Epilog (Bonus Chapter)

677 57 11
                                    

Beberapa saat setelah membawa masuk Dita ke dalam kamarnya, Jinny langsung melepas pakaian atasnya dan hanya menyisakan branya. Melihat Jinny melepas bajunya sontak membuat Dita mulai panik karena berpikir Jinny akan melakukan sesuatu padanya.

"J-jinny, mengapa kau melepas bajumu?" Jinny menyeringhai.

"Tentu saja untuk kau sentuh."

"Mwo?" Dita semakin terlihat panik sementara Jinny berusaha menahan tawanya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi tengkurap.

"Kau punya krim pijat?"

"Ya, kenapa?"

"Tolong oleskan ke punggungku sekaligus pijat punggungku. Badanku terasa sangat pegal setelah berupaya mengejar-ngejar dirimu."

"H-hah?"

"Palli sebelum aku jatuh sakit hehe."

"A-ah fine." Dita pun bergegas mengambil sebuah krim untuk memijat lalu duduk di samping Jinny dan mulai mengoleskan krimnya ke punggung Jinny.

"Aku pikir kau akan berbuat macam-macam padaku." Jinny terkekeh.

"Dasar konyol. Aku hanya senang menggodamu hehehe."

"Dasar." Dita pun mulai memberi pijatan kecil dan membuat Jinny merasa nyaman dengan pijatannya.

"Oh ya Jinny, mengenai pekerjaanku sebagai koki bagaimana?"

"Aku rasa aku akan membatalkannya."

"Why? Kau bilang sudah sepakat."

"Karena kau sudah resmi menjadi milikku. Aku hanya tidak ingin kau bekerja di dapur karena orang-orang yang bekerja di dapur rata-rata penggoda. Lebih baik bekerja di sampingku sebagai sekertarisku. Itu jauh lebih baik bukan karena kita akan selalu bersama di ruangan yang sama." Dita akhirnya tersenyum mengerti.

"Ya sepertinya itu lebih baik." Dita pun kembali fokus memijat punggung Jinny hingga Jinny merasa sudah puas.

"Aku rasa pijatannya sudah cukup. Terimakasih sayangku."

"Sama-sama." Jinny bangkit dan kembali mengenakan bajunya. Setelah itu dia kembali berbaring dan meminta Dita berbaring bersamanya. Dita dengan senang hati mematuhinya dan kini mereka saling memeluk satu sama lain seperti pasangan suami istri yang hendak tidur.

"Jinny!"

"Apa sayang?"

"I love you." Jinny tertawa kecil.

"I love you too."

"May I kiss you?" Jinny kembali tertawa kecil.

"Mengapa harus meminta ijin, kau tinggal melakukannya sesukamu." Dita tersenyum lebar lalu mengangkat sedikit kepalanya dan mencium singkat bibir Jinny.

"Done hehe." Jinny terkekeh dan membalas Dita dengan ciuman di keningnya. Dita kemudian bersikap nakal dengan kembali mencium singkat bibir Jinny dan tersenyum polos setelah melakukannya.

"Anak nakal ini." Jinny tidak tinggal diam dan akhirnya momen berpelukan mereka di lengkapi dengan ciuman mesra yang kini di pimpin oleh Jinny.

"Oaaaaa... Oaaaa!" Di tengah menikmati ciuman mesra mereka, Dita seperti mendengar suara tangisan bayi dan menarik diri dari ciuman.

"Apa kau mendengar sesuatu Jinny? Aku seperti mendengar suara tangisan bayi." Jinny mengerutkan keningnya.

"Aku rasa tidak, abaikan saja." Jinny kembali melanjutkan ciuman mereka.

"Oaaaa... Oaaaa!" Sekali lagi Dita mendengar suara tangisan bayi dan kembali memecahkan ciumannya.

"Jinny, jelas-jelas aku mendengar suara tangisan bayi."

"Tangisan bayi siapa? Rumah-rumah tetanggamu jauh bukan?"

"Oaaaaa... Oaaaaa!" Jinny akhirnya mendengar tangisan itu dan kini keduanya saling bertatapan dengan kerutan.

"Kau dengar itu?"

"Ya aku mendengarnya. Mungkin itu suara tangisan bayi dari orang yang sedang lewat." Detik selanjutnya keduanya mendengar suara tangisan itu malah semakin keras.

"Jinny aku tidak yakin tentang itu. Kau tunggu sebentar di sini, aku akan memeriksanya kelua." Dita bergegas pergi ke depan pintu rumah. Setibanya di depan pintu, suara tangisan itu semakin terdengar jelas dan Dita segera membukakan pintunya.

