BAB 9

33 1 0
                                    

Tak terasa, seminggu sudah aku diajak berkeliling menjelajahi tempat-tempat menakjubkan bersama Gani. Hari ini, aku akhirnya harus kembali mengucapkan selamat datang pada Jakarta. Usai selesai memberekan segala barang-barangku dan Gani pun juga sudah selesai menata barang-barangnya, kami pun harus langsung beranjak menuju bandara.

"Udah yakin gak ada yang ketinggalan?" Gani bertanya padaku memastikan yang kujawab dengan anggukan.

Usai menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama, namun juga tidak sebentar aku dan Gani akhirnya sampai. Kedatangan kami disambut oleh seorang perempuan yang aku tahu bernama Binta yang aku juga tahu sebagai rekan kerja dari Gani.

"Gimana nih, seru ya. Sumringah banget nih muka si pak bos" wanita bernama Binta itu tampak begitu akrab dengan Gani, melihat percakapan yang ia lontarkan pada Gani saat ini.

"Seru banget dong. Iya kan Nar? Oh iya, kamu masih inget kan sama Binta? Dia yang ikut juga waktu di Papua"

"Iya inget kok" aku menjawab pertanyaan Gani sembari tersenyum ke arah Binta.

"ya udah yuk"

Acara bincang-bincang ini kemudian diakhiri dengan Binta yang mengajak kami untuk menuju ke mobilnya.

"Kinarr..." baru beberapa langkah aku berjalan, terdengar sebuah teriakan seseorang memanggil namaku. Orang yang memanggilku itu samar-samar terlihat mendekat ke arahku. Dan begitu aku bisa dengan jelas melihat sosoknya, dia ternyata adalah Saka.

"Saka" aku pun langsung menyapa saka yang merupakan kenalanku tersebut.

Saka kemudian memelukku usai untuk sekedar menyapaku.

"gak nyangka banget bisa ketemu Kinar di Jakarta gini" Aku pun hanya dapat tertawa mendengar ucapan Saka padaku.

"Kamu apa kabar Nar?"

"Bisa dilihat sendiri ya Bapak Saka. Alhamdulillah, sehat wal afiat tidak kurang suatu apapun"

Saka terkekeh memdengar jawabanku tersebut. "Gak berubah sama sekali ya"

Saka ini adalah orang yang kebetulan aku temui di salah satu perjalananku saat berada di Solo. Waktu itu, kami sama-sama sedang menjadi relawan sukacita. Saka waktu itu mengajakku mengobrol terlebih dulu, dan karena aku merasa nyaman dengan obrolan tersebut, kami pun akhirnya menjadi dekat. Usai dari Solo, aku dan Saka pun beberapa kali kembali bertemu sebelum akhirnya lebih dari dua tahun tak saling bertemu.

"ehem..siapa Nar?" karena terlalu senang dapat kembali bertemu dengan Sakaz aku pun sampai lupa memperkenalkannya dengan Gani.

"Gani, ini Saka. Temen yang aku temui waktu aku di Solo"

"Saka" Saka kemudian mengulurkan tangannya ke arah Gani.

"Gani."

Entah hanya perasaanku saja, atau memang aku merasa nada bicara Gani terdengar tidak seperti biasanya saat ia berbicara padaku atau pun Binta.

Gani

Melihat keakraban Kinar dengan temannya yang bernama Saka tersebut, entah mengapa aku jadi merasa sedikit kesal.

"Biasa aja dong. Kinar kan bukan pacar lo lagi, gak berhak cemburu kali" Binta yang sepertinya menyadari raut wajah dan gerak tubuhku itu kemudian menyenggol bahuku sembari berucap lirih.

"ehem, siapa Nar?" Merasa terabaikan, aku akhirnya memilih bersuara ditengah Kinar yang sedang mengobrol dengan laki-laki bernama Saka itu.

Kinar pun kemudian memperkenalkan laki-laki itu padaku, dan kemudian laki-laki itu pun mengulurkan tangannya ke arahku sembari menyebutkan namanya yang tentu saja langsung ku balas dengan menyebutkan namaku juga.

"Buru-buru gak? Cari tempat ngobrol yuk. Mumpung kita ketemu kan" Saka kembali beralih ke arah Kinar. Kali ini ia mengajak Kinar untuk menghabiskan waktu bersama. Dan tentu saja, bohong kalau aku mengatakan aku tidak cemburu melihat Kinar yang mengiyakan ajakan tersebut dan menyuruhku untuk bisa pulang terlebih dahuli tanpanya.

"Nanti kamu pulangnya gimana?" aku bertanya ke arah Kinar dengan nada yang kubuat sebiasa mungkin, meski sepertinya kurang berhasil.

"Ada yang punya saingan baru nih" Kalau tadi Binta menyindir dengan berbisik, ia kali ini dengan frontalnya melontarkan kalimat sindiran kepadaku dengan nada yang sengaja agar didengar oleh Kinar dan Saka.

"Kan aku bareng Saka. Nanti bisa kan Ka kamu sekalian anterin aku pulang?" ucapan kinar tersebut dijawab dengan anggukan oleh Saka.

"Aku juga kayaknya laper deh ini. Lo laper juga kan Bin? Sekalian bareng cari tempat makan gimana?"

"Oh boleh deh" Saka-Saka tersebut menyetujui usulanku yang seketika membuatku dalam hati bersorak senang.

"Kebetulan aku tau restoran enak dekat sini" aku kembali berucap dengan nada yang lebih terdengar sumringah.

Seusai sampai di restoran yang aku rekomendasikan, obrolan Kinar dengan Saka kembali berlanjut dengan sangat asik dan terlihat begitu akrab. Binta yang melihat bagaimana pandangan mataku tak dapat beralih dari Kinar yang kini memang tak memperhatikanku ini pun tak dapat menahan memperlihatkan raut wajah mengejek.

"Sabar ya pak" Binta menepuk-nepuk bahuku dengan nada yang dibuat sok prihatin.

"Diem lo nyet!" aku membalas ucapan Binta tersebut dengan nada menyolot yang seketika membuat Binta semakin terlihat puas menertawakanku.

"Jadi sekarang mau pergi ke mana lagi nih Nar? Kalo belom ada rencana, bisa lho nanti ikut aku ke daerah Sabang."

"Kapan tuh Ka?"

"3 bulan dari sekarang. Nanti kita kabar-kabaran lagi aja lah ya kalau kamu tertarik ikut. Nomormu ganti ya?"

"Hehehe..Saka kayak baru kenal Kinar aja deh. Hapeku yang dulu rusak, ini nomor baruku"

Usai menjadi obat nyamuk diantara obrolan Kinar dan Saka yang berlangsung cukup lama, Saka akhirnya pamit terlebih dahulu usai mendapatkan sebuah panggilan telepon yang entah dari siapa.

"Ya udah, kalian duluan aja, aku mau bayar dulu" ujarku menyuruh Binta dan Kinar untuk terlebih dahulu ke parkiran.

"Tenang bro, Kinar gak kasmaran sama gue kok" Saka yang kukira sudah pergi ternyata malah menghampiriku yang saat ini tengah berada di kasir.

"Maksudnya?" Tanyaku dengan nada acuh.

"Gue tau siapa lo. Santai, Kinar is still into you. Kuncinya harus sabar. Pamit ya" tanpa menunggu balasanku, Saka berlalu pergi meninggalkanku.


Kastil Imaji

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RasaWhere stories live. Discover now