Bagi Taehyung, tak ada yang lebih menyedihkan daripada kehilangan arti dari apa yang orang-orang sebut sebagai rumah. Baginya, pulang itu semu. Jika orang-orang di luar sana mendefinisikan rumah sebagai tempat paling teduh atas segala peliknya semesta, maka ia tak punya; yang orang-orang sebut sebagai rumah. Atau mungkin yang sebenarnya ia miliki selama ini hanya atap dan tembok kokoh, dan tanpa kehaangatan, tanpa rasa cinta.
Dibalik tembok itu hanya akan ada sua dua manusia yang saling melontarkan racuan dengan intonasi tinggi—ini memuakkan!
Taehyung hanya ingin senyap, Taehyung ingin membungkam segala debat yang bahkan sebenarnya tak harus diperdebatkan.
"Semua ini terjadi karena kau! Kau yang seharusnya menjaga Taehyung! Kau yang harusnya tahu apa yang putramu alami selama ini. Itu kewajibanmu sebagai seorang ibu!" Suara berat milik pria itu bahkan terasa lebih berat hari ini.
"Kenapa kau hanya menyalahkanku? Kau pun harusnya di salahkan di sini. Kau yang terlalu sibukkan dengan pekerjaanmu! Semua ini terjadi oleh kesalahanmu juga! Taehyung jadi begini karena kau juga, Kim!"
Kim Taehyung semakin merapatkan kedua tangannya untuk menutupi rungu. Berusaha keras agar mampu menghalau suara teriakan-teriakan di sana yang sudah terlampau sering Taehyung dengar. Suara perdebatan antara ibu dan ayahnya yang Taehyung rasa terlalu menyakiti ketika terdengar olehnya. Batin Taehyung tidak kalah sakit saat perdebatan itu selalu saja terjadi setiap harinya.
Mereka memperdebatkan dirinya, seolah-olah ia adalah pengadu domba ulung atas dua manusia. Padahal, ia tak butuh semua itu. Ia tak peduli tentang siapa yang lebih mempedulikannya atau tidak; ibu atau ayah, itu tidak penting. Berkali-kali mereka memperdebatkan tentang siapa yang harusnya peduli nyatanya, tidak ada. Tidak pernah benar-benar ada.
Taehyung sudah bosan. Mungkin jika ada yang merekomendasikannya sebuah pisau tajam untuk menombak jantungnya sendiri ia akan melakukan itu sekarang juga. Atau bahkan ia rela menggadaikan jiwanya pada Lucifer untuk sebuah kehangatan rumah tetapi, percuma saja, toh mereka tidak pernah mengerti bagaimana perasaan Taehyung saat menyaksikan dua orang yang ia sayangi tidak pernah saling menyapa dengan benar? Sekadar menyeduh teh bersama atau bertengkar manis tentang harus makan dengan roti selai rasa apa pagi ini. Jangankan demikian, bahkan mereka tidak sedikit pun menganggap kehadiran Taehyung layaknya putra mereka satu-satunya. Apalagi ketika mereka selalu menyeret namanya ke dalam permasalahan. Taehyung tidak tahu apa-apa, sungguh. Yang ingin ia tahu, hanya karena apa kedua orang tuanya selalu seperti itu?
Sampai akhirnya perdebatan itu usai. Di mana saatnya giliran Taehyung beranjak pergi dari kamarnya, diam-diam keluar rumah tanpa ada yang tahu kemana ia akan pergi.
Udara malam di pertengahan desember cukup dingin ia rasa. Tetapi, itu semua tidak menghentikan langkah Taehyung untuk membawanya ke suatu tempat. Tempat yang Taehyung harapkan seseorang mungkin sudah menunggunya di sana. Seseorang yang biasanya selalu membuat Taehyung nyaman berada di dekatnya. Seseorang yang selalu mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja dan mengatakan, "Ketika kau mampu melewati hari ini dan bertahan di esok hari, tanpa disadari kau memberikan yang terbaik untuk dirimu sendiri, Taehyung."
Selalu. Orang itu selalu mengatakan kata-kata membosankan itu, sampai rasanya ia ingin menyumpal mulut sialan itu dan membungkamnya dengan perekat murahan. Sekalipun Taehyung menangis tersedu-sedu, sialnya orang itu tidak pernah merespon banyak selain tersenyum lantas memeluknya erat, selebihnya menangis bersama dalam diam.
Benar kata orang-orang. Yang sama hancurnya akan lebih memahami.
Taehyung tersenyum tipis kala ingatannya memutar kembali hal itu. Lantas berpikir ulang, kapan terakhir kali ia menemui orang itu? Bodoh jika Taehyung mengatakan ia agak kehilangan sosok itu, tetapi nyatanya memang iya—dia bodoh, dan dia rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Bangtan
أدب الهواةKumpulan Fanfiction BTS oneshoot, twoshoot, side story, dan lain-lain. Cast : Member BTS (random) Genre : Romance, Sad, Hurt, Drama, Family, Angst, Brothership copyright : 2018 -Chamochi