"Ommo!" Dita tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutanya ketika melihat sebuah keranjang bayi ada di hadapannya.

"Bayi siapa ini?" Dita melihat-lihat sekitar namun dia tidak menemukan siapa-siapa selain keranjang bayi dan sebuah tas berukuran sedang yang ada di hadapannya. Dita kemudian bergegas memeriksa keranjangnya dan menemukan bayi mungil di dalamnya.

"Ya ampun, siapa yang tega sekali membuang bayi selucu ini di depan rumahku?" Tanpa pikir panjang Dita memangku bayi itu dan tangisan bayi itu seketika mereda setelah Dita mengeyong-eyong tubuhnya.

"Malangnya nasibmu nak. Siapa yang tega membuangmu dia adalah orang tua yang paling bodoh dan kejam di muka bumi ini." Dengan rasa kasihan Dita segera membawa bayi itu masuk ke dalam rumah.

"Jinny coba lihat apa yang aku temukan di depan rumah kita?" Jinny bangkit dari tempat tidurnya dan seketika membelalakan matanya.

"A baby? Kidding me?"

"Ya aku menemukan bayi ini dan aku rasa seseorang sengaja membuang bayi ini di depan rumahku."

"Yang benar saja." Jinny langsung menghampiri Dita dan melihat wajah bayi itu dengan kasihan.

"Aaaaaa... Bukankah bayi ini terlalu lucu untuk di buang? Tega sekali orang tuanya."

"Entahlah, untung aku segera memeriksanya. Ngomong-ngomong, ada keranjang bayi dan sebuah tas di depan pintu. Aku rasa itu perlengkapan bayi, tolong ambilkan siapa tau ada petunjuk di dalamnya."

"Okay." Jinny langsung berlari mengambil barang-barangnya sementara Dita duduk di tepi ranjang dan bayi itu kembali menangis.

"Cup, cup, cup... Kau sudah aman bersama kami sayang."

"Dita, aku rasa dia lapar." Sambung Jinny yang baru saja tiba dengan menyimpan barang-barangnya.

"Lapar? Benar juga." Dita mendadak bertingkah konyol dengan menyentuh payudaranya sendiri dan setelah itu dia melihat Jinny seolah meminta bagaimana jika Jinny yang menyusuinya. Lucunya Jinny melakukan hal yang sama dengan menyentuh kedua payudaranya.

"Yah apa kita bodoh? Kita bukan ibu yang menyusui dan kita tidak bisa menyusuinya." Pungkas Jinny dan gelak tawa akhirnya pecah.

"Benar juga dan sepertinya kita harus membeli susu bayi secepatnya."

"Wait!" Jinny memeriksa keranjang bayinya terlebih dahulu dan menemukan sebuah dot beserta sekotak susu bayi yang hanya tinggal sekali seduh.

"Syukurlah orang tuanya menyimpan keperluan bayinya di dalam keranjang ini."

"Apa yang kau temukan?"

"Susu dan dot, lalu ada juga... Apa ini?" Jinny menemukan selembar kertas.

"Aku terpaksa membuang bayi ini karena aku tidak sanggup merawatnya dengan statusku sebagai janda dan juga warga negara asing. Di tambah aku sudah memiliki empat anak yang masih sangat kecil-kecil. Aku wanita yang berasal dari Jepang dan bayi ini bernama Ogawa Mizuki." Jinny melirik sejenak bayinya yang kini kembali tenang.

"Hanya itu saja?" Tanya Dita.

"Masih ada kelanjutannya." Jinny kemudian melihat kembali suratnya.

"Bayi ini lahir pada tanggal dua belas agustus dan baru berusia dua bulan. Untuk kalian yang menemukan anakku, aku serahkan dia untuk kalian karena aku tidak akan pernah mengambilnya kembali. Mungkin aku orang tua yang sangat kejam tapi kondisiku tidak memungkinkan untuk merawat bayi ini lagi. Aku menitipkan anakku dan tolong rawat dia sebagaimana mestinya. Terimakasih." Jinny langsung menyimpan kembali suratnya.

"Bayi yang malang. Jadi namamu Ogawa Mizuki huh? Gwenchanayo, kau bersama kami sekarang." Dita mencium gemas pipi bayi itu.

