Story of Bangtan

[Jungkook] - LDR

Setelah membutuhkan waktu perjalanan selama enam jam lamanya, akhirnya kakiku yang sudah terasa kaku ini telah sampai menginjak kota indah yang terletak di Korea Selatan, yaitu Seoul. Wajar saja, perjalanan Indonesia-Korea bukanlah waktu yang dapat ditempuh oleh waktu singkat.

Bibirku menarik senyum, sejenak memejamkan mata sambil menghirup dalam-dalam udara segar di sekitar yang kubiarkan melewati pernafasanku. Udara awal musim semi di kota ini memang tidak bisa dibohongi, terasa menyegarkan sekaligus menyajikan panorama kota yang begitu indah telak membuat rasa lelahku seketika hilang. Tetapi, tetap saja aku lebih cinta pada tanah kelahiranku, Indonesia. Dan berpikir untuk tinggal disini, aku masih belum menimang-nimang memikirkan hal itu. Namun satu hal yang pasti alasanku kemari sekarany yaitu untuk menemui seseorang.

"Ah, aku sudah sangat merindukannya."

Setelah menentukan hotel yang akan aku tinggali dan melakukan cek in, aku segera kembali keluar untuk menemui seseorang yang sudah mengirimiku rentetan pesan singkat saat ponselku baru saja diaktifkan. Aku tersenyum, sungguh suka akan sifatnya yang tidak sabaran itu.

"Salah sendiri tidak menjemputku di bandara. Lihat saja aku akan membuatmu menunggu sedikit lebih lama lagi, bawel."

Aku mengoceh gemas pada layar ponselku, memiliki latar belakang yang menampakkan sosok pria tengah tersenyum manis memelukku. Aku masih ingat, moment itu kami ambil saat ia berkunjung ke Indonesia beberapa bulan lalu. Tepatnya saat anniversary hubungan kami yang ke-2. Dia adalah kekasihku. Jeon Jungkook namanya, pria yang telah berhasil menjadi penghuni hatiku semenjak dua tahun lebih yang lalu.

Aku sangat mengerti alasan ia tidak bisa menjemputku di bandara tadi, karena dia bukanlah orang biasa. Maksudku, mungkin seisi bandara akan heboh jika melihatnya. Baiklah, jika boleh dikatakan mungkin aku termasuk dalam kategori gadis paling beruntung karena memiliki kekasih Jeon Jungkook, Si Idol Korea salah satu anggota dari boygrup bernama BTS yang kini namanya sudah melejit dimana-mana, bahkan seluruh dunia pun tahu siapa dia.

Akan tetapi, dibalik kebahagiaanku memilikinya, ada sedikit benar-benar sedikit kesedihan yang aku rasakan. Salah satunya, jarak yang memisahkan kami berdua. Dia yang sibuk sebagai Idol, melakukan tour konser dunia yang sangat aku tahu itu melelahkan, dan sedangkan aku sendiri memilih menetap di Indonesia untuk menyelesaikan study-ku. Memang benar, jarak kadang membuat kami tersiksa dan rasanya aku ingin menangis diatas gedung paling tertinggi dan berteriak jika aku tengah merindukannya. Terdengar klise bahkan berlebihan memang, tapi begitulah kenyataannya.

Tapi ada satu hal yang pasti membuatku bertahan hingga sekarang dan malah semakin mencintainya. Yaitu sifat dewasa dan perhatiannya. Jangan salah, meskipun Jungkook adalah yang termuda di grupnya, tetapi ia berbanding balik ketika menyikapi hubungan kami. Ia sangatlah begitu dewasa.
Ia selalu menghiburku disaat aku sudah merengek merindukannya, dan sikap perhatiannya padaku layaknya kami tidak terhalang jarak maupun waktu. Sesibuk apapun, ia tidak pernah lupa menghubungiku. Ah, aku sudah kukatakan, aku benar-benar bahagia serta bersyukur memilikinya. Meskipun seisi dunia belum tahu bahwa Jungkook milikku.

Saat ini aku tengah berjalan menuju sebuah kafe yang sudah kami tentukan untuk bertemu. Jarak ke kafe itu tidaklah jauh, hanya butuh beberapa menit setelah menaiki bus tadi yang kutumpangi. Sepanjang perjalanan bibirku tidak bisa berhenti tersenyum. Bagaimana tidak, karena sepanjang jalan yang kulewati sejak tadi mengingatkanku kenangan bersama Jungkook saat aku pertama kali mengenalnya, saat aku masih mengenyang pendidikan SMA di Seoul.
Bahkan dulu saat Jungkook belum seterkenal sekarang, kami selalu menghabiskan waktu bersama menelusuri jalanan-jalanan Seoul yang menurut kami sangat romantis untuk dinikmati berdua. Mungkin itu terdengar sederhana, tapi percayalah kesederhanaan itu yang menjadi saksi disaat kami merasakan bahagia, dan tertawa bersama.