar suara mesin motor yang berbunyi ricuh saling bersahutan. Motor-motor sport itu melaju dengan kencang tanpa mempedulikan pengendara yang lain.

Menyalip satu persatu para pengendara dengan satu orang yang memimpin di depan. Ada total 7 orang lelaki berseragam sekolah dengan jenis motor yang sama, motor sport kawasaki ninja.

"Speed naikin lagi!!" Teriak lelaki dengan motor sport berwarna hitam, yang memimpin paling depan.

"Ada polisi! Jangan gila lo!!" Balas temannya berteriak yang berjarak tidak jauh di belakangnya.

"Bacot! Gue bilang kencengin lagi speed-nya!"

Tanpa ada bantahan lagi, saat sang pemimpin sudah menggas motornya lebih kencang, teman-temannya yang lain langsung mengikuti hingga menimbulkan suara yang lebih keras dan sangat ricuh.

Salah seorang lelaki yang berada di paling belakang memencet klaksonnya dua kali, dengan cengiran tak tau dirinya ia berteriak, "Semangat cari duitnya, pak!!"

Polisi tersebut mendelik tak menyangka sambil menggeleng heran, kelakuan anak jaman sekarang. Lelaki itu langsung menerobos lampu lalu lintas yang langsung berubah merah sekitar 2 detik setelahnya. Benar-benar gila.

***

Sampai di sekolah sang musuh, SMA Wirapraja, mereka langsung membelokkan stang ke dalam. Saat masuk sontak mereka semua cukup menjadi bahan perhatian semua orang karena seragam khas yang ia kenakan.

Hanya saja karena mereka semua dengan kompak mengenakan jaket, baju seragam mereka tidak terlalu terlihat mencolok. Malah jaket yang mereka kenakan yang seolah menjadi identitas mereka.

Jaket bomber hitam dengan lambang iblis Astaroth yang sedang memegang sebuah kapak di tangan kanannya. Tanpa iming-iming nama dari geng di jaketnya pun semua orang sudah pasti akan tahu siapa mereka.

Mereka yang terkenal karena tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Gaviztra, ia adalah Astaroth.

"Cak, lo sadar kan kalo kita lagi ada di kandang musuh?"

"Tau."

"Gue harap lo nggak cari masalah sama Gatra sekarang, Cak. Posisi kita lagi nggak baik dan jumlah kita jelas-jelas kalah kalo sampe lo nantangin Gatra lagi," jelas temannya dengan wajah serius.

Dari dalam gedung sekolah, dalam waktu yang bersamaan saat lelaki yang tadi memimpin jalan menaruh helm-nya di spion, dua orang yang sangat di kenalnya langsung keluar dengan tangan tertaut.

Gatra berjalan dengan tatapan elangnya sedangkan Berlyn yang langsung terkejut begitu melihat kehadirannya disini. Saat merasakan seperti ada yang mengikuti, Berlyn langsung menoleh, semua teman-teman Gatra melangkah dengan wajah penuh permusuhan.

"Kak Gatra, kenapa tiba-tiba berubah gini. Ini mau tawuran?" Tanya Berlyn dengan bingung, pasalnya baik lelaki itu dan Gatra sama-sama menatap dengan benci.

GAVIZTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang