Kinar
Sedari kecil, aku adalah anak yang sangat acuh dengan sekitarku. Aku cenderung lebih banyak diam. Itulah mengapa hanya Senja sahabat yang kumiliki hingga saat ini. Hingga aku bertemu dengan seorang laki-laki yang membuatku peduli dengan sekitarku. Ia membawa dunia baru dalam hidupku. Lebih berwarna, lebih normal, dan lebih menyenangkan tentunya. Aku mendapatkan banyak cerita baru dan pengalaman baru bersamanya. Hingga akhirnya ia juga menyerah denganku. Aku melepaskannya karena tahu kami berbeda.
Bertemu dengan Gani adalah kejutan bagiku. Namun, untuk kembali padanya lagi, mungkinkah itu semua bisa kulakukan?
"Nar?! Ngelamunin apaan sih?" ujar Senja sembari menyeruput teh chamomilenya.
"Gak papa kok Nja.."
Namun alih-alih mengindahkan ucapanku, Senja tampak semakin intens menatapku. Ia bahkan terlihat sedikit melebarkan pupil matanya. "Lo sakit ya?" ujar Senja seraya menempelkan tangannya ke keningku. "Apaan sih! Rese lo!" ujarku seraya menampik tangan Senja.
"Ya lagian nada bicara lo, gak papa kok Nja...kayak orang gak makan setahun" ujar Senja menirukan gaya bicaraku yang bahkan tak kusadari terdengar seperti itu.
Aku terdiam sejenak, ragu apakah harus menceritakan tentang kalimat Gani kemarin pada Senja sekarang atau nanti. Namun belum sempat otakku memutuskan, Senja tampak meletakkan sebuah kertas dengan gambar yang tampak abstrak. "Lo bakal punya ponakan cowok Nar!!" ujar Senja berseru padaku.
Akupun segera mengambil kertas yang ternyata adalah hasil USG milik Senja. "Bisa gue rekrut jadi agen gue nih" ujarku masih menatap sosok yang masih tampak abstrak namun aku melihatnya dengan raut wajah gemas.
"Enak aja lo, cukup lo dan dunia lo aja yang aneh. Jangan libatkan anak gue" ujar Senja dengan nada yang dibuat sewot.
Akupun hanya tertawa menanggapi ucapan sarkatik dari Senja itu.
"Dokter bilang gue lahiran sekitar pertengahan bulan yang terhitung empat bulan sejak sekarang. Ini gue udah jauh-jauh hari ngasih tau ya Nar. Di bulan-bulan itu lo pokoknya gak boleh kemana-mana. Inget, konsekuensinya lo bisa gue pecat jadi sahabat"
Aku kini memperlihatkan posisi hormat pada Senja, "siap laksanakan perintah ratu" ujarku yang langsung dibalas dengan pukulan tangan Senja pada lenganku.
Teringat kamera milik Gani, aku kembali meminta foto USG milik Senja itu dan langsung memotretnya.
"Kamera siapa Nar?" tanya Senja.
"Punya orang," ujarku seraya masih fokus mengambil foto.
Kamera itu kini menjadi salah satu penghuni tetap ransel kumalku selain buku merah yang menemani kemanapun aku pergi. Ia juga sudah terdaftar sebagai salah satu barang favoritku.
"Habis ini gue temenin lo ke toko hp" ujar Senja tak lagi peduli dengan kameraku.
"Ngapain?" tanyaku.
"Beli siomay...beli hp dong Nar. Gue gak mau tahu, lo mau punya duit apa enggak, pokoknya lo harus beli hp" ujar Senja.
"Kan gue belum butuh Nja..."
"Orang-orang yang mau ngehubungin lo yang butuh" Senja langsung memotong cepat ucapanku.
"Bisa pake radar Nar. Ini kuat kok sinyalnya" ujarku seraya memperagakan tanganku seolah-olah menjadi hp.
"Lo goblok boleh, tapi jangan suruh orang lain jadi goblok juga dong Nar. Udah lah yuk, kita pergi sekarang" tanpa menunggu persetujuanku, Senja sudah menarik tanganku menuju toko hp yang menjadi tujuannya.
YOU ARE READING
Rasa
ChickLit---Sinopsis--- "Duniamu itu unik Nar, dan aku menyukainya meski merepotkan" -Gani- "Kalau aku disuruh memilih kamu atau mereka, maaf aku tidak bisa Ga" -Kinar-