"Ah hampir saja lupa. Aku akan membuatkan susunya." Jinny segera membuatkan susunya lalu kembali dan menyerahkan dotnya. Dita kemudian memberikan susunya kepada bayi itu dan setelah mendapat asupan, bayi itu akhirnya benar-benar tenang dan sesekali tersenyum ketika melihat wajah Dita yang sibuk memandang bayi itu dengan kasih sayang. Jinny yang ikut memandangnya merasa sangat jatuh cinta melihat bagaimana Dita tampak seperti seorang ibu sekarang.

"Mulai sekarang kita akan merawat bayi ini Dita sayang."

"Are you sure?" Jinny tertawa kecil.

"Bayi selucu ini siapa yang tidak mau memilikinya? Karena orang tuanya telah membuangnya ya kita akan merawatnya."

"Benar juga. Tapi masalahnya jika dia hidup bersama kita, kelak dia pasti bingung mengapa ibunya ada dua dan bertanya di mana ayahnya." Jinny tertawa.

"Ada benarnya juga tapi kita pikirkan itu nanti saja, lagi pula dia masih bayi. Lebih baik kita pikirkan bagaimana cara merawat bayi ini terlebih dahulu."

"Ah kau benar juga. Dan aku rasa kau bisa berperan sebagai ayah karena kau tampan." Jinny terkekeh sembari membelai rambut Dita.

"Jadi kita menjadi orang tua sekarang?" Tanya Jinny.

"Why not?" Jinny terkekeh lalu mencium pipi Dita.

"Baiklah kita akan merawat bayi ini. Namun mau tidak mau kita harus melaporkan hal ini ke pihak berwenang dan meminta surat ijin untuk mengadopsi nanti. Aku akan mengurus semuanya besok."

"Gomawo Jinny. Boleh aku meminta tolong lagi?"

"Ya apa?"

"Tas itu, apa isinya? Apa itu berisi pakaian dan perlengkapan bayi? Mau tidak mau kita harus berbelanja untuk kebutuhan bayi ini."

"Sebentar." Jinny memeriksa isi tasnya dan hanya berisi pakaian bayi dan gendongan bayi saja.

"Hanya ada pakaian dan gendongan bayi. Setelah selesai menyusui kita langsung berangkat berbelanja." Dita mengangguk setuju lalu Jinny kembali duduk di samping Dita sembari memperhatikan wajah bayinya. Jinny kemudian mengeluarkan tawanya karena wajah bayi itu tampak familiar baginya.

"Dita, lihatlah kedua mata bayi ini. Mengapa aku merasa bayi ini mirip dengan kakakmu hahaha."

"Lea eonni? Really?" Dita ikut memperhatikannya dan dia merasa setuju dengan pendapat Jinny.

"Kau benar, bayi ini mirip dengan Lea eonni hahaha. Apa jangan-jangan kakakku diam-diam melahirkan dan membuang bayinya?" Goda Dita.

"Pabo! Sejak kapan si kurus itu hamil dan melahirkan anak?" Dita tertawa.

"Astaga maafkan aku eonni."

"Hahaha... Aku akan pergi sebentar ke kantorku untuk mengambil mobil, kau tidak apa-apa aku tinggal sendirian?" Kerutan muncul si kening Dita.

"Kau punya mobil?" Jinny terkekeh.

"Aku memang memiliki mobil namun jarang aku gunakan karena aku lebih suka berkendara motor hehe."

"Waw rupanya kau cukup kaya juga hehe. Jangan lama-lama, aku takut bayi ini akan menangis lagi karena kehabisan susu."

"Aku akan kembali secepatnya." Jinny mencium kening Dita dan juga pipi bayi Ogawa dan setelah itu dia berpamitan untuk pergi mengambil mobilnya.

Satu jam kemudian. Jinny akhirnya kembali ke rumah Dita dan cukup mengejutkan Dita dengan penamilannya yang terlihat seperti pria.

"Apa-apaan ini? Mengapa kau merubah penampilanmu?" Tanya Dita dengan tawanya karena Jinny mengubah penampilannya seolah dia adalah pria. Di tambah Jinny mengenakan kupluk di kepalanya dan menggulung semua rambutnya ke dalam kupluknya sehingga dia benar-benar terlihat seperti pria muda yang tampan.

"Untuk hari ini peranku adalah seorang ayah muda. Saat berbelanja aku ingin orang-orang melihat kita sebagai pasangan suami istri yang baru memiliki anak pertama hahaha." Dita tidak kuasa menahan senyuman idiotnya dan menatap Jinny dengan kagum karena ketampanannya.

"I see, Jinny oppa sangat tampan sekali sekarang hehe." Jinny tersipu.

"Mau berangkat sekarang?" Tanya Jinny.

"Of course. Let's go!" Dengan membawa bayinya, keduanya akhirnya pergi meninggalkan rumah dan pergi ke sebuah mall untuk beberbelanja perlengkapan dan susu bayi hingga menghabiskan cukup banyak uang demi memenuhi kebutuhan bayi.

***

07:00PM

"Dita, kau tau cara menidurkan bayi bukan?" Tanya Jinny yang sedang menggendong bayinya yang mulai menangis karena mengantuk.

"Aku belum pernah melakukannya tapi aku tau cara melakukannya."

"Good. Aku masih terlalu kaku untuk melakukannya hehe." Dita terkekeh lalu Jinny menyerahkan bayinya ke pangkuan Dita. Setelah menyerahkan bayinya Jinny langsung merapihkan kasur lipat karena mereka berdua terpaksa harus tidur di bawah karena ranjang tidak cukup untuk bertiga. Sementara Dita berusaha menidurkan bayinya dengan memberikan susu hingga tertidur lelap. Selanjutnya Dita dengan hati-hati membaringkan bayinya dan menyelimutinya.

"Goodnight my little baby." Dita mengecup pipi bayinya lalu dia menghampiri Jinny yang sudah berbaring lebih dulu.

"Baby Ogawa sudah tidur?"

"Hmm, dia terlelap dengan cepat." Dita kemudian berbaring di samping Jinny lalu Jinny menyambutnya dengan back hug hangat.

"Jinny, mengenai pekerjaanku sepertinya kau harus membatalkannya lagi karena aku harus mengurus bayi hehe."

"Jangan pikirkan itu, aku juga tidak selalu pergi ke kantor setiap hari. Kita bisa merawat bayi itu bersama dan sepertinya kita lupa untuk memberitahu Lea."

"Ah aku memang lupa hehe. Kita beritahu dia jika anak ini benar-benar sudah sah kita adopsi." Jinny tersenyum mengerti.

"Baiklah. Malam ini sangat membahagiakan untukku." Dita hanya terkekeh lalu merasa geli karena Jinny menciumi lehernya.

"Ditaku sayang, ini malam pertama setelah kita menjadi pasangan kekasih sekaligus menjadi orang tua mendadak. Menurutmu kita harus melakukan apa sekarang?" Dita kembali terkekeh.

"Don't do anything."

"Fine." Jawab Jinny dengan nada lesu sementara Dita berusaha menahan tawanya dan mengubah posisinya dengan menghadap ke arah Jinny.

"Kau menginginkan sesuatu?" Tanya Dita.

"Of course."

"Apa yang kau inginkan?" Jinny menelan ludahnya dan memainkan jari telunjuknya di pusar Dita.

"Aku rasa tuas pengamanku sudah terlepas dan aku bisa menahan diri sekarang." Dita yang melihat tatapan nakal Jinny langsung menepis tangan Jinny dari area pusarnya.

"Control yourself."

"Wae? Apa salahnya aku ingin bercinta dengan kekasihku." Jitakan kecil pun melayang.

"Dasar gadis nakal. Kau tau di kamar kita ada bayi yang sedang tertidur sekarang dan aku tidak ingin mengganggu tidurnya."

"Kita bisa pindah ke kamar kakakmu dan melakukannya dengan leluasa di sana." Dita langsung memasang raut wajah meminta tolong.

"Save me!"

"Kaja, aku sudah tidak bisa menahannya lagi." Jinny bangkit dan menarik tangan Dita untuk ikut bersamanya.

"Tunggu Jinny, aku tidak mau."

"Nyonya Park, kau tidak boleh menolak permintaan suamimu. Ah benar aku berperan sebagai suamimu sekarang karena kita sudah memiliki anak." Dita menatap Jinny dengan tidak percaya.

"Park Jinny please, apa kau tidak bisa membiarkanku bebas malam ini? Aku mengalami hal-hal yang melelahkan hari ini dan setidaknya biarkan aku beristirahat sejenak."

"Sayang sekali kau tidak akan bebas malam ini. Aku benar-benar tidak bisa menahan diri lagi, kaja." Jinny membawa Dita menuju kamar Lea dan Dita hanya bisa pasrah dengan wajah yang memelas.

"Somebody please help me!" Malam yang bahagia pun kini berubah menjadi malam yang begitu erotis.

Dan setelah memutuskan untuk merawat bayi yang mereka temukan, kehidupan mereka pun terasa lengkap dan selalu di penuhi dengan warna kebahagian setiap harinya.

The End

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE IS COMINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang