BAB 8

38 1 0
                                    

Kinar

Setelah mengiyakan ajakan Gani kala itu, di sinilah aku saat ini. Di sebuah pulau kecil di salah satu daerah pedalaman Sulawesi bersama Gani. Aku dan Gani menjadi relawan sukacita di sebuah desa kecil yang mungkin hanya dihuni tak lebih dari 20 kepala keluarga. Kami membantu apapun yang dapat kami bantu di desa ini, kegiatan yang memang rasanya sudah sering kulakukan.

Disaat aku tengah menurunkan beberapa sembako yang memang sudah Gani sediakan, mataku beralih melihat Gani yang tengah fokus dengan kameranya. Tubuhnya mengarah ke hamparan sawah hijau yang tampak bak karpet dengan pemandangan beberapa burung yang tengah bertengger mencari makan.

"Begituan juga banyak kali di daerah deket Jakarta. Kenapa jauh-jauh ke sini sih?" aku menghampiri Gani dan menyuarakan rasa penasaranku. Maksudku, tempat yang kami datangi saat ini terlihat memiliki pemandangan yang amat sangat umum dilihat mata dan menurutku tak terlalu menarik untuk dijadikan objek foto.

"Dalam sebuah roti hambar, tersimpan selai yang lezat di dalamnya" masih fokus dengan kameranya dan tanpa menoleh sedikitpun ke arahku, Gani sukses membuatku diselimuti rasa bingung dan penasaran sekaligus.

"Ini dasarnya, surga sesungguhnya besok baru akan aku tunjukkan Nar. Kamu akan membelalakkan mata kagum dan menyunggingkan senyum terlebar sepanjang hidupmu." Kini tatapan Gani memandang lurus ke arahku dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

Cekrek!

Gani mengarahkan kameranya ke arahku sebelum kemudian berlalu pergi meninggalkan aku yang masih dirundung rasa penasaran.

***

Aku terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Gani menyapaku dengan keadaan mengenakan celemek dan sebuah spatula di tangannya. Aku tak dapat menahan senyumku melihat Gani.

"Mari makan, Paman Keripik Kentang ini sudah menyiapkan ramuan tersehat, terkuat, terenak sepanjang sejarah" Gani menuntunku dengan memegang kedua bahuku untuk duduk. Di depanku sudah tersaji sebotol susu dan juga sepiring nasi goreng. Perpaduan yang sedikit dipaksakan, namun tetap membuatku memakannya dengan lahap.

"Jadi...ke mana kita hari ini Bapak Gani?" tanyaku pada Gani setelah berhasil melahap tuntas semuanya tanpa menyisakan sedikit pun.

"Mengunjungi dunia Paman Keripik Kentang sesungguhnya"

Gani

Melihat Kinar dengan penampilan super berantakannya yang justru terlihat begitu menggemaskan di pagi hari seperti ini adalah sebuah anugerah untukku. Di tambah ketika ia dengan lahapnya memakan habis sarapan yang membuatku terbangun sejak jam tiga pagi dan melewati kegagalan berkali-kali hanya untuk menyiapkannya.

Setelah merasa siap dengan segala hal yang memang sudah kusiapkan, aku sangat bersemangat untuk menunjukkan semuanya pada Kinar. Sebuah dunia yang sengaja kubuat untuknya. Dunia ajaib dengan segala ornamen tokoh-tokohnya yang selalu menjadi kecintaan Kinar.

"Pertama-tama, kita harus memakai helm pelindung ini. Karena tempat yang akan kita kunjungi ini penuh dengan ranjau" aku menyerahkan sebuah helm kuning menyala pada Kinar. Ia hanya tertawa menerima helm itu dan masih terus bertanya apa yang sebenarnya hendak kutunjukkan padanya.

"Kita akan menjadi relawan penyelamat. Pokoknya sampai sana, kamu jangan jauh-jauh dari aku ya.." raut wajahku kubuat seserius mungkin layaknya seseorang yang akan bersungguh-sungguh pergi berperang.

"Gani kamu buat aku takut" Kinar menanggapi ucapanku dengan suara yang juga dibuat seserius mungkin yang justru membuatku menahan tawa.

"This is will be amazing" aku berbisik lirih tepat ditelinga Kinar dan langsung menggandeng tangannya untuk ikut naik di motor yang memang sudah kusiapkan.

RasaWhere stories live. Discover now