5

1.4K 233 6
                                    

Sore itu Dirga menjemput Naura di tempat kerjanya, dan tepat saat itu pula Naura yang baru selesai jam kerjanya keluar dari pintu belakang restauran. Dirga menghampiri perempuan tersebut dan menyapanya.

"Naura sudah siap?" ucap Dirga dan seperti biasa dengan nada yang dingin.
"Eh mas Dirga sudah di sini, kita mau ke rumah mas Dirga kan? alamatnya di mana mas? bias saya naik motor sendiri" ucap Naura yang sebelumnya sudah dijelaskan Dirga apa rencananya.
"Iya ke rumah saya, tapi sebelumnya saya mau mengajakmu ke suatu tempat dulu, ayo naik mobil saya saja" ucap Dirga.
"Ke mana mas? lalu motor saya bagaimana?" tanya Naura.
"Biar di sini dulu, nanti orang saya yang akan mengantar motormu pulang ke rumah. Kuncinya titipkan saja di temanmu" ucap Dirga.
"Baiklah kalau begitu" angguk Naura.

Setelah menitipkan kunci motornya Naura kemudian ikut Dirga, keduanya menuju sebuah pusat perbelanjaan.

"Ngapain ke sini mas?" tanya Naura heran.
"Belanja. Gak mungkin kan kamu menemui mama saya dengan pakaian seperti itu" ucap Dirga dan membuat Naura meneliti penampilannya yang terbilang biasa saja.
"Oh iya mas" angguk Naura.

Dirga mengajak Naura menuju lantai tiga menuju butik langganannya, seorang perempuan sudah menunggunya di butik itu, dia Mutia sekretaris Dirga yang sebelumnya sudah Dirga perintahkan untuk memilihkan beberapa stel pakaian untuk Naura.

"Sudah kamu persiapkan?" tanya Dirga.
"Sudah pak, ini belanjaannya sudah dibayar" ucap Mutia seraya menyerahkan beberapa papper bag.
"Ok terima kasih Mutia, kamu bisa pulang" ucap Dirga.
"Baik, permisi pak" ucap Mutia yang kemudian berlalu.

Dirga menerima papper bag tersebut lalu menyerahkannya pada Naura dan memintanya untuk segera mengganti pakaiannya. Tak banyak bicara Naura kemudian segera menuju ruang ganti dan mengganti pakaiannya.

"Mas sudah" ucap Naura yang sudah kembali.

Dirga menatap penampilan Naura yang terkesan begitu cantik dalam balutan dress cantik yang bertabur bunga, serta tas tangan kecil. Pria tampan itu tertegun seolah mengagumi kecantikan Naura.

"Mas...mas... mas Dirga" panggil Naura.
"Eh iya"
"Kok melamun mas?" tanya Naura.
"Enggak kok, ayo jalan" ajak Dirga.

Dirga berjalan lebih dulu menuju parkiran, sementara dibelakangnya Naura menyusul mengikuti langkah lebar pria tampan itu. Dalam perjalanan menuju kediamannya Dirga memberi banyak petuah pada Naura tentang apa saja yang harusnya Naura lakukan ketika berhadapan dengan mamanya nanti.

"Kamu mengerti maksud saya Naura?" tanya Dirga tanpa mengalihkan fokus pada jalanan didepannya.
"Ya saya mengerti mas, berpura-pura menjadi kekasih mas Dirga dan bersikap layaknya seorang kekasih" ucap Naura.
"Bagus" ucap Dirga.
"Tapi mas... kenapa harus saya? memang mas Dirga gak punya pacar? sampai harus berpura-pura seperti ini? kasian loh mamanya mas Dirga harus dibohongi" ucap Naura yang sebenarnya tak nyaman.
"Kamu hanya perlu menjalankan tugasmu Naura, jangan banyak tanya. Oh ya satu lagi, nanti ada anak perempuan usia empat tahun, itu anak saya" ucap Dirga.
"Maksudnya mas Dirga sudah punya anak? mas Dirga sudah pernah menikah?" tanya Naura.
"Iya. Saya ngasih tau biar kamu gak kaget nanti, dan biar mama saya gak curiga" ucap Dirga.
"Baik mas saya mengerti" ucap Naura.

Tiba di rumahnya Dirga dan Naura mendapat sambutan yang begitu hangat. Wulan tersenyum melihat Dirga yang datang bersama perempuan cantik.

"Ini? ini yang kamu maksud Dir?" tanya Wulan seraya menatap wajah Naura yang cantik.
"Iya mah, sayang kenalkan ini mamaku" ucap Dirga seraya memeluk pinggang ramping Naura.
"Oh iya hallo tante saya Naura" ucap Naura sopan, ia mengulurkan tangannya pada Wulan lalu mencium tangan perempuan paruh baya tersebut.
"Cantik sekali, berapa usiamu sayang? sepertinya kamu masih sangat muda?" tanya Wulan.
"Saya dua puluh tiga tahun tante" sahut Naura.
"Wah lebih muda dari gue dong" sahut Dania -adiknya Dirga- yang juga sedang berada di rumah itu.
"Itu Dania adiknya Dirga" ucap Wulan.
"Oh hai mba" sapa Naura.
"Kok mba sih, harusnya gue yang panggil lo mba. Kan lo calon kakak ipar gue" celetuk Dania.
"Eh tamunya sudah datang" ucap Hermawan yang baru keluar ruang kerjanya bersama sang cucu.

Adiba turun dari gendongan opanya dan berlari menghampiri sang papa.

"Papa..." teriak Adiba yang kemudian disambut Dirga dan menggendongnya.
"Cantik sekali... ini..."
"Ini namanya Adiba, pasti Dirga sudah banyak cerita tentang anak ini kan Nau?" ucap Wulan seraya menatap cucunya.
"Eh... i...iya tante" angguk Naura gugup.
"Salim sama tantenya sayang, ini namanya tante Naura" ucap Wulan.

Mereka kemudian makan malam bersama, usai makan malam Wulan masih meminta Naura untuk tinggal dan berbincang sebentar bersamanya.

"Jadi kapan kamu siap dilamar Naura?" tanya Wulan to the point.
"Mama apaan sih" Dirga kaget dengan pertanyaan sang mama, terlebih Naura yang tak menyangka dengan pertanyaan itu.
"Tunggu apalagi Dir, bukankah lebih baik disegerakan saja. Biar sah dan halal" ucap Wulan.
"Tapi kami baru pendekatan mah, masa langsung menikah. Kami belum bicara ke arah sana, iyakan sayang" alasan Dirga.
"Gapapa, pacaran setelah menikah itu lebih baik dari pada kalian statusnya gak jelas begini" ucap Wulan bersikeras dengan keputusannya.
"Mah..."
"Tidak ada pilihan lain, mama ingin kalian segera sah. Kamu setujukan Naura?" Wulan menatap Naura.
"Papa setuju apa yang mamamu katakan, pacaran setelah menikah itu lebih indah" ucap Hermawan.

Naura bingung harus menjawab apa, karena ia sama sekali tak menyangka dengan permintaan orang tua Dirga tersebut.

"Katakan pada orang tuamu secepatnya kami akan datang ke rumah dan melamarmu" ucap Wulan.
"Tapi tan..."
"Jangan tante, panggil saya mama, karena sebentar lagi kamu akan jadi anak saya juga Naura" ucap Wulan.

Dirga tak habis pikir dan tak menduga dengan apa yang mamanya lakukan, pikirnya kesalahan besar membawa Naura ke rumahnya dan memperkenalkannya sebagai pacar palsunya.

🖤🖤🖤

5
19/4/2021

Nikah KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang