[Jimin] - Ma Angel

1K 25 0
                                    



Beberapa hari yang lalu, aku masih ingatketika aku meminta, tidak, tapi lebih tepatnya merengek pada kekasihku, Park Jimin. Aku mengatakan padanya bahwa aku ingin sekali berlibur ke pantai bersamanya. Karena seingatku, terakhir kali kami berkunjung ke tempat itu kurasa hampir satu tahun yang lalu. Jadi, wajar saja jika aku ingin sekali kembali lagi berkunjung ke sana.

'Maaf sayang, untuk kali ini aku benar-benar sibuk. Lain kali saja, ya? Aku janji untuk itu.'

Jimin selalu berkata demikian. Yeah, aku pikir mau bagaimana lagi, selain mengatakan iya untuk mengalah. Aku hampir melupakan bahwa Jiminku adalah orang yang teramat sibuk. Aku harus pahami itu. Pantang bagiku untuk menjadi gadis yang egois, meskipun terkadang keegoisan Jimin lah yang sering aku rasakan.

Tapi ternyata Jimin berbohong.

Tepat hari ini, detik ini, aku berada di tempat yang sangat ingin aku kunjungi. Karena tanpa aku tahu ternyata Jimin diam-diam mempersiapkan semua yang aku minta waktu itu. Dan sekarang, aku dan dia berada di tempat ini, pantai yang ingin sekali aku kunjungi. Aku sempat tidak percaya ketika Jimin tiba-tiba membawaku ke sini. Ternyata Jimini sukses membuat kejutannya untukku.

"Kau bilang sibuk, lalu apa ini?" Kataku, lebih tepatnya bertanya pada sosoknya yang kini tengah berdiri di sampingku sibuk mengotak-ngatik kamera polaroid-nya.

Kemudian seuntai senyum terhias di bibirnya, ia tersenyum padaku.

"Ayolah, kau hanya ingin berlibur ke pantai, bukan meminta aku untuk membawa menara Eiffel dari Paris, 'kan? Apakah harus sulit untuk mewujudkannya?" Ujarnya diiringi kekehan.

"Ish, tidak lucu." Balasku berpura-pura marah.

Tiba-tiba saja ia menautkan tangannya, menggenggam tanganku, "lihatlah aku." Pintanya padaku dengan vocalnya yang lembut, yang memang aku sedang memalingkan wajahku darinya. Aku yang sebenarnya tengah berpura-pura marah, kini menatapnya. Bagaimana bisa aku marah pada kekasihku ini.

"Apa?"

Jimin menghela nafas pelan, ia menarikku hingga membuat jarak tubuh kami begitu dekat, dan tatapannya masih saja tertuju padaku. Tatapan yang-astaga, rasanya kedua hazel itu tidak pernah lelah membuatku jatuh cinta berkali-kali pada si pemiliknya.

"Aku sadar selama ini aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri, hingga selalu bahkan hampir melupakan kebutuhanmu sebagai kekasihku. Dan kali ini, aku tidak mau membuatmu terus menerus menelan rasa kecewa karena kesibukkanku, Ra. Jadi, mari kita bersenang-senang di tempat ini, tempat yang selalu kau minta untuk kita kunjungi bersama, menghabiskan waktu kita bersama. Aku ingin membayar semua pengertianmu padaku, dengan menghabiskan waktu luangku bersamamu kali ini, eoh?"

Aku dapat melihat ketulusan pada sosok kekasihku saat mengucapkan kalimatnya barusan, dan entah mengapa penuturannya membuatku tersentuh. Dia benar, selama ini dia terlalu sibuk hingga mengharuskan aku terus menerus menelan rasa kecewa seorang diri. Alasanku sederhana, aku tidak ingin Jimin merasa terbebani jika aku menuntut aktivitasnya hingga aku berpikir takut jika ia akan berakhir memilih melepaskanku. Memikirkannya saja sudah cukup membuatku dilanda akan rasa takut kehilangan. Jadi, aku lebih memilih diam dan tetap menjadi gadisnya yang penurut, dengan memaklumi segala rutinitasnya.

Tidak sempat menjawab, aku langsung memeluknya, tanpa sadar lelehan air mataku sekonyong-konyong membasahi pipiku. Aku menangis dipelukannya.
"Ya! Kau selalu menyiksaku dengan kesibukanmu hingga membuatku selalu merindukanmu. Tapi, aku tak ingin menjadi gadismu yang egois, aku takut kau pergi meninggalkanku jika aku menjadi gadis yang manja." Tuturku dan tidak aku sangka bibirku malah berkata jujur.

Jimin sedikit melonggarkan pelukanku padanya, tangannya menyentuh pelan wajahku, meminta agar aku menatapnya kembali.

"Hey, kenapa kau malah menangis, heum? Jangan menangis." Lirihnya, ibu jarinya menghapus lembut aliran air hangat yang mengalir dari sudut mataku, "kau salah besar. Perlu kau tahu, justru sikapmu yang terlalu pengertian membuatku merasa gagal menjadi seorang pria. Hatiku selalu sakit ketika kau sesekali merengek meminta sesuatu padaku tapi aku tak bisa memberinya. Sakit yang aku rasakan bukan sakit karena kesal atas rengekanmu, tapi terasa sakit saat kau berhenti melakukan itu. Aku ingin melihatmu terus menerus seperti itu, tapi kau tidak pernah lagi melakukannya dalam waktu lama ini. Sesak rasanya, perlu kau tahu itu. Dan apa? Kau takut aku meninggalkanmu? Catat ucapanku baik-baik diingatmu, jika aku sampai meninggalkanmu karena alasan itu, kau salah besar. Aku akan menjadi seorang Park Jimin yang terlampau bodoh jika sampai melakukannya. Meninggalkan gadis seperti dirimu adalah mimpi buruk untukku. Jadi, jangan berpikir seperti itu, kumohon..." Tuturnya tersirat jelas akan ketulusan.

Story of BangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang