[✓] Colour and Smell || NoRen

7

"Mah, lihat Jeno tidak?" Tanya Eric pada Doyoung yang sedang minum teh di taman kecil dekat kolam renang.

"Hm? Masih di kamarnya mungkin."

"Oke, deh. Aku nanti langsung pergi ya, Mah."

"Iya hati-hati, Sayang. Jangan ngebut dan beri tahu Jeno untuk tidak bersikap memalukan di depan Renjun."

Eric tertawa dan mengacungkan jempolnya. "Siap, Mah. Aku akan langsung meninggalkannya kalau dia sampai bersikap memalukan."

Maka pemuda itu pun segera menuju kamar Jeno yang berada di lantai dua.

"Jen? Masih lama tidak?" Tanya Eric sambil mengetuk pintu kamar.

"Sudah selesai!" Jawab Jeno dari dalam sana. Tak lama kemudian dia pun keluar.

Tapi saat pintu terbuka, Eric segera menutup hidung karena bau parfum yang membuatnya puyeng.

"BERAPA BOTOL PARFUM YANG KAU PAKAI?!"

"Memangnya kenapa?" Tanya Jeno.

"BAUNYA MENYENGAT SEKALI ASTAGA! SANA BALIK LAGI KE KAMAR DAN GANTI BAJUMU!" Eric mendorong-dorong tubuh Jeno supaya masuk ke kamar dengan kasar.

"Kau kenapa, sih?! Apa salahnya, hah?!" Tanya Jeno tak terima karena perlakuan Eric.

"Masih ditanya salahnya dimana?! Ya salahnya itu karena kau memakai parfum kebanyakan! Kau mau membuat CEO dan para karyawan B&W Allure mabuk parfum?!"

"Apa baunya benar-benar menyengat seperti itu?" Gumam Jeno sambil mengendus-endus pakaiannya.

Eric menatap datar dia sambil bersedekap tangan. Kembarannya ini memang bodoh. Apakah ini salah Eric karena terlalu banyak menyerap sari kecerdasan sewaktu masih berada di kandungan?

"Hehehe ternyata iya sangat menyengat..." Ujar Jeno sambil cengengesan. "Sebentar, aku ganti baju dulu."

"Jangan kelamaan, kita belum sarapan."

"Okay, Sayang!"

Eric hanya bergidik ngeri mendengar jawaban Jeno. Daripada emosi dan membuang waktu berdiri di depan kamar Jeno, dia memilih untuk menunggu kakaknya di dalam mobil saja.