ANGELIFY 9

116 14 2
                                    

Author pov

Sejak peringatan kematian Mama kandung Yedam, Jeongwoo berusaha untuk memperkecil kemungkinan untuk bertemu Ibu kandungnya.

Contohnya

“Woo, main ke rumah Yedam yuk?” ajak Haru

“Nggak dulu, gue sibuk nemenin Papa gue”

Dilain hari

“Woo, ke rumah gue yuk. Gue baru aja beli pc gaming nih”

“Nggak dulu Dam, lagi sibuk”

Begitulah cara Jeongwoo untuk mengindari dari yang Namanya sakit hati. Jeongwoo jadi lebih diam dari biasanya. Biasanya mereka berlima ketika jam istirahat sering ngerusuh di kantin. Sekarang kalau jam makan siang, Jeongwoo sering menghabiskan waktu nya dengan makan bekal bawaan Rose di atap sekolah, sambil menikmati angin sepoy-sepoy.

Contohnya hari ini Jeongwoo sedang asik menyantap susi ayam buatan calon Mama sambungnya.

“Mama gila sih, masakannya nggak pernah failed. Selalu enak” Puji Jeongwoo. Baru aja makan beberapa suap, eh ada gangguan yang baru aja bergabung dengannya.

“makan, makan sendiri. Kalau mati juga sendiri” sindir Junghwan yang baru aja bergabung dengan Jeongwoo.

“Ya kali Ju, gue mati ngajak lu. Tumben nggak gabung sama Mas lu”

“Males ahh, bosen mau cari suasana baru”

“mau sushi?”

“gue bawa sandwich nih. Mau share?”
Dua anak manusia yang masing-masing memendam luka saling membagi bekal mereka. “Sushi nya enak Woo, beli dimana?”

“buatan calon Mama gue, kalau. Asli sih masakan Mama Hayi nggak pernah nggak enak”

“hahaha, btw itu bekal gue ya yang bikin wkwkkw bukan emak gue”

“Serius?”

“Iyaa, pake resepnya Mami Jennie”
“wah enak Ju”

“Iyaa dong, eh btw kok lo jarang main bareng sih?”

“kan gue sibuk” Jeongwoo mengalihkan pandangannya ke langit “Lu sendiri kok ya jarang main?”

“hahaha, kalau gue main terus gue belajarnya kapan? Lu sama Haru enak nggak belajar nilai lu stabil kalau gue? Nggak belajar nilai turun, tangan bapak gue juga turun ke pipi gue” jawab Juju dengan tertawa. Jeongwoo tahu kalau itu tawa untuk menyembunyikan kesedihan dari Junghwan.

“Kalau lu butuh temen cerita, gue always listening kok. Hubungin aja nomor di bawah ini”

“iya santuy lu juga, kalau butuh apa-apa gue juga selalu ada”
Mereka saling merangkul Pundak masing-masing untuk saling menguatkan.

.

.

.

“Woo, ke rumah gue yuk please. Emak gue kangen nih sama lu” Yedam merangkul Pundak Jeongwoo sebelum dia keluar dari kelasnya.

“Lah gue sibuk bantuin ngurusin nikahan Papa gue”

“Bentar aja ya Woo, emak gue soalnya kangen” kali ini Yedam membujuk Jeongwoo dengan tatapan mata yang nggak bisa ditolak.

“Iya woo, kemarin Tante Seri sedih loh. Lu kagak ngikut” ujar Dobby
Jeongwoo sebenarnya males banget, tapi anak-anak lainnya ikutan bujuk dia biar dia ikutan. “okau gue ikut, tapi bentar aja ya”

“Oke dokie”

Gue kesana dengan numpang mobil Juju, iyap Juju pake mobil sendiri. Kita udah janjian ke rumah Yedam maximal satu jam, terus kita berdua bakal cabut dari situ.

Jeongwoo masuk paling akhir. Dan disambut pelukan Seri “Tante tu kangen kamu tau nggak. Kamu kemana aja?”

Jeongwoo tidak membalas pelukan dari Seri, Seri yang merasa pelukannya tidak terbalas mengurai pelukannya “Uwoo sibuk bantuin buat nikahan Papa sama Mama nte. Nte Uwoo boleh tanya?” ujar Jeongwoo dengan senyumannya.
Seri mengangguk “sure, mau tanya apa?”

“Alasan seorang ibu tega meninggalkan anaknya kira-kira apaya ante?”

“Mungkin dia belum cukup umur. Dan memilih buat menyerahkan bayinya ke orang yang lebih bisa menjaga bayinya?”

“Apa karena bayinya bukan anak yang dia harapkan alias anak haram ya Nte?”

“Maybe Woo”

“padahal semua bayi mengharapkan kasih sayang orang tuanya secara utuh. Ya udah ya nte. Aku masuk dulu” Jeongwoo meninggalkan Seri dengan rasa sesak yang masih ada di hatinya.

Tiba-tiba ada benda yang menghantam dada Seri. Setelah mendengar jawaban Jeongwoo dada Seri sesak, entah karena apa.

Jeongwoo ketika dirumah Yedam hanya diam dan memainkan ponselnya, begitu juga dengan Juju.

“Ayoo anak-anak dimakan dimsumnya. Enak looo tante yang bikin” Seri membawakan sepiring dimsum untuk anaknya dan teman-temannya.

“Mama suapin” rengek Yedam dan membuat Uwoo menatap tajam Yedam. ‘jangan iri woo nanti minta suapin sama Mama Rose’ batin Jeongwoo.

Semua pada makan dimsum, kecuali Jeongwoo yang masih asik chatingan sama Mama Rose.

“Uwoo nggak makan?”

“Nggak tante, kenyang”

“satu suap aja, sini aaaa tante suapin”
Sekali lagi Jeongwoo menolak dengan menggelengkan kepalanya “satu suap nggak bikin kekeyangan kok Wuuu. Ayo aaaaaa”

Dengan males Jeongwoo membuka mulutnya menerima suapan dari Tante Seri. “Gimana enak?”
Jeongwoo hanya menganggukan kepalanya, “Sekali lagi yaa, aaaaaaa” dan Jeongwoo menerima dimsum yang disuapkan oleh tante Seri.
Setelah makan, semua baik-baik saja namun Jeongwoo mulai merasakan gatal dan sesak nafas, jantungnya juga makin berdebar.

“Ju, sakit”

“Tante, dimsumnya ada udangnya?” tanya Dobby

Dan Seri baru menyadari kalau dia memakai udang. se “Iya, haduh gimana ini”

“kebanyakan bacot, buru bawa Jeongwoo ke rumah sakit. Kak bawa mobil, dobby telepon Papanya Jeongwoo” ujar Haru yang udah panik karena temannya udah kehilangan kesadaran. Dengan perlahan dia menggendong Jeongwoo yang tidak ringan.

Semua mengikuti arahan Haru, untung saja rumah sakitnya nggak begitu jauh. Sampe di rumah sakit Jeongwoo langsung dimasukan di UGD.

“Dobby, gimana Papanya Uwo?”

“Otewe katanya”

“tante. Minta maaf tante lupa kalau dimsumnya ada udangnya” Seri menyesal memaksa Uwo memakan dimsum buatannya.

“jangan minta maaf ke kita nte, tapi sama Jeongwoo. Itu pun kalau anaknya selamat” kata Junghwan, dia tahu apa yang dirasakan oleh Jeongwoo karena dia juga punya alergi dan dia tahu sesakit apa Jeongwoo disana.

“Kak, doain Jeongwoo yang baik dong jangan ngadi-ngadi” tegur Haru.

“Iyaa maaf”

“Jeongwoo mana?” iya itu June, dia datang tidak sendiri dia datang dengan Rose disampingnya.

“Masih didalam Om lagi ditangani dokter”

“Kok bisa alerginya kumat?”

“nggak sengaja makan udang Om” jawab Haru. June langsung lemes, udah nggak kuat berdiri dan akhirnya duduk di lantai dengan muka yang dia sembunyikan diantara lututnya. Isakan kecil mulai terdengar dari mulutnya.

Rose, membawa June ke dalam dekapnya “Gue takut Ros” ujar June lirih. “Nanti kalau Uwo pergi gimana? Gue takut”

Rose memeluk June makin erat.
Diantara manusia yang sedang menunggu di depan UGD ada satu wanita yang sedang menahan sesaknya.

Dia adalah Seri.

Saking sesaknya ruang tunggu UGD, Seri memutuskan untuk pulang.

.

.

.

TBC

ANGELIFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang